Dalam penglihatan yang dipenuhi dengan cahaya, Lilya mendengar banyak suara yang sudah lama tidak dia dengar. Angin sepoi-sepoi terdengar menusuk kupingnya hingga berkedut. Suara langkah kaki orang-orang terdengar jelas semakin memperjelas bahwa dia benar-benar telah keluar dari tempat itu.
Lilya memejamkan mata dengan pelan, perlahan membukanya lagi. Ukiran biru menghiasi angkasa dengan garis putih tipis di sekitarnya, itulah langit yang kini Lilya lihat. Sudah lama sejak dia melihat langit cerah seperti ini. Tangannya diangkat ke dalam pandangan, mencoba meraih langit tersebut.
Namun, semua itu sirna setelah Lilya menyadari posisinya saat ini. Ini bukanlah saatnya untuk berdiam diri dan merasakan serangan ombak rindu akan dunia luar. Terdengar suara hantaman keras dari pintu besar tempat Lilya didorong keluar oleh Lucifer. Beberapa suara orang bergesekan di dalam, teredam di dalam pendengarannya. Secara mendadak, kedua kaki Lilya bergerak dengan sendirinya, bergegas menjauhi tempat tersebut.
Lilya berlari di tempat yang sama persis seperti yang pernah dilintasi lima tahun yang lalu. Itu sungguh waktu yang lama, tetapi dia masih ingat pernah melarikan diri dari penculiknya pada saat itu. Ini tempat yang sama saat dia diculik dan diperbudak, Kritia. Kastil dari kejauhan terlihat sembari melewati banyak kerumunan. Banyak orang melihatnya mengenakan pakaian lusuh serta dipenuhi dengan luka yang mendalam. Mata biru Lilya melintasi beberapa makanan pada beberapa tenda yang membuatnya ingin menyantap makanan tersebut, tetapi dia memegang lehernya, merasa ada sesuatu yang tersangkut di dalamnya.
Terpicu dalam lamunan tentang makanan, Lilya tidak sempat untuk melihat ke depan. Wajah Lilya merasakan sebuah kontak dengan sebuah kain lembut yang sudah lama tidak dia sentuh sebelumnya. Rasanya menghangatkan dirinya yang keringat dingin sedari mencoba kabur dari neraka itu. Hanya saja, Lilya tahu kehangatan itu bukan berasal dari kain itu, melainkan berasal dari hatinya yang menyadari ada yang tidak beres. Selama ini pandangannya masih belum berpindah ke depan. Pada saat itulah, Lilya mulai menggerakan lehernya, melihat siapa sosok yang ada di hadapannya.
Seorang pria berkacamata dengan rambut cokelat pendek telah dia tabrak. Salah satu tangannya menyapu bagian tempat wajah Lilya menabraknya. Melihat pakaian yang dikenakan membuat Lilya gemetaran sembari menengok banyak orang di sekitarnya, melihat dengan tatapan merendah. Di sampingnya terdapat pria berambut merah pendek dengan perawakan menyeramkan dengan mata merah seperti darah. Mereka semua memiliki telinga, mereka semua manusia sama seperti Lucifer.
"Apa yang kita punya di sini Louis?" Pria bermata merah itu menahan dagunya ke atas, tersenyum tipis kepadanya.
Lilya kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari pria bermata merah ini, tetapi sesuatu memicunya untuk melihat langsung ke arah pria berkacamata itu. Setelah dilihat lebih dekat, warna mata yang dimilikinya adalah warna cokelat, persis seperti rambutnya. "Kau tidak apa-apa nak?" tanya pria itu seraya memberikan tangannya kepada Lilya.
Lilya mengangkat tangannya, ingin menerima tangan dari pria tersebut. Namun melakukan ini seketika mengingatkannya pada saat pertama kali berada di tempat ini. Lilya nyaris tertangkap dan beruntungnya dia tidak menerima tangan dari pria tersebut, meskipun pada akhirnya dia tetap tertangkap. Kali ini Lilya berniat untuk melakukannya lagi.
Saat Lilya hendak menerima tangan Louis. "Itu tahanan lepas kita! Jangan lari!" Sebuah teriakan memecah fokus Lilya terhadap pria itu, membuatnya menoleh ke belakang.
Beberapa penjaga dari tempat sebelumnya telah menatapnya, kini berlari ke arahnya. Seketika Lilya kembali merasa ada kekangan di lehernya, membuatnya mati rasa untuk bergerak. Terlihat oleh banyak orang yang menatap rendah dirinya, Lilya tidak dapat menerimanya begitu saja, tidak seperti di kurungan di mana segala keberaniannya telah terkuras habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellar Temporis - Sarnova
FantasyDisclaimer - Cerita ini "Sunshine and Rainbow" Stellar Temporis Vol 1 Demi-Human, sekelompok ras hibrida menyerupai manusia. Keberadaan mereka di dunia membawa sebuah pengaruh kepada manusia yang hidup bersama mereka. Akan tetapi, tidak semua manusi...