Crestfallen

9.1K 782 12
                                    

BRAK

Raphael melempar semua barang yang ada di kamarnya, mulai dari meja hingga lemari besar yang kini sudah tak karuan.

"SIALAN!" serunya memaki keadaan. "Apa kurangku?! Semuanya sudah kulakukan! Apalagi yang harus aku korbankan?!" Raphael meracau tidak jelas. Penampilannya tidak lebih dari seolah pemabuk di jalanan, membawa sebotol minuman keras di tangannya, Raphael frustasi.

"Menjadi pangeran, belajar berpedang, bertempur di Medan perang, semuanya kulakukan! Kenapa..." suaranya mengecil seraya air mata patah hati mengalir membasahi pipinya. "KENAPA MASIH BELUM CUKUP?!"

CRASH

Botol minuman keras itu pecah saat Raphael melemparnya ke arah pintu masuk. Hampir mengenai seorang pria yang berdiri di muara pintu. Pria itu menatap adik angkatnya datar, ia berjalan masuk setelah menutup pintu kamar Raphael.

"Siapa? Arte?" gumam Raphael tak bisa melihat dengan jelas karena sudah malam dan mabuk. Ia mengenali Artemis dari baunya.

"Ada apa ini?" tanya Artemis melihat kamar Raphael yang sudah tidak berbentuk.

"Ah maaf, barang-barang ini pasti sangat mahal kan? Maaf aku menghancurkannya, nanti akan kuganti" ucap Raphael malah meminta maaf.

Artemis sontak mengerutkan dahi saat mendengar ucapan Raphael, ucapan yang tidak sepantasnya keluar dari mulut seorang pangeran. "Apa maksudmu? Aku bertanya ada apa denganmu!" ucap Artemis seraya mengguncang tubuh Raphael, tidak mengerti apa yang tengah terjadi pada adik angkatnya itu.

"Dia- tidak, ini semua karena aku. Aku bukan bangsawan mulia seperti kalian semua, aku hanyalah biantang" ucap Raphael menghina dirinya sendiri.

Plak

Artemis terpancing emosi, semakin Raphael menghina dirinya sendiri semakin Artemis merasa gagal sebagai seorang saudara. "Hentikan! Jika kau masih mau meracau tidak jelas seperti itu, aku tidak akan segan menghajarmu" marah Artemis berdiri dari duduknya. "Sadarkan dirimu dan temui aku besok" ucap Artemis sebelum pergi meninggalkan Raphael yang nampak kacau.

Hingga setelah Artemis keluar dari kamar itu, beberapa pelayan masuk untuk menggotong tubuh Raphael dan memindahkannya ke kamar lain. Tentu saja, siapa yang akan membiarkan seorang pangeran tidur di kamar yang terlihat seperti gudang ini?

~~**~~

Keesokkan harinya,

"Sepertinya kau masih belum sadar dari mabukmu, istirahatlah dan kembali lagi besok" ucap Artemis memijat pelipisnya yang berdenyut.

Apa dia tidak salah dengar? Raphael ingin melepas gelar sebagai pangeran, dan memintanya untuk membuat laporan bahwa Raphael telah berkhianat, kemudian mengasingkannya dari Eleino.

Ya, 'Dia pasti masih mabuk' batin Artemis meyakinkan diri. 

"Tidak, aku tidak mabuk" ucap Raphael dengan keseriusan di matanya. "Dan aku sudah mantap akan keputusanku" lanjutnya.

Artemis menatap Raphael rumit, sungguh ia tidak mengerti dengan cara kerja otak Raphael. "Kenapa kau melakukan ini? Untuk alasan apa aku harus menurutimu?" tanya Artemis setelah menghela nafasnya. Baik, jika Raphael ingin keras kepala, ada baiknya ia mendengar Raphael terlebih dahulu.

Raphael terdiam sejenak, "Saat aku melaksanakan tugas di wilayah Utara, kerajaan yang berbatasan dengan Eleino, yang posisinya paling dekat dengan wilayah yang saat ini berada di bawah kekuasaanku, aku curiga mereka sedang merencanakan sesuatu" ucap Raphael.

"Emir? Kerajaan yang baru-baru ini menandatangani serikat dagang dengan Eleino?" tanya Artemis memastikan. Dan Raphael mengangguk mengiyakan. Artemis kembali menghela nafasnya, "Lalu? Apa hubungannya dengan permintaan gilamu barusan?" tanya Artemis.

I Was The Evil WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang