Episode 35 - Creation

21 5 8
                                    

          Disclaimer: Chapter ini panjang

    Gema, tertinggal, kosong. Tetesan air terdengar memenuhi sebuah genangan tanpa akhir. Gelapnya seluruh dunia, bercampur dengan betapa dinginnya tempat tersebut. Suara bisikan banyak terdengar, tetapi tidak dapat membangunkan seseorang yang telah tertidur di antara banyak kristal hitam di sekujur tubuhnya. Dia terduduk dalam posisi tertahan, matanya yang tertutupi kristal menatap ke bawah permukaan air. Partikel kristal itu jatuh menyentuh air, tidak memicu perubahan selain retakan yang memunculkan rambut warna cokelat pada bagian kepalanya. Kedua tangan berdiri tegak di atas air, tidak dapat digerakkan sama sekali. Dia sama sekali tidak sadar, apalagi menyadari bahwa dia telah kehilangan satu-satunya keinginan untuk hidup. Terbalut dalam dosanya, kesalahannya, semua itu teringat kembali.

    Sebuah suara percikan air dalam jumlah besar terdengar bergema, tetapi dia tidak dapat melakukan apapun untuk memeriksanya. Tidak ada kepedulian lagi yang diinginkannya. Biarkan semua ini berakhir, biarkanlah dirinya pergi dari dunia ini. Dia ingin pergi, ke sisinya yang telah lama meninggalkannya. Terhitung telah delapan kali dia mengamuk, mengakhiri semuanya dalam hitungan ke delapan.

    "Duniaku ... telah lama berakhir."

                        ***

    Kedua mata membuka menunjukkan dua buah pupil biru terang. Dalam kegelapan yang menemaninya, Lilya terlentang dengan setengah wajah yang menyentuh air. Rasanya dingin, seketika membuatnya beranjak bangun. Lilya melihat sekali lagi, tempat dia berada sama dengan pencahayaan yang nyaris tidak ada tetapi garis tepi pada genangan air dapat dilihat jelas. Pakaiannya sedari tadi telah terkena air itu, tetapi tidak ada sensasi basah yang dapat Lilya rasakan.

    "Di mana lagi ini?" gumam Lilya, mengangkat tubuhnya untuk berdiri.

    Suara tetesan air bergema menyentuh genangan air. Bunyi itu memikat kupingnya untuk berkedut, sekaligus membuatnya menoleh ke sana kemari sembari menahan dadanya. Gema menyejukan Lilya, meskipun terdengar biasa saja. Lilya menahan dagunya, memikirkan lokasinya sekarang yang dirasa telah berada jauh di dalam apapun yang dikiranya. Stellarnya sejak tadi aktif, berwarna putih menyilaukan, dan memancarkan cahaya untuk memperlihatkan Lilya kepada permukaan air yang tenang.

    "Seseorang?" Lilya bertanya secara langsung. Ucapannya bergema tanpa jawaban sedikitpun.

    Mulutnya segera ditutup oleh jari kanan, melangkah mundur. Tidak ada seorang pun di tempat ini. Tidak mungkin suara gema itu tidak membuat seorang pun menjawab, seharusnya seperti itu. Langkah kaki berderap lambat di atas permukaan air, sepatunya nyaris terendam oleh kedalaman air tersebut. Dangkal, seperti sebelumnya.

    Stellar digenggam erat, cahaya diarahkan untuk membidik sesuai dengan kemauan Lilya. Berjalan tanpa arah tujuan, tidak tahu harus melakukan apa lagi di samping rasa bingung yang menyelimutinya. Raut Lilya mengkerut, semakin lama semakin tidak tenang.

    "Nefarim tetaplah Nefarim." Lilya menghentikan langkahnya.

    "Louis? Kau di sana?" Lilya bertanya. Suara yang dikeluarkannya kembali bergema. Itu suara Louis, sangat jelas sekali terdengar oleh kuping yang telah terbiasa akan intonasi dan nada suara yang sama selama empat tahun.

    "Tidakkah kau mengerti? Mereka yang melakukan ini kepada kita." Suara itu kembali dikeluarkan. Arahnya semakin jelas.

    "Kita?" Tangan Lilya membelokkan Stellar ke kiri.

    "Kenapa ... kenapa kau harus pergi?"

    Lama-kelamaan, sesuatu masuk ke dalam jarak cahaya Stellar. Dari dalam permukaan air itu, meledak sebuah arus yang membawa air ke atas. Lilya melompat mundur, kaget kepada ledakan sejenak itu. Air itu memancur, perlahan memperlihatkan wujud aslinya. Stellarnya berkelap-kelip, Lilya risau. Warnanya gelap akibat pencahayaan, tetapi saat cahaya Stellar mengenainya, warna itu sama sekali tidak berubah. Dari kejauhan, dia dapat merasakan sejumlah pancaran panas yang membuatnya membungkuk. Kepalanya pusing, terhuyung-huyung. Sama seperti saat itu, ketika Louis tiba dengan wujud tidak manusiawinya.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang