"Hiya!" Althea datang menangkis serangan Orpheus dibantu dengan Raphael.
Clang clang clang
"Hoho kalian lumayan juga" ucap Orpheus seraya meladeni serangan Althea dan Raphael bersamaan. "Tapi coba lawan ini!"
Boom
Sebuah ledakan yang cukup besar saat Orpheus menghentakkan kedua lengannya satu sama lain, membuat Althea dan Raphael terdorong ke belakang meski sekuat apapun mereka menahan dengan kuda-kuda.
'Sial, dia membuat jarak antara kami dan dirinya' batin Althea memaki keadaan.
"Althea, kau tidak apa-apa?" tanya Percy menghampiri. Althea pun mengangguk, "Aku baik ayah" jawabnya.
"Kita harus segera menangani Orpheus sebelum dia membuat kerusakan dan mencelakai rakyat Eleino" ucap Raphael serius.
Althea mengangguk, "Tapi dia sudah semakin kuat daripada terakhir kali kita bertarung. Menyerang secara brutal hanya akan menghabiskan energi dan mana kita" ucap Althea.
Apa yang harus mereka lakukan?
~~**~~
"Kau yakin disini tempatnya?" tanya Aithan pada Artemis penuh keraguan.
Artemis, hanya memutar bola matanya malas seraya meraba-raba bingkai lukisan yang tergantung di dinding koridor. "Ah ketemu" ucapnya kemudian menekan sebuah tombol tersembunyi di bingkai itu.
Sruukkk
Dinding itu tiba-tiba bergeser, Aithan menatapnya dengan binar kagum. 'Aku harus membuat yang seperti ini di istana Erebos' batinnya.
"Hey, ayo!" seru Artemis yang sudah berjalan masuk ke dalam lorong tersembunyi itu.
Keduanya pun berjalan menelusuri lorong gelap, hanya berbekalkan api dari tangan Artemis sebagai pencahayaan. Hingga beberapa saat berlalu, mereka akhirnya melihat cahaya terang di ujung lorong.
Artemis berlari menuju cahaya itu, hingga sampai di sebuah ruangan yang bagian atapnya terbuat dari kaca, sehingga cahaya dapat masuk. Dan ruangan itu ditumbuhi beberapa bunga dan satu pohon di tengahnya, tak lupa sebuah kolam yang cukup besar terletak di sebelah pohon, dimana kolam itu menjadi wadah air hujan yang masuk dari bagian atap yang terbuka.
"Yang mulia, ada yang datang" ucap Jade pada Marie. Sedangkan Marie, yang tengah duduk lemas meratapi kepergian suaminya pun menoleh. Matanya lantas berkaca-kaca saat melihat sang putra yang baik-baik saja.
"Arte!" ucapnya seraya dengan cepat berdiri dan menghampiri Artemis dengan tangan terbuka, memeluk putranya hangat dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. "Putraku, syukurlah kau baik-baik saja. Ibu sangat, sangat khawatir" ucap Marie penuh kekhawatiran.
Artemis membalas pelukan ibunya seraya mengusap punggung bergetar sang ibu untuk menenangkan, "Aku baik-baik saja ibu, maaf membuat ibu khawatir" jawabnya.
Pelukan itu pun terlepas, kini pandangan Artemis berpindah ke seorang gadis dengan mata sembabnya.
"Ria-" ucap Artemis seraya membuka kedua tangannya. Tanpa aba-aba Marianne langsung memeluk sang kakak dan terisak, Artemis memejamkan matanya dalam-dalam. Sungguh, pasti berat bagi Marianne untuk kehilangan sosok ayah yang begitu berarti baginya.
"Kakak, ayah-" hanya dua kata itu yang terucap berulang-ulang dari bibir Marianne.
"Sshhh tenanglah, ayah akan sedih jika putrinya menangis jelek seperti ini" ucap Artemis mengusap air mata Marianne, seolah rasa sakit di hatinya bisa dibuang kapan saja saat air mata sang adik sudah bercucuran di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was The Evil Witch
FantasyCOMPLETED. Dm for follback Spin off from "I'm More Than Just A Princess" ••~•• "Aleeyah Najma, kau dihukum mati atas percobaan perebutan takhta Yang Mulia Damian Azazel Lucretius de Erebos, dan percobaan pembunuhan terhadap Lady Isandra" Kalimat it...