Lilya dan Lucifer tiba di pintu keluar dalam kondisi gembok yang terbuka dan pintu yang tertutup. Menarik napas dalam-dalam, Lilya menghembuskan lega segalanya. Lucifer menoleh ke sana kemari, tidak mendengarkan suara atau pun tanda-tanda keberadaan tahanan lain. Terdapat banyak kurungan kosong kecil untuk membawa satu per satu tahanan di dalamnya. Melihat itu secara langsung membuat Lilya memendam rasa tidak sukanya terhadap tempat ini, beruntungnya mereka akan segera keluar. Mereka melihat jejak kaki yang tertempel pada pasir, dan semuanya bergerak ke arah pintu tersebut. Semua tahanan yang berhasil sampai telah keluar, kini menyisakan mereka berdua di tempat ini.
"Aku tidak menyangka kalau kita berdua akan bebas dari tempat ini," ujar Lucifer.
Lilya menoleh. "Ya, sekarang yang harus kita lakukan adalah membuka pintu ini. Aku yakin aku tidak kuat untuk menarik pintu ini. Haruskah kita membukanya bersama-sama?"
"Ayo." Lucifer berjalan maju dan mengenggam salah satu gagang pintu.
Lucifer mengenggam gagang kiri dan Lilya memegang yang kanan. Pintu ini memiliki dua gagang yang harus ditarik untuk dapat membukanya sehingga tidak heran jika Lilya mengusulkan Lucifer untuk menariknya bersama-sama. Sebagai tahanan yang baru saja kenal, mereka berdua cukup kompak dalam bekerja sama sedari tadi.
Lucifer memulai aba-aba. "Satu ... dua!"
Dengan kedua kekuatan mereka disatukan, pintu itu perlahan tergerak tertuju ke arah mereka. Kedua pasang kaki mereka bergesekan dengan pasir yang mencetak arah mereka menarik dan itu terus terjadi hingga mereka berhenti sejenak untuk mengambil napas. Perlahan namun pasti, Lilya tidak dapat menghentikan senyuman yang muncul secara tak sadar dia. Satu tarikan kuat lagi, semuanya akan berakhir. Mereka akan kembali ke tempat mereka masing-masing. Lilya sudah tidak dapat menahan rasa ingin memeluk ayah dan ibunya hingga air mata mulai mengalir seiring tarikan mereka berdua berlangsung.
Lucifer mendengar suara rintisan air mata Lilya sehingga ia menoleh menghadap dia. Ia tidak dapat melakukan apa pun kecuali tersenyum tipis melihat wajah Lilya yang luntur akan senyuman dan ingin menangis sekencang yang dia bisa.
Lucifer menundukkan kepala. "Tahan tangisanmu Lilya. Kau dapat mengeluarkan semuanya di saat kau pulang nanti, di pelukan orang tuamu."
Lilya menolah "Ya ... kau benar."
Lucifer mengangkat kepalanya. "Sekarang ayo. Keluarkan semua kekuatanmu untuk tarikan terakhir ini!" Lucifer menarik sekencang yang ia bisa hingga timbul sebuah suara decitan dari pintu tersebut.
Selama yang ia tahu, kini semuanya akan selesai. Ada suara yang didengar sesaat oleh telinganya. Lucifer merasa ada sesuatu yang menyentuh pundaknya. Sesuatu yang menembus dadanya. Ada cahaya biru memercik di belakangnya. Pupil matanya tidak dapat berhenti melirik ke belakang. Lilya telah berhenti menarik, kini melihatnya dengan sebuah tatapan yang tidak mengenakan bagi Lucifer. Pupil matanya mengecil. Sesuatu ada yang tidak beres. Napasnya tersedak, tidak tahu apa yang menyebabkan itu terjadi.
Kepalanya tidak dapat bergerak, tetapi matanya masih dapat melirik. Dengan hati-hati, Lucifer menggerakan matanya untuk melihat ke bawah. Sebuah benda tajam menembus dadanya. Timbul sebuah percikan yang sedari tadi menyengatnya. Ia tidak ingin mengetahui ini tetapi ia langsung mengetahui benda ini. Ini adalah tongkat penjaga yang telah menusuknya. Perlahan, ia merasa tubuhnya lemas dan sorot matanya menatap ke atas. Tubuhnya, ambruk dan berakhir jatuh ke lantai.
"Lucifer!" Lilya berlari mendekati Lucifer.
"Tidak ... Lilya. Jangan mendekat!" bentak Lucifer seketika membuat Lilya berhenti mendekatinya.
"Tapi ...!"
"Aku bilang jangan mendekat!" Lucifer mengayunkan tangannya untuk menjauhkan Lilya.
Lilya tidak boleh gagal di sini. Dia harus segera keluar dari sini, tetapi apa daya jika ia sendiri tidak dapat melihat hari esok. Ia telah tertusuk dan tongkat ini memerlukan waktu untuk melepaskannya, belum lagi dengan jumlah sengatan yang akan mengusiknya dalam proses pelepasan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellar Temporis - Sarnova
FantasyDisclaimer - Cerita ini "Sunshine and Rainbow" Stellar Temporis Vol 1 Demi-Human, sekelompok ras hibrida menyerupai manusia. Keberadaan mereka di dunia membawa sebuah pengaruh kepada manusia yang hidup bersama mereka. Akan tetapi, tidak semua manusi...