kunci

480 28 0
                                    

Bismillah
-
-
-
-
-

"sakit pah, Fira pengen lupa" ucapnya

Seluruh ruangan ikut menangis termasuk rio tak disangka pria gagah dan tangguh itu menangisi kisah hidup shafira

"Lo kenapa rio?" Fira melihat rio terisak
"Kasian sama gue?"tanyanya lagi
"Gue ga perlu rasa kasian lo"

Rio memalingkan wajahnya dari pandangan Shafira
Dengan mata yang berair dirinya menghampiri Shafira dan memberikan sesuatu yang selalu ia bawa didalam sakunya
Rio menarik tangan fira yang diinfus tanpa ia dapati perlawanan, Fira hanya menatap mata rio yang merah

"Mau lo apa?" Tanyanya malas
"Saya mau kamu jadi istri saya" jawabnya menyematkan cincin itu di jari manis fira 

"Saya mau mengajari kamu apa itu bahagia, saya janji bakal buat kamu lebih baik lagi, saya janji itu" katanya melihat kembali mata fira

"Kita baru aja berantem dan sekarang lo lamar gue, lo ga salah?"

"Engga, saya yakin sama keputusan saya, saya mau menikah sama kamu" ucapnya tanpa beban

"Gue kayak gini rio, apa yang lo harapin dari gue?"

"Tolong kasih saya kesempatan shafira" ucap rio setelah melihat fira berusaha melepas cincinnya

Tapi shafira tetap tidak bisa melepas cincin yang ada dijari manisnya
"Kalau ga bisa gausah dipaksa" rio menggenggam tangan fira kembali
"Saya tunggu jawaban kamu"
Rio membenarkan dasi yang ada dibaju kemejanya lalu pergi berlalu melewati pintu

Shafira terdiam ia berpikir
"Gila tuh orang"

Ia menatap cincin yang tersemat dijarinya "kenapa ga bisa dilepas?" Heran hatinya

"Shafira ruangannya sudah siap" kata suster sembari membawa kursi roda

"Ayo fira" kata Rahardi memegang tangan anaknya untuk duduk dikursi roda

"Biar saya yang ambil pak" suster itu mengambil infus Shafira yang tergantung

"Kusumo aku harus temani anakku dulu" pamitnya
"Iya hardi, shafira nanti mau makan apa?mau dibawain apa?biar ayah suruh ibu atau mas mu nanti buat bawain" tawar calon ayah mertuanya

Shafira hanya diam masih menangisi hal-hal yang terjadi dalam hidupnya

"Yaudah nanti ibu bawain nasi goreng yang ada di kantin yaa" balas ibu lembut mengelus kepala fira
______________________________________

Ruangan VIP tak cukup untuk membuat Shafira tenang

"Shafira minum obat dulu nak" rahardi menyiapkan obat yang harus diminum Fira
"Fira capek pah minum obat terus" jawabnya
"Minum obat sayang supaya kamu sembuh, ayo" seru hardi pada anak semata wayangnya itu

"Dari dulu obat fira makin bertambah banyak tapi sakit fira kok ga pernah sembuh ya"

"Fira mau berhenti pah"
"Yasudah kalau gitu" beberapa obat itupun kembali kedalam wadahnya

"Fira udah kasih kesempatan buat papah tapi mana hasilnya? Ga ada kan?!" Tagih Fira pada janji

"Papah butuh waktu fira"

"Apa kesempatan papah cuma bakal dipakai buat menikahkan fira sama rio? Mau berapa kali lagi fira ngomong engga pah?tolong ngertiin fira"

"Shafira, papah itu sudah tua, papah ingin kamu punya seseorang yang bakal selalu ada disisi kamu ketika kamu butuh" jelas hardi dengan penuh penegasan bahwa dia peduli dengan anaknya

"Jangan libatkan orang lain untuk memenuhi kewajiban papah, papah seperti ini hanya karena papah merasa bersalah! Jangan memaksakan orang lain buat menebus kesalahan papah dulu"
Kata fira dengan air mata yang terus mengalir

I'm Here Shafira (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang