#49

27.7K 292 5
                                    

Devanpun keluar dari ruangan interogasi di ikuti Samuel dan 2 pengawalnya di belakang.. Semua pasang mata menatap segan devan yang berjalan di kantornya.

"Pak,, setelah ini bagaimana dengan perempuan itu?" Tanya Samuel sebelum devan masuk ke dalam mobilnya.

"Antarkan sampai depan rumahnya,, lewat pintu belakang" Ucap devan kemudian masuk ke dalam mobil mewahnya.

"Baik pak" Ucap Samuel kemudian kembali menuju ruangan interogasi.

"Pak Samuel" Panggil zea ketika Samuel berjalan melewati lobby kantor.

"Iya?" Ucap Samuel.

"Pak.. Apakah bapak melihat melisa? Dia tak kembali ke meja resepsionis sejak siang tadi" Tanya zea pada Samuel.

"Melisa resign siang ini"Jawab Samuel yang di sambut wajah terkejut dari zea.

"Loh? Koo mendadak baru aja di pindahin sama pak devan ke resepsionis" Ucap zea terkejut. Samuel hanya tersenyum dan kembali berjalan.

Di rumah sakit..

"Apakah masih tertidur?" Tanya devan pada lingga ketika tiba di depan kamar rawat bella.

"Masih pak.. Silahkan masuk" Ucap lingga dan Devanpun masuk melihat keadaan istrinya. Lalu mengusap kening bella.

"Maafkan aku lalai menjagamu" Gumamnya.

Sementara di ruang interogasi..

"Apakah kalian puas?" Tanya Samuel pada 2 pengawal yang menggauli melisa.

"Banget pak.. Body nya mantap" Ucap 2 pengawal itu.

"Bapak mau coba?" Tanya salah satu pengawal.

"Oh tidak.. Terimakasih untuk kalian saja" Ucap Samuel menolak. 2 pengawal itupun terus menggauli melisa yang kini sedang terlentang lemas akibat permainan yang kasar dari 2 pengawal tersebut.

Sementara di lobby..

"Bunga" Teriak zea memanggil bunga yang sedang berjalan di lobby.

"Ape?" Tanya bunga.

"Sini deh ada yang mau gw omongin" Ucap zea yang membuat bunga penasaran.

"Apasiii serius banget kayanya" Ucap bunga menghampiri zea.

"Melisa resign" Ucap zea setengah berbisik pada bunga.

"Hah? Serius? Lo info dari siapa?" Tanya bunga yang juga setengah berbisik.

"Pak Samuel" Jawab zea.

"Lo tau gak? Istri bos siang tadi terkunci di toilet lobby ini" Ucap zea memberitahu bunga kejadian tadi siang.

"Loh berarti desas desus tadi bener dong" Bunga terkejut mendengar apa yang di ucapkan oleh zea dan di balas anggukan oleh zea.

"Kaya kebetulan gak sih?" Ucap zea.

"Kebetulan apa?" Tanya bunga.

"Ya itu.. Istri bos kan terkunci siang ini di toilet.. Nah siang ini juga melisa gak terlihat batang hidungnya dari tadi lalu tiba-tiba resign begitu saja tanpa memberitahu kita" Ucap zea menduga-duga.

"Eh.. Iya juga juga ya" Ucap bunga dan di jawab anggukan oleh zea.

"Gw juga dari tadi wa melisa gak di jawab.. Di telfon pun gak ada jawaban juga sama sekali" Ucap bunga.

"Apa jangan-jangan" Ucap bunga lalu menatap ke arah zea.

"Melisa pelakunya" Sambung zea dan merekapun sama sama menutup mulutnya terkejut"

"Jika memang melisa pelakunya kira-kira apa yang bakal pak devan lakuin ya" Ucap bunga.

"Tadi pak devan kesini dengan beberapa pengawalnya namun 1 jam kemudian kembali pergi lagi.. Wajahnya keliatan marah banget" Ucap zea.

"Ya semoga aja melisa mendapatkan balasan yang setimpal.. Menurut gw dia terlalu berani walaupun memang niatnya untuk menarik perhatian pak devan,, dan sebenarnya tidak mungkin bisa" Ucap zea lagi.

"Pak devan memang terlihat sangat mencintai istrinya.. Istrinyapun masih sangat muda" Timpal bunga.

Sementara di ruang interogasi..

"Sudah selesai?" Tanya Samuel pada 2 pengawal tersebut.

"Sudah pak.. Enak sekali perempuan ini" Ucap salah satu pengawal.

"Mmhhh" Gumam melisa yang dalam keadaan terkulai lemas tanpa busana.

"Pakaikan pakaiannya lalu bawa dia ke dalam mobil" Titah Samuel.

"Baik pak"

Setelah selesai melisa di bawa ke dalam mobil.. Kini mereka sedang dalam perjalanan untuk mengantar melisa ke kediamannya.

"Samuel" panggil melisa lemas.

"Hm?" Jawab Samuel hanya dengan deheman.

"Apakah kamu tidak mau mencicipi ku juga?" Ucap melisa meledek.

"Diam melisa" Ucap Samuel.

"Cih.. Kalian semua munafik.. Secepatnya aku akan membalas perlakuan kalian padaku" Ancam melisa.

"Jangan macam-macam pada pak devan melisa" Ucap Samuel memperingati. Melisa hanya tersenyum sinis di kursi belakang yang di jaga oleh 2 pengawal di kanan kirinya.

"Sampai.. Turunkan dia" Ucap Samuel.

"Lepas.. Biar saya turun sendiri" Ucap melisa. Lalu ketika ia turun mobil Samuel pun kembali melaju.

"Sialan aakkhh!" Kesal melisa kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Di rumah sakit..

"Sayang" Panggil bella pada devan yang duduk di samping tempat tidurnya.

"Ya? Sudah bangun?" Ucap devan pada bella.

"Perutku keram" Keluh bella.

Ia merasakan keram pada perutnya karena mengalami sedikit benturan pada saat ia mencoba keluar dari toilet saat terkunci.

"Dokter" Panggil devan pada dokter yang siap siaga menjaga di ruangan bella.

"Periksa istri saya" Ucap devan.

"Baik pak"

Setelah melakukan pemeriksaan dokter meminta berbicara 4 mata dengan devan.

"Tuan.. Sepertinya kandungan nyonya mengalami kontraksi, dan harus segera di lakukan tindangan cesar secepatnya jika tidak akan berbahaya pada janinnya pak" Ucap dokter itu menjelaskan. Devan sedikit berfikir dan merasa khawatir.

"Lakukan lah yang terbaik" Ucapnya.

"Sayang.. Ada apa?" Tanya bella ketika devan tiba di ruangan.

"Sayang.. Denger aku" devan mulai menjelaskan pada bella yang tadi dokter jelaskan.

"Tapi aku takut perutku di iris" Ucap bella.

"Tenang saja sayang.. Aku akan memastikan kamu tak akan merasakan sakit sedikitpun ok" Ucap devan membujuk istri kecilnya. Cukup lama devan membujuk bella dengan berbagai cara akhirnya bella setuju untuk di lakukan tindakan pada esok hari.

My teacher is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang