Episode 8 - Dunia Dalam Cermin

36 3 9
                                    

Louis mendengar suara kayu di bawah kakinya saat berjalan, mengendong Lilya di depan dirinya. Saat ia menoleh kepada jendela, ia disambut oleh cahaya merah yang berasal dari luar. Louis harus sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat cahaya tersebut. Ruangan tersebut besar dan terisi dengan kursi panjang, dengan sebuah podium di tengah. Louis berjalan ke dekat podium itu dan teringat ketika ia meminta Hybrid, yang bersandar di bawah, untuk pergi dengannya ke Kritia. Saat itu, mereka tidak tahu bahwa akan terjadi sesuatu di Kritia dan itu adalah sebuah bencana besar.

Sebuah cermin terpasang di atas langit-langit. Dari segala sisinya, Louis dapat melihat pantulan ia bergerak melirik setiap sudut dari kaca cermin tersebut. "Hybrid, keluarlah dari dalam cerminmu," ujar Louis.

Ada sebuah kecacatan dari pantulan salah satu cermin, mencoba meniru gerakan Louis. Dalam pantulan dari Louis pada cermin tersebut, keluar sebuah sayap berwarna merah yang secara langsung bergerak keluar dari dalam cermin. Hybrid menujukkan dirinya dan mendarat di belakang podiumnya, berpose gagah.

"Sejak kemarin aku selalu bertanya-tanya. Bagaimana cara kau masuk ke tempat ini?" tanya Hybrid.

"Sama sepertimu, menggunakan sedikit tekanan untuk berpindah ke duniamu," jawab Louis.

"Jadi kau sudah dapat ke sini kapan pun yang kau mau ya. Aku kira hanya aku seorang yang tahu cara ke duniaku, dan aku sendiri tidak pernah memberitahu siapa pun tentang itu."

Louis diam, tidak menjawab. Lama-lama tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Louis berjalan ke kursi panjang di sampingnya dan membaringkan Lilya agar dia dapat merasa lebih baik ketimbang berada di kedua tangan Louis. Hybrid melirik Louis dengan kedua pupil perlahan melirik kepada Lilya. Louis menunduk dan menyelipkan satu tangan di depan dada. Matanya melirik ke belakang Hybrid tanpa membuatnya berbalik.

Secara mendadak, Louis melempar sebuah pedang ke arah Hybrid yang secara sigap menangkapnya. Pedang itu nyaris mengenai matanya. Pupil kanannya mengecil dan menoleh kepada Louis. Tangan yang menahan pedang itu gemetaran dan mulai terhenti setelah Hybrid menahan tubuhnya.

"Jujur saja Hybrid, kau juga mengetahui sesuatu dalam dirinya kan?" tanya Louis berjalan mendekati Hybrid.

Sembari bertepuk tangan, Hybrid melepaskan pedang tersebut dan membuangnya sejauh mungkin ke depan. "Sepertinya kau tahu apa yang kuinginkan. Ya, kau benar. Sekarang aku merasakan suatu perasaan yang aneh saat aku melihat gadis ini. Itu mengingatkanku kepada seseorang, seseorang yang kutemui dan aku hormati sejak aku bertemu dengannya saat kecil." Hybrid merenungkan dirinya seraya menundukkan kepalanya.

Louis terdiam mengetahui apa yang sedang Hybrid bahas saat ini. Ia menoleh kepada Lilya dan mencoba untuk menatap Hybrid lagi. Hybrid tidak berbuat apa-apa selain menaikkan kepalanya.

    "Sebagai seorang berdarah Hybridas, aku ingin memastikan kebenaran tersebut." Hybrid mendorong podium ke kanan, dan menjentikkan jarinya.

Mata Louis terperangah seusai ia melihat sesuatu yang tidak dapat ia percaya. Beberapa aliran api tercipta dari jentikan jari Hybrid, mengalir deras di permukaan tempat podium itu berawal. Secara cepat api itu membentuk sebuah lingkaran. Bangkit sebuah kursi dengan sebuah kabel yang mengait sebuah penutup kepala di atasnya, melayang menunggu seseorang untuk memasukkan kepala saat duduk di kursi tersebut.

Tangan kiri Hybrid menguap seperti terjadi sesuatu. Hybrid memegangi tangannya sembari mengangkatnya ke atas. Cakar yang menggantikan kuku jemari serta sisik asing berwarna merah mulai bermunculan di beberapa bagian pada tangan kanannya. Di atas rambut merahnya, sepasang tanduk kecil berwarna gelap bangkit. Cahaya merah dari atas menyinari tanduknya, memberi Hybrid sebuah pandangan agung. Mata merahnya bersinar mengikuti merahnya cahaya tersebut.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang