X (part 2)

3.8K 361 65
                                    

"Aa...aa" (suara Zlatko yang mencoba bicara) Brando menatap Zlatko kemudian mulai mengambil kertas dan bolpoint. "Kak aku akan mencoba membiarkan pak Zlatko berkomunikasi meggunakan tulisan" Ujar Brando. Yuki yang sedang memeriksa Zlatko mengangguk mengiyakan. Setelahnya Zlatko mengambil kertas dan bolpoint tersebut lalu menulis sesuatu. Yuki mengernyitkan dahinya kemudian tersenyum. "Amra? Istri anda sedang berada diluar. Sebentar lagi istri anda sudah diperbolehkan masuk" jelas Yuki. Ia menggunakan tangannya memberi isyarat pada Zlatko yang tak mungkin mengerti bahasanya. Zlatko tersenyum kemudian menganggukan kepalanya pelan. Sepertinya ia mengerti maksud Yuki.
"Brando" panggil Yuki.
"Iya kak? Apa sudah selesai memeriksanya?" Tanya Brando.
"Ya, tolong berikan hasil pemeriksaan ini pada kapten, bilang padanya agar membawanya pada dokter spesialis THT" jelas Yuki. Brando mengernyitkan dahinya bingung. "Tapi kak bukannya diagnosis mu memerlukan dokter spesialis neurolog?"
Yuki menggelengkan kepalanya pelan.
"Sepertinya diagnosis kapten lebih tepat. Kita lebih membutuhkan dokter spesialis THT sekarang"
Brando tersenyum jahil pada Yuki. Ia mencolek lengan Yuki. "Wah apa kakak memihak pada kapten karena kapten adalah suami kakak? Romantis sekali.." Mendengar perkataan Brando sontak membuat Yuki terkejut. Pipinya terasa panas dan ia yakini kini pipinya pasti bersemu merah. Brando menyadari itu, ia tertawa pelan. "Ck.. Anak ini benar-benar.. Cepat antarkan hasil pemeriksaannya!!" Ujar Yuki sedikit membentak. Brando menatap Yuki dengan tatapan lucu.
"Ishh kasar sekali.. Iya iya aku akan mengantarkannya" setelahnya Brando berjalan keluar meninggalkan Yuki. Yuki mengelus dadanya lega. "Kenapa kau mudah sekali ditebak Yuki??" Rutuk Yuki pada dirinya sendiri. Zlatko yang ada disitu bingung melihat tingkah aneh Yuki.

***
Tak jauh dari camp, Brando melihat Stefan, Bianca serta Amra sedang duduk disalah satu bangku, sambil membicarakan sesuatu. Brando mendekati ketiganya.

"Bagaimana? Apa sudah selesai?" Tanya Stefan ketika Brando sudah ada dihadapannya.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Bianca antusias. Tangannya masih merangkul Amra yang kebingungan karena tak mengerti bahasa yang mereka gunakan.

"Iya kapten. Kakak meminta agar hasil pemeriksaan tadi dibawa ke dokter spesialis THT" jelas Brando kemudian berganti menjawab pertanyaan Bianca. "Pak Zlatko sudah membaik. Mungkin beberapa hari lagi sudah pulih"

Bianca tersenyum. Ia memeluk Amra erat. "Nyonya dengar kan? Suami nyonya baik-baik saja.. Sebentar lagi pasti sudah bisa pulang, yeay!!" Ujar Bianca dengan girangnya. Ia melirik Stefan kemudian menatap Stefan dengan tatapan memohon. "Kapten tolong terjemahkan perkataan ku ya?"
Stefan tersenyum kemudian mulai menerjemahkan perkataan Bianca. Amra mengerti. Ia membalas pelukan Bianca lalu tersenyum. Dari kejauhan Yuki memperhatikan mereka. Ia tampak lega. Senyum manis terukir diwajahnya. Yuki pun berjalan keluar dari camp kemudian mengambil ponselnya untuk menelfon Veby.

***
Jakarta
'Rumah sakit'
•Ruang konsultasi pengobatan•

Veby sedang duduk membaca laporan yang dibuat oleh Reina. Berulang kali ia memijat-mijat pelipisnya dengan wajah kesal.

"Jadi menurut mu pemberian dormicum yang berlebihan tidak memberi efek samping? Atau mungkin menurut mu cercine juga seperti itu?" Tanya Veby sedikit membentak. Reina ketakutan, ia hanya mampu menundukan kepalanya. "Ya Tuhan.. Bagaimana bisa kau menjadi seorang dokter hah? Jika ada pasien yang mengalami kecelakaan, tiba-tiba detak jantungnta berhenti paru-parunya juga berhenti bekerja. Apa tindakan pertama yang harus kau lakukan?" Veby memberi pertanyaan pada Reina layaknya seorang ibu yang sedang mengajari anaknya. Reina memberanikan diri mengangkat kepalanya, ia tampak berpikir.
"Mungkin dc.." Jawab Reina ragu. Veby menggebrak meja hingga membuat Reina terkejut. "Jadi kau tidak memerlukan ambubag? Atau mengecek ECG dan kondisi pasien terlebih dahulu?"

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang