ℳℴ𝓋𝓇

29.9K 2.8K 9
                                    

"Nah sudah selesai~" ucap Althea setelah memasangkan sebuah kalung di leher Raphael.

"Wah kalungnya sangat cocok dengan Raphael" puji Bianca. Tidak tanggung-tanggung, Althea memberikan kalung rantai dengan liontin dari bross batu zamrud yang telah Althea isi dengan mana sihir.

'Ugh rasanya aneh diperlakukan seperti hewan peliharaan, dan lagi apa-apaan mana sihir besar ini? Tidak mungkin kan anak kecil itu?' batin Raphael pundung.

"Ung! Sangat cocok" ucap Althea. "Bia Bia! Apa kita akan berangkat hari ini?" tanya Althea polos.

Bianca mengangguk, "Iya putri, keretanya sedang disiapkan" ucapnya.

"Bia, seperti apa ibukota Eleino itu?" tanya Althea penasaran.

"Ya ampun saya tidak tau kata apa yang tepat untuk menjelaskannya putri. Intinya ibukota Eleino sangatlah maju dan makmur. Anda pasti akan suka" ucap Bianca.

"Waaahhhh kedengarannya menyenangkan!" ucap Althea bersemangat.

"Tentu saja, dan saya yakin anda akan mendapat banyak teman baru nantinya" ucap Bianca lagi.

"Oh ya? Wah Thea jadi tidak sabar!" seru Althea lebih bersemangat lagi. Walau di hatinya, 'Semangat pantatmu, aku yakin orang-orang itu hanya akan mendekatiku karena aku putri gran duke'

Ya, di kehidupan sebelumnya Althea telah merasakan hidup sebagai putri dari petinggi negara. Semua orang mendekatinya agar bisa memanfaatkannya dan sang ayah.

Hanya Isandra dan Azel, hanya mereka yang tulus bersahabat dengannya hingga akhir. Seandainya ia dulu tidak mengacau, tidak serakah, pasti sekarang-

'Tidak, lupakan Althea. Itu dulu, sekarang sudah berbeda. Hm~ bukankah akan menarik jika mereka tidak tau identitasku sebagai putri Aquillio?' batinnya memikirkan skenario buatan di kepalanya.

'Bocah ini benar-benar mencurigakan' batin Raphael memicing.

Tok tok tok

Mereka menoleh saat pintu yang sudah terbuka itu diketuk, "Permisi putri" ucap Heinry. "Waktunya kita berangkat"

"Ah baik!" seru Althea bersemangat.

Mereka pun berjalan bersama ke teras mansion untuk menaikki kereta.

"Ayah!" seru Althea seraya berlari menuruni tangga untuk menghampiri Percy.

Percy, yang surai panjangnya dikepang menyamping dengan setelan santai tanpa jubah kebesarannya pun berbalik. Ia membelalak saat melihat sang putri sedang berlari ke arahnya.

Dengan cepat Percy berjalan menghampiri Althea dan segera menangkap tubuh kecil itu. "Jangan berlari di tangga Althea, kau bisa terjatuh" ucap Percy.

Althea tersenyum lebar menampakkan gigi susunya, "Hehe, kan kalau jatuh ayah akan menangkapku" ucapnya.

Percy tersenyum, semua pekerja tanpa terkecuali terkejut bukan main saat melihat senyum sang grand duke yang telah lima tahun menghilang.

Kini telah kembali, berkat sang putri.

"Kita berangkat sekarang" ucap Percy seraya membawa Althea masuk ke dalam kereta.

Total semua kereta adalah tujuh kereta. Tiga kereta di depan berisi barang-barang bawaan, satu kereta utama, dan tiga kereta terakhir adalah kereta berisi para pekerja yang diajak ke ibukota dan satu kereta di antaranya adalah untuk Raphael sendirian.

Setelah semua persiapan selesai, rombongan kereta itu pun berangkat. Percy tak lupa melepaskan burung elang peliharaannya untuk mengantarkan surat kepada sang kakak, bahwa ia akan kembali ke ibukota.

I Was The Evil WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang