[Althea's POV]
Aku berjalan menelusuri koridor yang terang benderang karena obor yang digantung di setiap tiang. Mengikuti langkah gadis cantik dengan surai ungunya di hadapanku ini.
Entah kemana ia hendak membawaku.
"Eum... permisi, kemana kita akan pergi?" tanyaku sopan.
"Diam dan ikuti saja aku" jawabnya ketus. Aku pun hanya mengendikkan bahu dan mengikuti ucapannya.
Kami berjalan, belok kanan, kiri melewati jajaran ruang kelas hingga akhirnya berhenti di pintu paling ujung koridor, yang aku tahu sebagai ruang DMA.
Krieettt
Pintu terbuka, gadis berambut ungu tadi masuk dan berdiri sejajar dengan senior lainnya, menghadap sebuah meja bundar besar yang diameternya hampir sama dengan lebar ruangan ini.
Bisa ku tebak bahwa mereka semua adalah anggota-anggota penting di dalam organisasi akademi.
"Silahkan duduk" ucap seorang yang duduk di sebrang meja, ah ternyata itu Arte. Aku pun duduk di kursi yang menghadap Arte yang juga duduk dengan kedua tangannya bertangkup di depan wajah, menatapku lamat.
"Kau Aleeyah?" tanya Arte dengan nada yang terbilang netral bagiku, berbeda dengan anggota lain yang kebanyakan menatapku tidak suka.
"Benar, Yang Mulia" jawabku tenang.
"Apa kau tau kenapa kami membawamu kemari?" tanyanya.
Aku terdiam sejenak, menatap mereka satu persatu tanpa rasa takut maupun terintimidasi. "Apakah saya melakukan sebuah kesalahan?" tanyaku.
Brak
"Jaga bicaramu! Apa kau tau siapa yang sedang mengajakmu berbicara" ucap salah satu dari mereka, seorang gadis dengan surai coklat terangnya. Hm sepertinya aku pernah melihat gadis ini, ah dia Gladys, ketua OMA(Organisasi Murid Akademi)
"Gladys" ucap Arte memanggil namanya, seolah mengatakan bahwa ia bisa menangani ini. Tidak perlu marah tidak jelas begitu.
Gladys, kulihat semburat merah di wajahnya saat ditatap oleh Arte. Oh begitu ternyata. Baiklah aku paham.
Arte menghela nafasnya kemudian kembali fokus padaku, "Tidak, kau tidak melakukan kesalahan. Justru sebaliknya" ucap Arte.
Aku hanya diam seraya memiringkan kepalaku, menunggu Arte melanjutkan kalimatnya. Sedang anggota organisasi lain, terutama pria, malah menatapku... gemas(?)
Arte kembali menatap tajam para anggotanya yang nampak tidak bisa mengendalikan diri. Kemudian kembali fokus padaku.
"Dari yang sudah kami saksikan di pertandinganmu siang tadi, bagaimana caramu memimpin teman-temanmu dalam menghadapi musuh, menyusun strategi sampai 'perlawanan' tidak terduga saat tim kalian melawan Raphael" jelas Arte merincikan. Sepertinya tidak ada yang mengira bahwa aku akan mencium Raphael.
"Maka dari itu, kami memutuskan untuk mengundangmu masuk ke jurusan pemimpin"
Aku menaikkan salah satu alisku, baiklah hal ini lebih tidak terduga lagi ternyata.
Jujur aku dari awal tidak berniat untuk sampai sejauh ini, aku hanya ingin masuk ke jurusan ksatria dan menjadi murid biasa saja agar tidak terlalu mencolok. Karena dari awal sekolah ini hanyalah formalitas bagiku.
"Yang kami maksud dengan undangan adalah kau bisa masuk ke jurusan pemimpin tanpa tes lagi. Jadi kau tinggal men-"
"Saya menolak"
Masuk jurusan pemimpin yang bagi orang lain itu susahnya setengah mati, melalui jalur undangan? Kemudian menjadi pusat perhatian? Dicap sebagai gadis yang mencium pangeran saja sudah cukup buruk untukku. Jadi jangan macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was The Evil Witch
FantasyCOMPLETED. Dm for follback Spin off from "I'm More Than Just A Princess" ••~•• "Aleeyah Najma, kau dihukum mati atas percobaan perebutan takhta Yang Mulia Damian Azazel Lucretius de Erebos, dan percobaan pembunuhan terhadap Lady Isandra" Kalimat it...