Episode 34 - Duo Huntress

15 3 4
                                    

"Nama itu sudah terbuang, sekarang aku hanyalah Hybrid." Hybrid mengambil satu langkah, wujudnya terpampang jelas tidak terhalangi oleh pencahayaan.

Mereka berdua saling bertatap, berdiri tegak dengan sangat jelas menunggu siapa pun untuk memulai penyerangan. Shax jelas tidak dapat bergerak banyak sebelum membuat seluruh tubuhnya lelah dan mengalami luka permanen. Meski Hybrid mengetahui itu, dia memilih untuk mengantisipasi gerakan tersembunyi darinya.

"Kalau begitu beritahu aku, Hybrid. Atas dasar apa kau datang ke tempat ini ?"

Seluruh Huntress mengangkat busur silang mereka, berbagai cahaya muncul dari ujung busur mereka. "Aku balik bertanya, apa yang diinginkan Ayah hingga mengirim seorang Skales ke tempat ini?" Bentakkan keras dilepaskan Hybrid.

Mereka berdua mematung, tidak ada suara di antara mereka selain gemericik api yang membakar rerumputan. Tanah tempat mereka berpijak menguap dan semakin menjorok ke dalam akibat beban yang mereka miliki. Layaknya sebuah lukisan, hutan yang tertelan api liar membentuk emosi yang membalut segalanya dalam kabut merah bercampur kepalan debu yang turun dari atas langit. Bagaikan tetesan hujan, jutaan butiran debu mulai mengotori seluruh pakaian yang mereka kenakan.

Hybrid hendak berucap, tetapi Shax kembali berbicara. "Kita seharusnya tidak bertarung sebagai sesama Nefarim. Kita seharusnya bekerja sama, saling bertukar hasil yang didapatkan. Bagaimana?" Ujung Terminite ditusuk ke dalam tanah. Kedua tangan Shax dilebarkan, membiarkannya memperdaya Hybrid.

Hybrid menghela napas, menundukkan kepala dan mengangkatnya lagi. "Apakah itu tawaran terakhirmu, Shax?" Shax tidak menjawab.

Rongga dada Hybrid melebar, dia berucap sekali lagi. "Apa itu tawaran terakhirmu, setelah kau menghianatiku!" Hybrid membentak, lahar meletus dari tangan kirinya.

Dengan segera Terminite diangkatnya lagi, meretakkan tanah tempat pedang itu tertancap. "Kau berbicara seperti seorang Ophamim yang tidak percaya terhadap sesamanya. Kita bukanlah malaikat Hybrid, kita ini Nefarim!"

Laharnya membentuk sebuah senjata yang terbentuk dari luapan panas yang membeku. Hybrid sama sekali tidak terpacu dari ledakan kecil pada tangan kirinya. Matanya berdetak, kehilangan dan memunculkan pupilnya pada tempo yang cepat. Peleburan dari sebuah senjata membentuk sebuah kapak yang digenggam erat oleh tangan kirinya, tiba-tiba diambil oleh tangan kanannya. "Aku tahu, dan kita sama sekali tidak ada bedanya dengan mereka."

Terminus melangkah mundur ke belakang Shax. "Apa kemauanmu untuk memburu Lilya? Aku rasa bukan karena inti jiwa yang dimilikinya. Ada hal lain yang ... membuatmu keluar dari persembunyianmu. Mungkinkah ... anak pendeta it-"

Belum sempat diselesaikan oleh Shax, sebuah tembakan panah beruap memecah seluruh dataran yang saat itu dipijaki olehnya. Yang menembak adalah orang yang terakhir kali dia lihat, Hybrid. Dia menggunakan satu tangan, mengenggam sebuah busur silang yang dia ambil dari seorang Huntress di sampingnya. Tidak seperti Huntress lain yang tidak memiliki penutup kepala, Huntress itu menggunakan topi kerucut layak sebuah caping padanya. Dia menoleh kepada Hybrid yang telah merampas busurnya tanpa sepengetahuannya.
"Itu, bukan urusanmu," jawab Hybrid kepada Shax bernada datar.

"Maaf menyela Sire, tetapi itu busurku." Huntress itu mendekati Hybrid, menyerahkan kedua tangannya di depan dada, mencoba membuat busur itu kembali kepadanya.

"Aku tahu, Phorus." Tanpa melihat, Hybrid mendorong busur silang itu dengan kencang hingga membuat Huntress yang mengenakan topi kerucut itu nyaris terperosok jatuh.

"Baiklah itu sakit, capingku hampir jatuh." Phorus menekuk kaki untuk mencegah dirinya yang hendak jatuh. Capingnya segera dibetulkan.

"Siapa yang menyuruhmu mengenakan caping itu untuk bertempur? Tidak ada." Phorus menoleh ke sumber suara.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang