VIII (part 1)

3.9K 389 34
                                    

Yuki baru saja menyelesaikan operasi. Ia berjalan keluar kemudian melepas glove, baju ok nya serta masker yang sedari tadi menutupi setengah wajahnya. Tak berapa lama kemudian Brando dan Bianca juga keluar dari ruang operasi. Brando menatap Yuki aneh.
"Kak, apa kau baik-baik saja?" Tanya Brando. Yuki meliriknya sekilas, merasa aneh dengan pertanyaan Brando. "Tentu saja. Memangnya kenapa?" Tanya Yuki balik. Brando menghela nafasnya sejenak kemudian melirik Bianca yang hanya diam.
"Aku, maksud ku kami berdua, baru saja mendapat surat keputusan yang diberikan ketua. Apa benar lusa kita akan berangkat kesana?"

"Iya dokter, apa benar kita ditugaskan disana?" Timpal Bianca. Yuki megerti arah prmbicaraan mereka. Ia menepuk tangannya sekali diselingi senyum sumringahnya. "Tentu, anggap saja kita bertugas sekalian liburan" jawabnya santai.

"Liburan bagaimana kak? Kita berada dalam zona yang berbahaya, belum lagi cuaca yang ekstrim, badai salju, oh ya ampun membayangkannya saja aku tak sanggup" ujar Brando sedramatis mungkin hingga membuat Biaca dan Yuki meliriknya kesal.

"Sebenarnya aku sedikit takut bertugas disana tapi karena dokter Yuki juga disana jadi mungkin ini akan menyenangkan" ujar Bianca.

"Sebenarnya kau berpihak pada siapa huh?" Tanya Brando kesal. Bianca menunjuk ke arah Yuki tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Jadi kau juga setuju kan!!!" pekik Yuki kegirangan. Ia berlompat-lompat layaknya anak kecil lalu memeluk Bianca dan Brando secara bergantian. Veby dan Randy yang kebetulan lewat disitu hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Yuki.

***

"Kau serius menugaskan mereka disana? Dari mana kau mendapatkan akses? setahuku ini bukanlah masalah yang gampang kan?" Tanya Veby ketika ia dan Randy baru saja tiba diruangannya. Randy tersenyum kemudian mulai menjawab pertanyaan Veby. "Memang sulit mendapat akses kesana. Tapi yang meminta untuk bekerja sama dengan pihak kita merupakan komandan mereka sendiri. Ayah mertua Yuki"
Betapa terkejutnya Veby ketika mendengar jawaban suaminya itu. Ia bahkan mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha mencerna sekali lagi jawaban dari Randy. "Jadi maksud mu mertua Yuki ? Berarti komandan kompi (Stefan) Marcel adalah suaminya Yuki?" Tanya Veby memastikan.
"Iya begitulah kenyataannya" jawab Randy santai. Veby tertawa kecil memikirkan takdir mereka yang menurutnya saling berkaitan, bagaimana tidak, atasan adik iparnya merupakan suami dari Yuki, sedangkan ayah mertua Yuki adalah kerabat baik dari suaminya. Ia kembali teringat saat pertama kali Yuki menceritakan awal mula pertemuannya dengan suaminya, itu malah membuat tawa Veby semakin menjadi-jadi.

"Kau kenapa? Ada yang lucu?" Tanya Randy yang sekarang menatap aneh pada istrinya. Veby menahan tawanya kemudian mengibas-ngibaskan tanggan didepan wajahnya. "Tidak ada. Hanya saja dunia ini terlalu sempit"
Randy menautkan kedua alisnya bingung, tak mengerti maksud perkataan Veby.

***

Dikantin Yuki dan anggotanya sedang makan bersama, meskipun waktu jam makan siang sudah lewat tapi mereka memang sengaja berkumpul, hal itu mereka lakukan karena lusa mereka sudah berangkat bertugas.

"Ayo kita bersulang, untuk hari ulang tahun dokter Yuki yang sudah lewat dan untuk pernikahan dokter Yuki yang mendadak" ujar salah satu dokter yang merupakan rekan kerja Yuki, sambil menaikan gelas berisi jus jeruknya. Yuki tertawa melihat tingkah rekannya itu.

"Maaf dokter Andrew karena tidak sempat mengundang mu dan semuanya yang ada disini" ujar Yuki tulus. Dokter Andrew tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak masalah kami sudah tau. Kami juga turut berduka atas meninggalnya ibu mu dokter Yuki"

Yuki sedikit sedih mendengar perkataan Andrew, Brando yang ada disitu langsung merangkulnya sambil mengangkat gelasnya ke atas bersamaan dengan Andrew yang merasa tak enak pada Yuki. "Mari kita rayakan hari Yuki" ujar keduanya kemudian mereka semua minum bersama.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang