Dirty Work

10.9K 875 8
                                    

Malam yang sunyi beberapa hari setelah kejadian pesta pernikahan Percy. Nampak seperti malam yang normal di kediaman Aquillio. 

Ceklek

Percy keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya sebelum tidur, sedang Dalia nampak duduk membaca buku di atas kasur mereka. Percy pun merangkak naik ke atas kasur mendekati Dalia, dengan manja membaringkan kepalanya di atas paha istrinya.

"Oh astaga, Percy rambutmu belum kering" ucap Dalia mengambil handuk Percy hendak mengeringkan rambut panjang suaminya itu. Sedang Percy tersenyum geli karena berhasil mengalihkan perhatian istrinya.

Dalia tersenyum kecil seraya mengeringkan rambut suaminya, namun senyumnya perlahan memudar dan Percy menyadari hal itu. Percy pun bangkit duduk dari paha Dalia, "Dalia? Ada apa?" tanya Percy mengusap wajah istrinya lembut.

Dalia menggeleng pelan seraya berpaling seolah tak ingin bicara, dan hal itu membuat Percy khawatir. Ia meraih wajah istrinya, membuat Dalia mau tak mau menatap wajah cantik suaminya itu. "Katakan saja padaku, aku pasti akan membantumu" ucap Percy meyakinkan.

"Lepaskan saja aku Percy"

Satu kalimat dari bibir indah itu membuat jantung Percy bagai tertusuk seribu belati, "Dalia, apa maksudmu?" tanya Percy seolah tidak tau. Benar, kejadian beberapa hari lalu saat pesta pernikahan mereka memang dirahasiakan dari Dalia. Karena takut akan membuat Dalia terlalu stres untuk memikirkannya, Percy tahu betul seperti apa istrinya itu.

"Aku tau apa yang sebenarnya terjadi, lepaskan saja aku. Ribuan rakyat yang berada di bawah naungan Aquillio tidak pantas menjadi korban hanya karena diriku" ucap Dalia dengan raut ikhlasnya.

Percy seolah membeku di tempat, bagaimana bisa Dalia tahu? Padahal ia ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan istrinya, "Dalia aku, mari kita tidur" ucap Percy mengalihkan pembicaraan.

"Tidak, aku ingin menyelesaikan ini sekarang. Percy aku mohon dengarkanlah aku, aku juga memiliki hak atas rakyatku. Tidak mungkin aku mengorbankan mereka demi hidupku, aku juga gran duchess Aquillio. Dan aku menginginkan yang terbaik untuk rakyatku" ucap Dalia mengeluarkan unek-uneknya.

"Lalu bagaimana denganku Dalia?" ucap Percy dengan suara paraunya, "Bagaimana dengan suamimu ini? Yang setiap saat menderita karena kau tidak di sisiku, yang setiap saat merindukan sentuhanmu. Bagaimana dengan putri kita? Tidakkah kau ingin bersamanya lebih lama lagi? Dalia tidakkah kau mencintaiku? Tidakkah kau mencintai kami?" 

Air mata pun jatuh dari sudut mata Percy, begitupun Dalia. Ia pun menarik Percy ke dalam pelukannya hangat, oh sungguh kenapa Tuhan begitu 'menyayangi' mereka? Betapa berat cobaan demi cobaan yang harus mereka hadapi. 

"Aku mencintaimu Percy, aku mencintai Althea. Lebih dari apapun bahkan hidupku sendiri, itu sebabnya aku melakukan ini. Semua ini demi kalian" isak tangis mereka bersahutan, Dalia memeluk Percy erat menenggelamkan wajah suaminya itu di dadanya. "Pilihan apa yang kumiliki? Tidakkah ada cara lain bagiku untuk mempertahankanmu?" ucap Percy di sela tangisnya.

Isak tangis itu terdengar begitu pilu, membuat seoarng gadis yang mendengar percakapan mereka pun ikut menitihkan air matanya. Althea segera menghapus jejak air mata itu, kemudian menutup kepalanya dengan jubah yang ia kenakan, tidak ada waktu untuk meratapi nasib, keluar dan ubah nasibmu sendiri.

Althea keluar melalui jendela, kemudian diam-diam berlari masuk ke hutan Antex yang menjadi pembatas antara mansion Aquillio dan istana. Disana ia bertemu dengan tiga orang lainnya yang telah menunggu Althea, "Maaf membuat kalian menunggu, dan terima kasih sudah mau membantuku" ucap Althea.

Ketiga orang itu pun membuka penutup wajah mereka, Raphael, Artemis dan Aithan.

"Senang bisa membantu" ucap Artemis. "Tentu saja" lanjut Raphael. "Ya lagipula aku bosan di Erebos" tukas Aithan. Althea tersenyum, "Ayo berangkat" ucapnya.

I Was The Evil WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang