Malam hari yang sunyi, seisi asrama sudah tertidur pulas. Kecuali Althea.
Terbaring menatap langit-langit kamar asramanya, entah selelah apapun dirinya, ia tetap tidak bisa tidur.
Ada beberapa kali ia tertidur, itupun saat ia sedang sakit atau cidera dan terpaksa mengonsumsi obat penidur agar pemulihannya bisa dipercepat.
Althea berdiri dari ranjangnya, mengambil mantel yang tergantung di dekat pintu dan keluar dari kamar.
Tidak ada murid yang boleh keluar di atas jam 10 malam, ah tapi apalah artinya aturan jika tidak dilanggar?
Althea berjalan menelusuri koridor gelap hanya dengan sinar rembulan yang menjadi sumber cahayanya.
Surai coklat berkilau bagai perunggu itu ditiup hembusan angin malam. Indah sekali, bukan langit cerah itu melainkan ciptaan Tuhan yang satu ini.
Althea terus berjalan entah kemana kakinya membawa diri, hingga matanya tertuju pada sebuah pohon bonsai besar dengan kursi panjang di bawahnya.
Dahan di pohon itu tumbuh menutupi bagian atas kursi, seolah membuatnya terlihat teduh walau cahaya rembulan masih berhasil menyinari kursi itu.
"Sempurna" ucap Althea langsung berjalan menuju kursi itu.
Ia duduk, pemandangan langit begitu sempurna dari tempatnya menatap. Baru dua hari ia berada disini, tak ia sangka akhirnya ia bersekolah disini juga.
Tak sengaja teringat Raphael yang menjadi alasannya untuk sempat mengurungkan niat bersekolah disini. "Kucing sialan" gumam Althea mengumpati Raphael. Entah kenapa melihatnya tumbuh menjadi pemuda tampan nan seksi membuat hati Althea kesal.
"Apalagi gadis-gadis itu, membuatku muak. Tidakkah mereka memiliki selera yang lebih bagus? Seperti tidak ada yang lain saja-" Althea menghentikan kalimatnya saat teringat bahwa memang Raphael sekarang setampan itu.
"Ugh" ia menggeram seraya menutup matanya, berada di bawah sinar rembulan membuatnya tenang. Semoga ia bisa tidur disini.
Krasak krusuk
"Siapa disana?" ucap Althea santai masih memejamkan matanya. "Cepat keluar sebelum kau kuhabisi, jangan kira aku tidak tau sedari tadi kau mengintipku" ucap Althea mulai geram.
"Grrrrr"
Althea membuka matanya setelah mendengar suara geraman itu, seeor singa raksasa yang ukurannya hampir seperti gajah dewasa, dengan mata kuning berkilat menatap Althea tepat di depan muka.
Althea teridiam, bukan karena hewan besar yang berada di hadapannya saat ini melainkan karena ia tahu siapa sebenarnya hewan ini. 'Raphael' batinnya.
'Althea?' batin Raphael. Tidak peduli meski warna rambut yang sudah berubah menjadi coklat, Raphael tahu betul dengan bau dan mana sihir khas milik Althea.
Sejak hari pertama penerimaan murid baru, ia sudah menyadari keberadaan Althea, dan disinilah Althea berada, di hadapannya. 'Kenapa dia diam saja? Apa dia tidak mengenaliku, tidak jika itu bukan Althea pasti ia sudah berteriak ketakutan. Gadis aneh itu tidak takut pada hewan buas manapun' batin Raphael berkecamuk.
'Ya, benar. Pasti dia Althe-'
"K-kyaaaaaa tolong!!! Ada singa raksasa! Siapapun tolong aku!" teriak Althea tiba-tiba, membuat Raphael membelalak terkejut. Dengan cepat ia berubah ke wujud manusianya.
"Shhhh jangan berisik, atau nanti orang-orang akan berpikir kalau aku menyakitimu" ucap Raphael seraya menutup mulut Althea seraya mendekapnya erat, tentu saja tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was The Evil Witch
FantasyCOMPLETED. Dm for follback Spin off from "I'm More Than Just A Princess" ••~•• "Aleeyah Najma, kau dihukum mati atas percobaan perebutan takhta Yang Mulia Damian Azazel Lucretius de Erebos, dan percobaan pembunuhan terhadap Lady Isandra" Kalimat it...