The Panda is my Daddy

1.3K 183 25
                                    

"Daddy, Daddy.."

Stefan menunduk melihat kapten kecilnya sedang menarik-narik ujung seragamnya. Wajah putranya itu tampak berseri-seri menunjukan bahwa si kapten kecil sepertinya sedang menginginkan sesuatu.

"Ada apa nak?" Tanya Stefan sembari mengangkat tubuh anaknya dengan wajah lelah.
Akhir-akhir ini Stefan memang sering bekerja dari pagi sampai tengah malam. Karena ia dipercayakan oleh ayahnya untuk mengawasi kegiatan penerimaan calon-calon yang akan masuk ke akmil.

Kyle langsung mengalungkan tangannya pada leher sang ayah. Ia mencium gemas pipi sang ayah yang wajahnya seperti duplikatnya itu. "Besok kan hari minggu. Kita ke kebun binatang yuk daddy. Sama mommy sama kakak." Ucap si kecil mengeluarkan permohonannya.

Stefan tampak berpikir sejenak. Besok seharusnya ia sudah libur, namun sekali lagi karena padatnya jadwal pekerjaan mungkin tidak ada kata libur untuk hari esok. Stefan menghela nafasnya sejenak, mencoba menolak permintaan sang anak dengan halus. "Daddy besok kerja sayang, gimana kalau Kyle sama mommy dan kakak aja ke bunbinnya?"

Kyle langsung menggelengkan kepalanya cepat. Mata coklat miliknya menatap mata coklat milik sang ayah seolah tak percaya kalau ayahnya harus bekerja besok. "Gak mau Daddy. Kyle maunya sama daddy juga. Daddy bohong ya, kalau kata bu gurunya Kyle, hari minggu itu hari libur. Gak ada orang kerja." Sahutnya memberi alasan detail.

Inilah resiko memiliki anak seperti Kyle, si bocah manis ini terlalu banyak belajar. Sebenarnya Stefan tidak keberatan. Namun dalam beberapa hal kepintaran sang anak bisa membuatnya kewalahan. Seperti sekarang ini contohnya. "Daddy gak bohong nak. Daddy harus kerja buat bantu opa." Ucap Stefan lembut.

"Ya udah daddy, kalau gitu opa di ajak libur aja. Kita ke kebun binatangnya ajak opa dan oma juga." Sahut Kyle kukuh dengan permintaanya.

"Daddy bilang gak bisa ya gak bisa Kyle. Lain kali aja oke?" Ucap Stefan dengan nada bicara meninggi.

"Kyle maunya besok!" Seru Kyle berteriak.

Karena faktor lelah, emosi Stefan pun langsung memuncak. "Kyle." Bentak Stefan keras hingga membuat Kyle kaget. Bocah manis itu langsung menangis karena ini untuk pertama kalinya ia di bentak oleh sang ayah.

"Daddy jahat!!" Ucap Kyle dengan suara bergetar ia beringsut turun dari gendongan Stefan, berlari cepat ke arah Yuki yang baru saja turun dari kamar.

Yuki terkejut melihat wajah anaknya memerah karena menangis. Ia mengangkat tubuh Kyle ke gendongannya lalu menepuk-nepuk punggung anaknya itu.
"Kyle kenapa nak, kok nangis?" Tanya Yuki lembut.

"Hiks.. Daddy jahat mommy. Daddy tadi bentak Kyle." Ucapnya sesugukan. Yuki mendelikan matanya ke arah Stefan. Namun Stefan hanya diam di tempat dengan wajah datarnya. Tak peduli pada istrinya yang berpotensi akan marah.

"Maafin daddy ya sayang, daddy gak sengaja bentak Kyle. Daddy mungkin lagi capek." Ucap Yuki memberi pengertian.

"Pokoknya daddy jahat mommy. He's not my daddy." Sahut Kyle menenggelamkan wajahnya di cerukan lehernya Yuki.

Bukannya membantu Yuki untuk membujuk Kyle, Stefan malah semakin memperkeruh keadaan. "Iya terus aja kamu manjain si Kyle. Lama-lama dia ngelunjak." Seru Stefan hingga membuat Yuki kembali terkejut. Yuki tak menyangka suaminya bisa bertindak sampai sejauh ini.

Dari arah pintu Dzenan yang baru saja pulang dari sekolah, bergegas masuk menyalimi tangan ayah dan ibunya. Dzenan tau ayah dan ibunya sedang bertengkar. Remaja kelas 3 SMP itu segera menghampiri Kyle yang masih menangis di gendongan Yuki. Tak lupa ia mengambil kain gendong milik Kyle di atas sofa ruang tamu.

"Adek, yuk ikut kakak keliling kompleks pake sepeda." Ajak Dzenan lembut pada sang adik yang masih saja menangis.

Kyle mengangkat wajahnya menatap sang kakak.
Melihat wajah Kyle, Dzenan jadi kasihan dengan adiknya itu.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang