-Author pov-
Menjelang pagi bella pun berangkat sekolah seperti biasa di antar oleh supir papahnya.. Sesampainya di sekolah bella melihat seseorang yang tak asing sedang bercengkrama asik dengan seorang perempuan yang bella kenal dia sebagai bu indah guru fisika, yang juga belakangan ini memang di gosipkan bahwa bu indah dan pak devan memiliki hubungan yang dekat.
"Itu bukannya pak devan ya.. Kenapa terlihat akrab sekali" batin bella sambil terus menatap tajam ke arah pria yang mencuri perhatiannya pagi ini.
"Gak salah lagi.. Itu pak devan" ucap bela dengan wajah sedikit marahnya, dan bella pun melanjutkan melangkahkan kakinya menuju kelas.
Setelah kejadian tak mengenakan bagi bella tadi pagi selama pelajaran bella terlihat murung dan tak semangat.
"Lo kenapa sih bell.. Lo sakit?" tanya citra heran, karna tak biasanya bella terlihat murung.
"Gw gapapa" ucap bella singkat tanpa melihat ke arah citra.
"Bener lo gapapa? Koo gw gak percaya ya, kalau lo sakit gw anter ke uks ayo" Ucap citra terlihat khawatir sambil menarik tangan bella.
"Gw gapapa ciiitt,, please gw pengen sendiri" beranjak meninggalkan citra.
Bella memutuskan untuk duduk ditaman sekolah.. Ia memakai earphone dan memejamkan matanya sambil bersandar di bawah pohon. Tak terasa bulir air mata jatuh di pipi bella.. Bella pun mengusap air matanya yang jatuh itu.
"Kenapa gw nangis? Kenapa gw merasa hati gw amat sakit? Apakah secinta itu gw sama pak devan bahkan melihat pak devan bergurau dengan bu indah aja hati gw terasa amat pedih" ucap bella sambil menatap lurus ke arah langit.
"Sakit" ucap bella lagi sambil memukul mukul kecil dadanya.
Kejadian itu tak lepas dari sepasang mata yang memperhatikan bella sambil bersandar di tembok.. Ya itu devan.
"Bella,, apa dia punya masalah.. Kenapa dia menangis sampai seperti itu" gumam devan sambil menatap lurus ke arah bella,, devanpun berjalan menghampiri Bella.
"Kamu kenapa?" tanya devan pada bella.
Bella pun melihat sosok yang berdiri di depannya..
"Gapapa" ucap bella memalingkan muka.
"Saya gasuka melihat kamu nangis bella.. Jadi berhentilah" ucap devan dengan wajah datar
"Kan bapak yang membuat saya sampai menangis" gumam bella pelan, yang mungkin saja devan tidak mendengarnya.
"Apa?" tanya devan dengan mengangkat satu halisnya.
"Mmhh ngga" ucap bella sambil menghapus air matanya.
"Nanti pulang bareng saya.. Gaada bantahan" ucap devan dingin
"Tapi saya di jemput pak" ucap bella acuh.
"Saya sudah telfon papah kamu untuk tidak menyuruh pak dadang menjemput kamu" ucap devan
"Terserah. Tukang maksa" balas bella lantas pergi meninggalkan devan.
Devan melihat bella meninggalkannya dia hanya geleng geleng kepala.. "Dasar anak kecil, untung calon istri" ucap devan dan beranjak pergi.
"Bella lo ada apa sama pak devan tumben ngobrol berdua" tanya citra yang tiba tiba sudah ada di depan bella dan menghalangi jalannya.
"Mmmm.. Oohhhh itu tadi pak devan tanya materi di kelas kita udah sampe mana soalnya dia lupa,, biasalah mungkin udah tua kali yak" ucap bella mencari alasan.
"Oohh gituuu.. Gapapa tua yang penting ganteng,, gua aja mau kalau dia minta gua jadi istrinya.. Hihihi" ucap citra sambil merangkul pundak bella..
Bella pun hanya terkekeh geli mendengar ucapan citra,, ya citra memang sudah lama menyukai pak devan.. Menurut citra sikap dingin pak devan justru membuatnya semakin ingin berjuang mendapatkan perhatian pak devan..
Bell pulang sekolahpun berbunyi,, menandakan waktunya siswa siswi pulang kerumah masing masing..
"Apa gua harus banget pulang bareng pak devan ya,, tapi gua masih kesel sama dia,, apalagi liat mukanya yang tanpa bersalah itu" ucap bella dalam hati.
"Lo kenapa sih dari tadi gw perhatiin bingung banget kayanya" ucap citra yang memandang aneh ke arah bella.
"Eehh ngga,, yaudah lo duluan aja kalau mau pulang cit gw mau ke toilet dulu mules nii" ucap bella yang hanya sebuah alesan agar citra pulang lebih dulu.. Karna bella takut jika citra melihat bella pulang bersama pak devan.
"Bener nii gapapa gw pulang duluan?" tanya citra meyakinkan.
"Iya bener dah sono duluan" ucap bella sambil mendorong tubuh citra.
"Iya iya deeehhh lo hati hati ya pulangnya,, awas di culik om om" ledek citra sambil berlari.
"Dasar citra" gumam bella
Bella pun memutuskan untuk pulang bersama devan ia pun berjalan menuju parkiran yang terlihat sudah lumayan sepi.
"Koo kamu lama banget sih, saya nunggu disini udah 1 jam bella" ucap devan dengan wajah datarnya.
"Tadi ke toilet dulu" alesan bella.
"Yaudah ayo naik" ucap devan sambil membukakan pintu mobil untuk bella.
Perjalanan pulangpun di lalui mereka dengan hening..
"Kamu kenapa? Apa saya ada salah?" tanya devan mengawali perbincangan.
"Gapapa" ucap bella tanpa menatap devan.
"Kalau ngomong liat saya bella" ucap devan.
Bella pun hanya terdiam tanpa menjawab.
Devanpun bingung mengapa sikap bella tak seperti biasanya.. Devan hanya sesekali memandang wajah bella yang terlihat sedih campur marah itu.. Devan pun memegang dan mengelus lembut tangan bella yang berada di atas paha bella, bella pun hanya terdiam tapi siapa sangka justru perlakuan devan mengurangi rasa sedihnya.
Sesampainya di rumah
"Bapak mau mampir?" tanya bella tanpa senyuman.
"Kamu maunya saya mampir atau tidak?" tanya devan menatap lekat mata bella.
"Ngga.. Bapa langsung pulang aja" ucap bella tanpa melihat ke arah devan.
"Kalau begitu saya mampir deh" ucap devan keluar dari mobil.
"Terserah" ucap bella sambil meninggalkan devan.
"Saya tau kamu sedang tidak baik baik saja,, dan saya tau kamu butuh saya di sisi kamu bella, tanpa kamu harus bilang saya dapat mengerti dari air mata di mata kamu" ucap devan lirih sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My teacher is my husband
Romance21+++ HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN❗❗❗ Bella tidak menyangka bahwa dia akan di jodohkan dengan seorang lelaki yang ternyata adalah gurunya sendiri. "Diam disitu Bella!!" Ucap devan tegas di sertai bentakan. Sontak bella pun terkejut dan mengurung...