Episode 20 - Fajar Baru

71 6 12
                                    

    Sepoi-sepoi membawa asap berwarna hijau terang turun dari dalam perpohonan lebat. Walaupun menjatuhkan asap hijau, dedaunan yang awalnya hijau itu telah berubah menjadi merah, kuning, hingga jingga. Semua warna itu memenuhi daun di setiap sudut hutan. Daun-daun jatuh menimbulkan suara gemericik yang menenangkan, seolah membisikkan sesuatu kepada siapa saja yang ada di sekitarnya.

    Sekitar perpohonan berdahan sangat panjang itu, turunlah Lilya yang mendarat dengan kedua tangan. Pendaratan itu membawa beberapa daun kering yang hinggap pada kepalanya. Suara gemericik kembali terdengar sembari Lilya menggeliat dan mengepakan seluruh tubuhnya agar daun-daun yang hingga itu dapat terbang menjauh. Dia menarik napas sembari menoleh kepada genangan air yang menampilkan wajahnya.

    Tampang rupa wajah Lilya terpancar jelas dari dalamnya. Mata biru terang besar disertai sebuah kacamata bulat yang dengan segera dibetulkan Lilya. Rambut pendek dengan sebuah kunciran dari belakangnya menyelimuti kedutan kedua kuping di dekatnya. Pada saat yang bersamaan saat Lilya berdiri tegak, tangannya dengan cepat meraba area pakaian yang dia kenakan.

    Syal hitam di lehernya ditarik menggulung. Jemarinya membetulkan pita biru pada keranya. Dari cerminan pudar air tanah itu, Lilya menggulung lengan bajunya yang sama sekali tidak tersambung dengan kaos putihnya. Tersambung dua buah sabuk hitam yang mengaitkan lengan terpisahnya dengan kaos dan ada satu lagi ikatan yang menyambungkan kaos dengan roknya saat ini. Panjangnya cukup untuk membuat gadis ini yakin kalau kainnya tidak akan menyentuh genangan air.

    Tiba-tiba, ada suara gemerisik berasal dari pohon di atas Lilya. Ranting-ranting bergoyang menjatuhkan sesuatu. Tangan diangkat ke atas, bersiap-siap. Sebuah benda bundar berwarna merah mencapai penglihatannya. Dengan segera Lilya menangkap benda tersebut, itu adalah sebuah apel yang jatuh dari atas pohon.

    Apel itu memancarkan pantulan wajah Lilya dari warna merah terang yang melapisinya. Kuping Lilya berkedut, mulut dia melahap apel tersebut. Suara kunyahan terdengar hingga jauh menyebabkan gesekan pada semak-semak belukar dari belakangnya. Dia berbalik kepada sumber suara tersebut. Satu helai rambut yang mencuat di atas kepalanya berkedut mendengar suara itu semakin mendekat.

    "Lilya? Ahh, di sini kau rupanya," ucap seorang yang keluar dari dalam semak-semak.

    "Louis," jawab Lilya dengan bergumam kepada Louis.

    Pria ramping berkacamata dengan sebuah alat pendengar terpasang pada telinganya bernama Louis. Sembari menepikan semak-semak tajam, ia keluar dan membetulkan rambut cokelat yang dimiliki. Kera dari mantel cokelatnya dibetulkan akibat tertarik oleh dahan kecil dari dalam semak yang nyaris merobeknya. Mulut Louis tertahan sembari membetulkan kera mantelnya itu. Hingga pada akhirnya, Louis mendorong diri agar dapat menyentuh bahu Lilya.

    "Ayo pulang, sudah cukup latihan berburu kita hari ini," usul Louis.

    Lilya mengangguk dan meraba area lehernya hingga dia dapat merasa sebuah sentuhan hangat dari sesuatu. Benda tak terlihat diraba Lilya hingga menunjukkan rupanya kepada mereka berdua. Kamera Stellar menunjukkan diri berawal dari sejumlah partikel yang berkumpul membentuknya. Halo di atas Lilya bangkit pada saat yang bersamaan dengan Stellar.

    Partikel cahaya menciptakan sebuah lengkungan kayu dengan cepat, Lilya perlahan meraihnya. Itu adalah sebuah busur yang telah tersimpan dalam Stellar. Benda panjang dan digunakan untuk menembak jarak jauh menggunakan panah sebagai amunisinya. Lilya mengenggam anak panah di tangan lain, mengepalnya dengan erat. Akan tetapi, tali pada busur itu longgar terlalu panjang sehingga membuat busur itu tidak dapat digunakan.

    "Stellar dapat menyimpan banyak barang di dalamnya. Mungkin, penyimpanan di dalamnya tidak memiliki suatu batasan. Aku juga tidak tahu, meskipun aku adalah pencipta Stellar itu sendiri," ujar Louis geleng-geleng.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang