Daddy tell me, one plus one is...

1.2K 179 20
                                    

Kyle duduk bersila di sebelah kakanya yang asyik mengerjakan tugas matematika.
Bocah manis itu menyipitkan matanya saat sang kakak menggambar sebuah segitiga dan menulis angka-angka.
Kyle hanya tau angka yang di tulis oleh kakaknya. Ia tidak tau gambar apakah itu?
Tiba-tiba ia merapatkan tubuhnya pada tubuh Dzenan.
"Kak, ini apa?" Tanya Kyle menunjuk gambar Dzenan secara hati-hati.

"Segitiga dek." Jawab Dzenan dan kembali fokus untuk menggambar.

"Apa itu segitiga kak?"

Ding dong... Dzenan mulai bingung ketika sifat ingin tau adiknya mulai keluar.

Dari arah dapur, Yuki berjalan membawakan puding untuk kedua putranya.
Rumah mereka berapa minggu ini tampak sepi karena Stefan sedang bertugas di luar kota dan rencananya hari ini kepala keluarga Avery itu akan pulang ke rumah.

"Adek, kakaknya jangan di ganggu dong. Kakak lagi ngerjain PR sayang." Ucap Yuki menasihati si bungsu.

"PR? Apa itu mommy?" Kali ini giliran Yuki yang di hadiahi pertanyaan.

"PR itu pekerjaan rumah dek. Ya itu seperti yang lagi kakak kerjain." Jawab Yuki santai.

Kyle hanya berohria menanggapinya. Bocah itu kembali bertanya pada sang kakak mengenai apa itu segitiga.
Dzenan tampak berpikir sejenak. Ia melihat puding yang di bawa Yuki. Ada yang berbentuk segitiga. Otaknya langsung mendapat ide.

"Adek lihat puding yang di bawa mommy. Yang warna hijau. Udah lihat?" Tanya Dzenan dan mendapat anggukan dari si bungsu Avery.

"Nah itu nama bentuknya segitiga."

"Jadi segitiga itu bentuk." Gumam Kyle paham. Ia kembali mencari sesuatu yang berbentuk segitiga dan mendapatkannya di meja kerja sang ayah. Ada tempat tissue yang terbuat dari kayu dan berbentuk segitiga.

"Kakak.. Kakak.. Ini segitiga bukan?" Tanya Kyle bersemangat.

Dznenan mengacungkan jempolnya ke arah Kyle. "Adek pintar." Ucapnya.

Yuki yang duduk sambil menonton tv hanya bisa tersenyum melihat kegiatan putra-putra kesayangannya.

***
Puas mencari segala benda berbentuk segitiga di sekitar rumah. Kyle pun berjalan berniat duduk bergabung bersama Yuki dan Dzenan yang sedang menonton di channel Natgeo.
Dzenan memang senang menonton di channel itu karena banyak film yang menampilkan tentang hewan-hewan.

"Aung.. Aung.." Kyle menirukan suara singa mengaung yang sedang tampil di tv.
Yuki dan Dzenan pura-pura takut. "Kak kok mommy dengar ada suara singa ya."

"Iya mom. Dzenan juga dengar." Sahut Dzenan.

Kyle tersenyum lebar. Ia bersembunyi dibalik kursi dan kembali mengaung, menirukan suara singa.

"Aung.. Aung..."

Yuki mengkode Dzenan menggunakan matanya agar Dzenan menangkap Kyle di belakang kursi.
Dzenan mengangguk tanda paham. Dengan gerakan pelan si sulung Avery turun dari sofa berjalan mengendap-mengendap-ngendap ke arah Kyle dan..
"I catch you!!" Seru Dzenan heboh. Ia mengangkat tubuh Kyle ke udara hingga membuat si kapten kecil tertawa terbahak-bahak.

"Ampun kak.. Ampun.." Teriak Kyle masih dengan tawanya.
Dzenan pun menurunkan sang adik tepat ke pangkuan Yuki.
Yuki tertawa geli karena tingkah Kyle berulang kali ia menciumi seluruh wajah putra bungsunya itu.
Kyle tiba-tiba menunduk lesu. Yuki dan Dzenan mendadak bingung dengan tingkah Kyle.

"Kok lesu sih anaknya mommy?" Tanya Yuki.
Kyle memeluk leher Yuki, menenggelamkan wajahnya di cerukan leher ibunya itu. "Mommy, Kyle kangen daddy." Ucapnya lirih.

"Henh? Tumben kangen sama daddy. Biasanya kalau daddy di rumah, daddy nya malah di cuekin sama dimarahin." Sahut Yuki.

Kyle mengangkat wajahnya bibirnya mengerucut dengan sempurna. "Kan Kyle gak sungguh-sungguh mommy. Kyle sayang kok sama daddy. Kyle mau minta maaf sama daddy karena Kyle udah nakal." Ucap Kyle dengan nada suara khas anak kecil.

Dari arah pintu, ada yang menyahut perkataan Kyle. "Beneran Kyle mau minta maaf sama daddy?"

Itu suara Stefan. Pria itu sudah pulang dan berdiri di depan pintu memakai seragam lengkap sembari membawa beberapa bungkus oleh-oleh untuk istri dan anak-anaknya.

Yuki langsung menurunkan Kyle dari pangkuannya. Ia orang pertama yang berlari ke arah Stefan di ikuti oleh anak-anaknya.

"Sayang aku kangen.." Pekik Yuki heboh lalu menghambur memeluk suaminya erat. Stefan tertawa geli ia menciumi puncak kepala Yuki dengan sayang. "Aku juga kangen." Balas Stefan.
Yuki hendak melepas rindunya dengan Stefan lebih lama lagi. Tapi ia mengurungkan niatnya saat kedua putranya menarik ujung kaosnya. Lebih tepatnya si kecil Kyle sebagai pelaku utama.

"Mommy minggir. Jangan dekat-dekat sama daddynya Kyle.. Kak Dzenan juga." Ucap Si kapten kecil memberi perintah. Yuki tersenyum kecut.
"Biasanya juga nempelnya sama mommy kok. Eh sekarang malah ke daddy." Gumamya lalu tertaw geli.

"Hey jagoan daddy. Udah makan belum?" Tanya Stefan dan langsung mendapat anggukan dari Kyle.

"Daddy udah belum?" Tanya Kyle balik.

Stefan membalas dengan anggukan. Sebelah tangannya terangkat menepuk-nepuk bahu Dzenan. Tinggi badan Anak sulungnya itu nyaris menyamainya. Ia baru sadar kalau anak-anaknya sudah tumbuh dengan cepat.

"Kakak gimana ulangannya? Dapat nilai bagus gak?" Tanya Stefan beralih menatap Dzenan.

"Bagus dad. Cuma bahasa Indonesia aja yang agak jeblok." Ucap Dzenan merasa malu pada sang ayah. Stefan hanya tersenyum geli memaklumi anak sulungnya itu.

"Kyle beneran mau minta maaf sama Daddy?"

Kyle mengangguk mengiyakan. "Iya tapi ada syaratnya kalau daddy mau Kyle minta maaf."

"Hah?" Stefan terperangah. Ia menatap istri dan putra sulungnya secara bergantian. Baru kali ini orang mau minta maaf ada syaratnya dan itu kelakuan putra bungsunya sendiri. Stefan dan semua yang ada disana pun tertawa terbahak-bahak.

"Oke, apa syaratnya?" Tanya Stefan menyetujui permintaan sang anak.
Kyle membisikan sesuatu ke telinga Stefan hingga membuat mata Stefan membulat sempurna.

***

Stefan duduk manis menggunakan kacamata memperhatikan Kyle yang berdiri di depan papan tulis milik Dzenan. Ia memegang bolpoint bertingkah seolah ia adalah seorang guru.

Kyle berjalan ke arah Stefan. Ia membalikan wajah Stefan saat Stefan sedang memandang Dzenan dan Yuki untuk meminta pertolongan.

"Daddy, please look at me and listen to me." Ucap Kyle.

Dalam hati Stefan bertanya-tanya siapa yang mengajarkan anaknya bertingkah seperti ini?

"Mommy sama kakak jangan deket-deket. Kyle mau ngajarin daddy." Ucap Kyle lucu.

Akhirnya Yuki dan Dzenan pun mengalah. Mereka tak benar-benar pergi dari sana karena mereka memilih untuk bersembunyi dibalik pintu sambil mengawasi Stefan.

"One plus one is.."

Hening tak ada jawaban dari Stefan. Pria itu masih belum sadar dari keterkejutannya.
Kyle kembali mengulangi pertanyaannya.

"Daddy.. One plus one is.."

Stefan tersadar, buru-buru ia memasang senyumnya dan menggelengkan kepalanya berpura-pura tak tahu.

"I don't know, sir." Ucapnya hingga membuat senyum si kecil mengembang.

"One plus one is two, daddy."
Stefan tertawa gemas. Yang bertanya siapa dan yang menjawab siapa? Lucu sekali anaknya ini.
Memasuki umur 4 tahun. Sepertinya Kyle mulai belajar banyak hal.

"And two plus two is four.. Three plus three is six.." Dan bla...bla.. Si bocah manis yang awalnya berpura-pura menjadi guru itu kini malah asyik bertanya dan menjawab sendiri mengabaikan Stefan yang tak henti-hentinya tertawa. Dari arah pintu Yuki dan Dzenan saling bergumam. "Maafin kita daddy. Kita yang ngajarin adek kayak gitu."

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang