"Ayah, kenapa ayah tidak menyerah?"
Percy yang tengah menyesap teh hangatnya seraya membaca buku pun menoleh seraya memperbaiki kacamata baca yang bertengger di hidung mancungnya. "Maksudmu?"
"Setelah apa yang ayah alami, kematian ibu, aku diracuni, keluarga kita terancam, kakek meninggal, paman Evan juga. Kenapa ayah tidak menyerah?" tanya Althea tiba-tiba.
Percy tersenyum kecil, "Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"
Althea pun memasang wajah cemberutnya, "Jawab saja pertanyaanku ayah" ucapnya.
Hal itu pun membuat Percy tertawa kecil, "Kenapa ya? Karena mereka memang pantas diperjuangkan, nak. Terutama mereka yang sudah tiada, sudah kewajiban ayah untuk menjaga apa yang dulu juga mereka perjuangkan. Bukankah jika ayah menyerah, itu artinya kematian mereka semua juga sia-sia?"
Althea terdiam, dadanya terasa sesak setelah mendengar penjelasan Percy. Ayahnya benar, kenapa ia menyerah? Kenapa Althea menyerah pada Raphael yang sudah mati-matian untuk menaikkan derajatnya agar ia setara dengan Althea, hanya agar Althea tak perlu malu apalagi merasa berat saat dirinya menikahi Raphael.
Tapi Althea malah menjadi pengecut dan takut akan masalalunya. Althea malah menolak Raphael dan lari dari cintanya.
"Bijaklah nak, jangan melakukan sesuatu yang akan kau sesali" ucap Percy tersenyum hangat.
~~**~~
Bruk
"Tuan?!" Leah membelalak saat Raphael terjatuh berlutut di hadapan Leah. Althea pun tak kalah terkejutnya dengan Leah.
"Aku mohon menyerahlah, maafkan aku yang tidak bisa membalas perasaanmu. Akan kuberikan apa saja yang kau inginkan, tapi jangan paksakan perasaanku Leah. Aku tidak sanggup" ucap Raphael menunduk lemas.
Semakin Leah mendekatinya, semakin Raphael sadar bahwa perasaannya pada Althea begitu dalam. Begitu dalam hingga dirinya tak sanggup membuka hati untuk orang lain. Dan hal itu sungguh sangat menyiksanya.
Leah terisak, kakinya terasa lemas hingga ia pun terduduk di hadapan Raphael. Tangannya terangkat seolah ingin meraih tubuh lemas Raphael namun ia tak mampu.
"Maafkan saya tuan" ucapnya di sela isakan tangis, "Maafkan saya yang sudah memberi luka untuk anda. Saya tidak memiliki pilihan lain, saya kira jika saya tetap bersikeras maka anda akan luluh. Saya mohon maafkan saya"
Raphael mendongak, "Apa maksudmu tidak ada pilihan lain? Siapa yang memaksamu?" tanya Raphael serius.
Leah pun menceritakan kejadian dimana dirinya mendapatkan sebuah mimpi dimana Raphael sedang menangis tersedu-sedu sedang menggendong seorang bayi di depan peti mati seorang wanita. Dan wanita itu tidak lain tidak bukan adalah Althea, yang sepertinya sudah menjadi istri Raphael.
Awalnya Leah tidak menggubris mimpi itu, namun setiap malam ia selalu mendapatkan mimpi yang sama. Dan mimpi itu semakin jelas setiap harinya. Leah pun mulai bertanya-tanya, kenapa ia mendapat mimpi seperti itu. Jadi setidaknya ia harus melakukan sesuatu yang ia bisa. Yaitu membuat Raphael tidak menikahi wanita yang berada di mimpinya.
Mendengar cerita yang terdengar konyol itu, Raphael menghela nafasnya panjang. Ia pun berdiri menatap Leah rumit, ia kesal, ingin marah namun ia bisa apa? Leah hanya wanita lemah nan polos.
"Saya mohon tuan, anda sudah berjasa begitu besar bagi keluarga saya. Saya tidak bisa membiarkan kesialan itu terjadi pada anda" lanjut Leah.
"Itu tidak akan terjadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Was The Evil Witch
FantasyCOMPLETED. Dm for follback Spin off from "I'm More Than Just A Princess" ••~•• "Aleeyah Najma, kau dihukum mati atas percobaan perebutan takhta Yang Mulia Damian Azazel Lucretius de Erebos, dan percobaan pembunuhan terhadap Lady Isandra" Kalimat it...