Duty

11.4K 1K 9
                                    

Tok tok tok

Seorang pria dengan pakaian rapihnya masuk dan membungkuk hormat. Jayden, sang tangan kanan kaisar, dengan wajah datarnya menghadap sang kaisar.

"Yang mulia"

"Ada apa?" tanya Evan.

"Pangeran Raphael ingin menghadap" ucap Jayden.

Mendengar nama Raphael, Evan langsung menurunkan pena tintanya, "Ah benar, aku yang memintanya. Suruh dia masuk" ucap Evan.

Jayden pun mempersilahkan Raphael masuk, dan dia sendiri membungkuk hormat hendak keluar.

"Jayden" panggil Evan membuat kakak kembar Jason itu mengurungkan langkahnya untuk keluar.

"Ya, yang mulia?"

"Tidakkah aku menyuruhmu untuk libur? Pernikahanmu dua minggu lagi dan kau masih bekerja. Kaisar macam apa diriku?" ucap Evan.

Jika kalian lupa, Jayden saudara kembar Jason, ayah Jade. Jadi Jayden adalah paman Jade. Dan ya, Jayden masih belum menikah, bahkan hingga anak dari saudara dan teman-temannya sudah beranjak dewasa.

"Oh itu" Jayden membelalak baru tersadar, "Saya lupa yang mulia" ucapnya dengan wajah kembali datar.

Evan menggeleng pelan, "Yasudah, pulanglah" ucap Evan. "Semoga pernikahanmu berjalan lancar, aku usahakan dapat hadir nanti" ucap Evan.

Jayden kembali membungkuk, "Terima kasih yang mulia, kalau begitu saya permisi" tukasnya sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.

Evan pun mengalihkan fokusnya pada Raphael, "Maaf membuatmu menunggu" ucap Evan.

Raphael terkesiap, "Tidak apa-apa yang mulia" jawabnya.

"Silahkan duduk" ucap Evan seraya bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan menuju sofa yang berada di sebelah meja kerjanya.

Raphael pun duduk di sofa panjang itu, dengan Evan yang duduk di hadapannya.

Evan menatap putra angkatnya itu lamat-lamat, sebelum membuka suara. "Aku asumsikan kau telah berhasil memimpin wilayah yang ku berikan padamu" ucap Evan serius.

Raphael mengangguk mantap, "Benar yang mulia"

"Apa kau siap menerima tugas baru?" lanjut Evan.

"Siap yang mulia" jawab Raphael tegas.

"Tugasmu adalah..."

~~**~~

"Selamat pagi komandan"

Althea, yang sedang fokus pada laporan otopsi baru dimana terdapat beberapa informasi penting mengenai pelaku, mendongak saat Pheobe menyapanya.

"Pagi" jawabnya singkat.

Pheobe tersenyum, "Saya membawakan teh jahe untuk anda" ucapnya seraya meletakkan secangkir teh yg masih panas.

Althea terkejut, "Pheobe, terima kasih banyak tapi jangan lakukan ini lagi" ucapnya.

Raut kecewa sedikit nampak di wajah Pheobe, "Kenapa putri? Apa anda tidak suka teh jahe?"

Althea menghela nafasnya, "Kau adalah tangan kananku, Pheobe. Bukan pelayan"

"Tapi kan saya yang berinisiatif putri" ucap Pheobe.

Althea tersenyum kecil, "Aku tau, tapi apa dikata orang nantinya?" ucap Althea.

Pheobe pun menunduk suram, "Maaf komandan" ucapnya lesu.

Althea menghela nafasnya pelan, "Lain kalau kalau ingin membawa teh, jangan hanya untukku saja tapi buatlah untukmu juga. Agar kita bisa menikmatinya bersama" ucap Althea memberi solusi.

I Was The Evil WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang