Keluarga ABSURD

615 97 43
                                    

Seorang remaja tampan berusia 17 tahun memasuki gedung hotel yang begitu megah dengan langkah gagah namun sedikit endel di akhir.

Setelah berhasil memasuki hotel tersebut. Remaja berwajah bule itu semakin mempercepat langkahnya ke arah meja receptionist. Wajah tampannya tampak berseri-seri —layaknya bunga yang bermekaran—begitu dia telah bertatap muka dengan mbak cantik petugas receptionist di sana. Mana tak lupa pakai acara senyum pula! Duh, kan mbak petugas resepsionisnya jadi salting dan setengah pengen nabok gitu.

Anak kecil ini maunya apa coba?

Mau ngerayu?

Pasti kalian akan berpikiran sama dengan si mbak resepsionis, bukan? Berpikiran bahwa remaja lelaki itu sedang cupan-cupan dan cakes-cakes untuk bergenit ria pada si mbak petugas resepsionis.

Eits, Jangan salah sangka dulu. Buang jauh-jauh ya pikiran itu. Dia masih sadar diri kok. Masih bau kencur gitu ngapain godain tante-tante muda cantik di sana? Pokoknya, dia itu gak genit, senyum dia tuh cuma sebagai formalitas saja. Aslinya sih senyum-senyum gaje karena sudah tidak sabar bertemu dengan ketiga belah jiwanya.

"Mohon maaf ada yang bisa saya bantu?" Tanya si mbak petugas receptionist pada si anak lelaki dengan mendangakan wajah —menatap anak lelaki itu.

"Iya mbak." Kyle menjawab, dia tersenyum manis menampilkan deretan gigi putihnya.

Walau sudah senyum seperti itu sepertinya mbak petugas receptionist ini adalah orang baru. Buktinya, si mbak tidak mengenali si anak lelaki tampan nan somplak di depannya yang ternyata adalah Kyle Avery, adik dan anak semata wayang salah tiga tamu penting yang ada di hotel ini.

Bukan Salatiga lho ya, itu sih is a city in Central Java province, Indonesia. Itu lho yang lokasinya between the cities of Semarang and Surakarta.

Yah, ngapain Kyle menjelaskan ya? Kan itu tugas moyang Google.

Hemh. Kecerdasan ini membunuh ku —sombong dikit om tante, jangan protes— ngomong-ngomong, sepenggal kalimat di atas, macam judul lagu salah satu band siapa gitu.

Hadeh, kebanyakan monolog si Kyle, bisa-bisa di komplain readers. Mending balik lagi ke percakapan.

"Saya mau ketemu dengan bapak Stefan Avery— ah batal-batal mbak, saya mau ketemu dengan bapak Dzenan Avery." Lanjut Kyle yang ngomongnya seperti orang mencla-menclemenurut si mbak resepsionis.

Mbak receptionist itu mengernyitkan dahinya. Tampak berpikir keras medium —soalnya kalau berpikir keras extra large, takut cepat keriput. "Mas sudah buat janji dengan bapak Dzenan?" Tanyanya.

"Belum mbak." Jawab Kyle.

Mbak receptionist itu menatap Kyle dengan tatapan aneh. "Mohon maaf mas. Mas harus buat janji terlebih dahulu. Bapak Dzenan sekarang sedang sibuk."

Kyle lagi-lagi tersenyum. Anak lelaki itu masih dengan sabar berdiri di depan meja receptionist sambil sesekali menggoyangkan kakinya yang mulai pegal karena sedari dia datang ke kota Surabaya, beberapa teman lamanya mengajak dia jalan-jalan.

"Telfon aja mbak. Bilang Sidik Edward mau ketemu."

Raut wajah si mbak berubah menjadi semakin aneh —Seaneh perkataan Kyle. Ya kali yak, meskipun parasnya mirip dengan Sidik Edward, tapi si mbak juga tahu lagi, mana ada artis datang tanpa keributan yang di buat oleh fans? Rasa-rasanya si mbak receptionist itu ingin mengumpati tamu tampan di hadapannya ini.

Suamiku Kapten (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang