Episode 14 - Bintang Bersalju

26 5 22
                                    

Disclaimer: Chapter ini panjang

//////////////////////////////////////////////////////////////////////

Pada suatu malam, Louis terduduk di atas teras rumah dengan mata melihat ke atas. Sebuah pemandangan langit yang megah, dihiasi dengan beraneka ragam bintang yang bersinar terang di gelapnya lagit di Hutan Bytn. Ia tidak dapat berhenti tersenyum sembari melihat semua itu.

Melihat langit ini, kembali mengingatkannya kepada saat ia dengan Lino pernah melihat semua ini ditemani angin sepoi-sepoi di atas pegunungan. Banyak pohon-pohon menggerakan daunnya yang terbang akibat dorongan angin menyejukan itu. Louis menundukkan kepalanya, merenungkan kata-kata yang terlintas di dalam kepalanya.

Louis kemarilah! Lihat di atas sana, banyak sekali bintang-bintang berkilau di atas cakrawala

Cepat katakan permohonanmu kepada bintang jatuh. Ada kemungkinan kalau mereka akan mengabulkannya

Ayolah Louis

Lamunan Louis terpecah. Ia memejamkan mata, menggumamkan kata-kata yang seharusnya menjadi permohonannya saat itu. "Aku hanya menginginkan kau untuk hidup Lino, bukan berakhir menjadi bintang yang telah mati."

Matanya panas, terasa ada kelembaban di dalamnya. Louis mengusap matanya, memberikan hening sejenak sebelum ia membuka matanya lagi. Sekarang kepalanya terangkat lagi menatap angkasa, napas ditarik dan dihembuskan.

"Sekarang tanggal 25 Desember 2015. Pada hari ini, kau berkata bahwa hari ini spesial. Ini adalah waktu kelahiranmu, dan juga ... hari di mana 'Kerusakan Total'mu terjadi. Kau selalu saja mengingatkanku, haha ...." Tawa Louis berhenti. Ia merasa ada yang salah lagi.

Benar, ia seharusnya berada di dalam bersama gadis yang telah terlahir lagi dengan mewarisi jiwa Lino. Dari tempat Louis duduk, terdengar suara dari dalam rumah. Sebuah suara keras sesaat itu membuat Louis berdiri dan menoleh. Mendengar itu tidak membuat Louis berhenti untuk menepuk kening dan menarik napasnya. Louis memasukkan tangan ke dalam saku celana yang ia kenakan, meraba sesuatu di dalam. Louis jalan menuju pintu.

Gagang pintu diturunkan, pintu terbuka. "Lilya?"

     Lilya yang mengenakan piyama biru panjang terlungkup di lantai. Rambut pendek yang terkuncur membentuk poni itu terkena beberapa buah bulat berwarna jingga yang turun bergelinding di sekitarnya. Louis melihat anak itu yang tak kunjung menjawab, mulai tersenyum sinis. Lama-kelamaan, anak itu mengangkat dan memperlihatkan wajah terlukanya kepada Louis. Sorot matanya berdenyut, mulutnya gemetar setelah terjatuh. Wajah Lilya yang jauh berbeda dari yang dulu ia lihat.

Louis mendorong kacamata ke atas. "Lagi-lagi Lily? Aku sudah bilang padamu kalau jangan lari di dalam rumah. Sekarang bantu aku mengambil jeruk yang berjatuhan ini." Berjalan di sekitar Lilya, Louis mengambil beberapa jeruk dan meletakkannya di atas meja.

Kedua kaki Lilya ditekuk, perlahan membangkitkan Lilya dari bawah lantai. Dia mulai berdiri dan melihat ke sana kemari untuk mencari jeruk yang tersisa. Akan tetapi, Louis menatapnya dengan memegang semua jeruk yang telah ada padanya. Mulut terbuka, napas keluar melewatinya. Tubuh Lilya tertunduk mengetahui bahwa Louis memaafkannya.

"Maa ... urk!" Sesuatu memercik di dalam lehernya, secara langsung membuat Lilya memegang lehernya dengan tangan.

Dengan badan yang meronta-ronta, Lilya mengeluarkan batuk keras yang diikuti dengan liur yang memercik menyentuh lantai. Batuk itu tidak kunjung berhenti, bagaimana pun dia mencoba untuk menghentikannya. Louis menatap, diam melihat semua itu terjadi. Tangannya dikepal erat, menunggu dengan sabar kondisi Lilya yang perlahan membaik.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang