𝒮𝒾𝒷𝓁𝒾𝓃ℊ

29.8K 2.5K 9
                                    

Ruang makan megah itu nampak sepi, hanya empat orang yang menduduki kursi dan beberapa pelayan yang berdiri. Juga suara dentingan alat makan dan piring yang menjadi pengisi sepi.

"Paman Percy, kenapa baru kembali?" tanya Artemis pada pamannya. Memang, Evan tidak membatasi hal untuk sekedar panggilan kepada keluarganya. Yang penting anak-anaknya bersikap sopan itu sudah lebih cukup.

Tentu, hal ini berlaku di antara mereka saja. Apa kata orang jika pangeran pertama Eleino bertutur tidak sopan di acara formal.

"Arte, pertanyaanmu itu-"

"Memangnya kenapa? Apa kau tidak mampu belajar pedang tanpa pamanmu?" tanya Percy memotong Evan.

Artemis mengembungkan pipinya, "Tentu saja bisa, nanti paman datanglah ke barak, aku akan sparing dengan Jade" ucap Artemis membicarakan Jade, putra Jason dan Felice.

"Ayah, siapa Jade?" tanya Althea polos.

"Jade itu-hmph" suara Arte tertahan saat Percy menyumpal mulutnya dengan sebuah apel.

"Hanya seekor kucing ungu" ucap Percy. Entah kenapa ayah satu anak ini tidak mau sekali Althea mengenal laki-laki lain seusianya. Memperkenalkannya dengan Artemis saja berat hati, beruntung Arte adalah sepupunya.

"Kucing?" ucap Althea bingung.

Percy mengangguk, "Ya, kucing ungu" ucapnya.

Percy kemudian menoleh ke arah Arte yang sudah mengunyah apelnya kemudian mendengus, "Paman tidak mau datang kalau sparingmu tidak bagus" ucap Percy meremehkan untuk membangkitkan semangat Artemis.

Setelah menelan apelnya, Arte menjawab "Aku jamin kemampuanku sudah lebih hebat dari terakhir kali! Paman lihat saja nanti!" ucapnya sedikit berseru.

Nah itu baru semangat, "Baiklah" ucap Percy.

"Ugh uuuuhhhhh"

Percy menoleh, nampak Althea sedang kesulitan memotong daging steak di piringnya. Ditambah ukuran alat makan yang kurang sesuai untuk anak kecil berusia lima tahun itu.

"Biar ayah potongkan" ucap Percy menarik piring Althea. Dan hal itu tak luput dari pandangan Evan.

'Aku bangga melihatmu seperti ini' batinnya.

Makan siang hari itu pun berjalan lancar, kini Percy hendak berangkat ke mansion Aquillio di ibukota. Beruntung karena jaraknya tidak terlalu jauh dari istana.

"Kau yakin ingin segera kembali? Kenapa tidak bermalam di istana beberapa hari?" tawar Evan.

Percy menggeleng, "Kami akan pulang ke kastil Aquillio, terima kasih jamuannya" ucap Percy. Ia pun berbalik dengan Althea di gendongannya, nampak kereta kuda yang ia tumpangi sebelumnya telah menunggu di bawah tangga.

"Eum... Paman!" seru Marianne. Percy pun berbalik.

Putri Eleino itu nampak malu-malu hendak menyampaikan keinginannya, "M-minggu depan adalah pesta ulang tahunku, hanya pesta teh kecil. K-kalau paman tidak keberatan, aku ingin mengundang Althea" ucap Marianne.

"Ah benar juga, mungkin ada baiknya Althea datang. Bagaimanapun dia harus berteman dengan anak-anak seusianya bukan?" ucap Evan.

Percy nampak ragu untuk membiarkan putrinya datang ke pesta itu, sekecil apapun yang dimaksud Marianne, setidaknya puluhan anak akan datang ke pesta itu.

"Yang diundang hanya para lady seusiaku" tambah Marianne.

Percy menoleh pada Althea di gendonganya, "Kau mau datang?" tanya Percy.

Althea berpikir sejenak, 'Aku malas sekali, pasti membosankan. Tapi jika aku tidak datang, mau ditaruh dimana muka ayahku? Semua orang sudah tau kalau grand duke telah kembali' batinnya.

I Was The Evil WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang