VII

3.9K 371 34
                                    

"Sebenarnya lusa aku akan berangkat bertugas ke Bosnia selama 7 bulan"

Betapa terkejutnya Yuki ketika ia mendengar perkataan Stefan, tas yang awalnya berada dipegangannya kini terjatuh dilantai. Ia benar-benar tak tau harus berkata apa sekarang. Baru saja ia merasakan kebahagian yang diciptakan suaminya, namun disaat bersamaan ia juga merasa sedih dibuatnya. Yuki berjalan kehadapan Stefan. Ia tertawa tak percaya. "Kau sedang bercanda kan?" Tanya Yuki dengan penuh penekenanan disetiap perkataannya. Stefan memandangnya lekat, ia menggelengkan kepalanya. Yuki menatap wajah suaminya, berniat mencari kebohongan dimatanya, namun nihil. Stefan benar-benar serius dengan perkataannya. "Untuk apa kau memberiku kejutan seperti ini kalau kau akan meninggakan ku ?" Stefan terdiam tak mampu menjawab pertanyaan Yuki. Ia memalingkan wajahnya tak sanggup melihat wajah Yuki.
"Kenapa kau diam? Lalu apa bedanya aku menikah atau tidak, kalau kau juga akan meninggalkanku hah?"
Stefan terhenyak , baru pertama kali Yuki membentaknya sekeras ini. Ia tidak menyangka reaksi Yuki akan seperti sekarang.
"Maafkan aku" hanya kata-kata itu yang terucap dari mulut Stefan. Yuki memalingkan wajahnya. "Maafkan aku katamu? Memangnya kau pikir dengan kata-kata itu masalah akan terselesaikan?"

"Aku tau. Tapi aku benar-benar..."

"Harus pergi, iya kan? Kenapa kau selalu berbohong pada ku? Tentang luka itu kau bohong kan? Tentang janji mu pada ku dimakam ibu kau juga bohong kan?" Sela Yuki. Stefan berjalan mendekatinya berniat memberi pengertian padanya, namun Yuki malah mundur dan menutup telinganya, seoalah tak ingin mendengar penjelasan Stefan.
"Yuki aku mohon dengarkan dulu penjelesan ku!!" Seru Stefan.

"Aku tidak mau!!" Jawab Yuki tegas hingga membuat Stefan menghembuskan nafasnya kasar. Ia tau betul sifat Yuki seperti apa, akan sangat sulit berbicara dengannya jika Yuki sedang marah seperti sekarang.

"Sayang, tolong dengarkan penjelasan ku dulu" kali ini Stefan menarik paksa Yuki lalu memeluknya. Yuki terkejut ketika Stefan memanggilnya sayang. Perlahan ia mulai luluh.
"Ya" jawab Yuki singkat. Entah hilang kemana rasa kesalnya pada Stefan. Tapi yang pasti sekarang ia sudah bisa mengontrol emosinya. "Aku tidak bermaksud bohong pada mu, sebenarnya aku ingin memberitahukan ini setelah kita menikah, tapi aku bingung dan tidak tau caranya"
Yuki melepas pelukan Stefan lalu mendongakan wajahnya melihat wajah Stefan. Ia menghela nafasnya sejenak. "Kalau begitu biarkan aku ikut kesana!!!" Seru Yuki. Stefan terkejut mendengar seruan Yuki. "Sayang disana aku bekerja bukan pergi untuk liburan, bagaimana caranya aku mengajakmu?"

"Terserah bagaimana caranya!! Aku tidak peduli!!" Ujar Yuki tegas.

"Ok bagaimana kalau aku mengajukan banding" ujar Stefan. Yuki menautkan kedua alisnya bingung. "Banding? Kau pikir kita sedang dipengadilan huh? "

"Anggap saja seperti itu. Kau tetap tinggal disini bersama ibu. Dan aku janji akan selalu menghubungi mu setiap hari. Bagaimana?"
Yuki tampak berpikir keras. Cukup lama ia terdiam hingga akhirnya, Yuki pun mensetujui banding yang ditawarkan oleh Stefan meskipun ia belum sepenuhnya bisa menerima itu. "Baiklah, aku setuju" jawab Yuki lemah.

***

"Aku pulang!!" Ujar Rainer ketika ia baru saja sampai dirumah. Nancy yang sedang fokus menonton tv langsung menghampiri Rainer. "Bagaimana pekerjaan mu hari ini?" Tanya Nancy, dengan cepat ia membawakan tas suaminya. Keduanya kini tengah duduk disofa.
"Baik-baik saja. Dimana Yuki dan Stefan?" Tanya Rainer balik seraya melepas ikatan tali disepatunya.
"Mungkin sekarang mereka sedang menempati rumah baru mereka"
Rainer menghentikan kegiatannya. Ia terkejut. "Rumah baru? Lusa Stefan akan berangkat bertugas selama 7 bulan. Lalu siapa yang akan menemani Yuki disana?"

"Apa? 7 bulan?" Pekik Nancy kaget. Ia menatap Rainer tajam. Rainer sedikit bergidik ngeri melihatnya. "Tuan Rainer Avery, kau memang benar-benar keterlaluan. 7 bulan? Lalu bagaimana nasib putri mu ? Mereka baru saja menikah dan berkat perintah mu itu sekarang... Ah ya Tuhan harus aku apakan kau ini hah?" Nancy mengambil bantal yang berada didekatnya kemudian memukul Rainer menggunakan bantal tersebut. Rainer berusaha menghindar tapi percuma saja, istrinya sedang kesal sekarang. "Nancy hentikan, itu memang kewajiban, lagi pula aku..."
Belum lagi menyelesaikan kata-katanya. Nancy sudah lebih dulu menyela. "Kewajiban katamu? Lihatlah ini yang membuat kita kesepian tanpa cucu!!!"

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang