Investigate

10.7K 991 21
                                    

Siang yang cerah di Eleino, suasana istana nampak tenang seperti biasa. Para pelayan mengerjakan tugas mereka sepenuh hati, sedang para bangsawan nampak sibuk keluar masuk istana untuk mengurus pekerjaan mereka pula.

"Aku dengar kau mengirim bajingan itu untuk membantu putriku" ucap suara dingin tak sopan dari bibir seksi Percy.

Evan, menyesap teh hangatnya santai. Jika bukan karena Percy itu Percy, mungkin sudah lama kepala putih itu melayang.

"Ya, dan aku ingin kau berhenti memanggilnya bajingan. Kau akan berterima kasih dengannya nanti" ucap Evan malas.

Keduanya saat ini sedang berada di taman, menikmati teh hangat bersama meski suasana diantara mereka tidak hangat sama sekali.

Alis Percy mengkerut, "Maksudmu? Cih aku tidak sudi berterima kasih pada orang yang sudah menggores hati putriku. Dia masih bisa bernafas sampai detik ini pun, itu sudah pengampunan besar baginya"

Sebelah alis Evan naik, "Apa kau pikir yang kumaksud adalah terima kasih untuk membantu Althea? Tentu tidak, lagipula aku percaya Althea akan baik-baik saja meski tanpa Raphael sekalipun. Yang kumaksud adalah dia" ucap Evan menunjuk ke arah gerbang taman.

Percy pun sontak menoleh, matanya melirik sinis menatap gadis yang berjalan pelan ke arah mereka berdua, Camelia.

"Apa yang dia lakukan disini?" tanya Percy kembali menoleh menatap Evan penuh selidik.

Evan tidak menjawab pertanyaan Percy, ia kembali menatap Camelia yang kini tengah berlutut hormat pada mereka berdua.

"Salam saya pada baginda kaisar dan gran duke" ucap Camelia sopan.

"Salam, mari nikmati teh bersama" ucap Evan mempersilahkan Camelia duduk bersama mereka.

Canggung, tidak ada yang membuka suara di antara ketiganya selama sepuluh menit.

Evan pun tidak tahan, "Ekhem, jadi bagaimana anda bertemu dengan Raphael?" tanya Evan pada Camelia setelah menyesap tehnya.

"Ceritanya panjang yang mulia, saya hanyalah seorang gelandangan yang menyediakan jasa bersih-bersih dari rumah ke rumah untuk bertahan setiap harinya. Yang jelas waktu itu saya ingat betul saat saya hampir diperkosa di gang gelap dan pangeran menyelamatkan saya" jelas Camelia membuat Evan dan Percy tidak bergeming. Ya, jangan kira cerita sedih semacam itu bisa meluluhkan mereka.

"Bagaimana dengan keluargamu? Kau tidak punya keluarga? Ah, aku tidak memaksa jika kau tidak mau bercerita" ucap Evan.

Camelia tersenyum kecil, "Saya sebatang kara yang mulia" jawab Camelia.

Evan terdiam sejenak memikirkan sesuatu yang Percy pun tidak tahu apakah itu, "Maksudku keluargamu sebelum kau masuk ke tubuh itu" ucap Evan menatap Camelia dengan kilat tajam penuh penekanan.

Percy lagi-lagi mengerutkan keningnya, oh apa lagi ini?

Camelia membelalak, bagaimana bisa Evan tau bahwa ini bukanlah tubuh aslinya? Ia pun menghela nafasnya sejenak, mencoba untuk setenang mungkin.

"Sepertinya pangeran Raphael sudah memberi tahu anda. Saya juga tidak berniat menyembunyikan hal ini untuk waktu yang lama" ucap Camelia tersenyum pasrah.

Ia menatap Evan penuh keseriusan, "Saya dulu memiliki sebuah keluarga, dimana hanya saya dan kakak saya yang tersisa. Karena hutang ayah kami yang tak terbayarkan sebelum ia wafat, dan ibu kami yang kabur dengan sisa harta yang kami miliki, saya terpaksa menikah dengan seorang bangsawan terpandang. Dimana kakaknya sendiri, sang kaisar, yang setiap hari menyebarkan 'lowongan' pernikahan untuk adiknya" jelas Camelia, membuat Percy membelalak saat ia mendengar kata 'kaisar'.

I Was The Evil WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang