Dalam posisi terduduk dan bersandar, Lilya meratap kepada kecepatan dan pertarungan yang selama ini dia saksikan. Dia terpukau dengan kecepatan dan kekuatan yang dimiliki semua orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, dia telah menjadi salah satu dari mereka sejak dapat bertahan sejauh ini tanpa mati. Luka itu sudah biasa baginya, tetapi pengalaman yang didapatkan sungguh tidak tergantikan. Dia ingin tertidur, untuk selama-lamanya dan tidak ingin bangun lagi.
"Tidak, aku masih belum bisa ...." Jemari Lilya diangkat dengan sangat kuat, mengepalnya.
"Bangunlah diriku!"
Jeritan kecil keluar, membuat Lilya mengangkat tubuhnya. Dia menoleh ke kanan, melihat hembusan angin yang membuat kedua kupingnya berkedut. Lagi-lagi dia melihat sekitar, tidak menemukan siapa pun kecuali suara gemuruh dari kejauhan.
Tiba-tiba Lilya mendapatkan sebuah pemikiran yang membuatnya sedikit bertanya-tanya. Bukankah dia baru saja menjerit menggunakan suara yang keluar dari mulutnya. Matanya melebar, mencoba lagi hal tersebut. Mulut dibuka lebar, mengeluarkan suara yang sama seperti apa yang digumamkan. Dia baru saja menjerit dan jeritan sebelumnya yang tidak sempat disadari. Lilya menekan dada yang mendadak nyeri, detak jantung berdebar kencang. Dia tersenyum, melupakan segala hal kecuali sebuah fakta bahwa dia dapat bicara lagi.
"Terima kasih Shax, aku rasa," jawab Lilya berkata langsung berberat hati.
Namun sekarang dia punya sesuatu yang patut diselesaikan. Louis, ya. Dia masih harus menyelamatkan Louis. Tembakan Azuria telah Lilya keluarkan, tidak tahu apa yang telah terjadi seusai dia menembakkannya. Lilya mencoba mengangkat kakinya, tetapi tidak dapat dijalankan. Seperti terlilit sesuatu yang memberatkan kakinya, Lilya berdesis semakin risau dengan keadannya.
Hendak memaksakan diri agar bergerak, usaha Lilya dipotong oleh aksi yang terjadi dari samping kirinya. Rambutnya diterpa angin kencang, dilanjutkan dengan Shax yang terpelanting melewatinya, menerobos perpohonan yang roboh. Kedua kakinya berdecit, menyangganya agar tidak menghancurkan pohon lagi. Dua, tidak, tiga pohon telah tumbang berkat kekacauan darinya.
Salah satu dengkul Shax menyentuh tanah, dia tertunduk. "Kalau saja aku bisa mengendalikan Kresoda lebih baik, aku sampai dibuat tertegun seperti ini!"
Pada saat itu juga, sebuah guncangan angin menyentuh bahu kiri Lilya. Bersama dengan pancaran panas yang mendadak, Louis menukik tajam berhasil menikam Shax dengan selaput runcingnya. Saat itu juga, tembakan Azuria yang mengejarnya menjadi sangat dekat dengan Louis, yang berhadapan dengan Shax.
Perisai, hancur. Bara api, melemah. Tatapan mencengkam dari mata putih itu mengingatkan Shax pada saat-saat sebelum dia pernah diakhiri dengan rupa dalam kondisi yang sama. Yang membedakan semua ini hanyalah lokasi tempat dia tertimpa tidak dikelilingi oleh perpohonan, melainkan reruntuhan.
"Terminus!" Shax berseru, memunculkan sebuah suara detikan jam yang bergema.
Stellar Lilya bereaksi, membuat seluruh dunia menjadi lambat. Sekitar hutan membiru, bersama suara memekik dari kejauhan. Tepatnya dari kanan Shax dan kiri Louis, Terminus berlari dengan dua pasang kakinya, melayang di udara. Dia menundukkan kepala, menubruk Louis yang tidak dapat menghindar. Louis terkena tumbrukan Terminus, sekaligus menerima sebuah serangan yang menusuk area dadanya. Tonjolan itu robek, terkena sebuah pedang yang mengkilat. Lilya sempat melirik, menjumpai sebuah benda layaknya sebuah kristal segitiga mencuat dari dalam tonjolan yang robek tersebut.
Waktu berjalan normal, tembakan Azuria kembali melaju kencang. Shax melompat mundur, melihat tembakan Azuria berbelok ke arah Louis yang terpelanting tidak mencoba melepas diri. Tembakan itu semakin mendekat, pada akhirnya bersentuhan dengan sebuah pedang yang menusuk Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellar Temporis - Sarnova
FantasyDisclaimer - Cerita ini "Sunshine and Rainbow" Stellar Temporis Vol 1 Demi-Human, sekelompok ras hibrida menyerupai manusia. Keberadaan mereka di dunia membawa sebuah pengaruh kepada manusia yang hidup bersama mereka. Akan tetapi, tidak semua manusi...