Episode 28 - Azuria Sarnovia

15 5 3
                                    

    Lilya melangkah mundur, meskipun dia tahu usahanya akan percuma. Kenapa dia tidak dapat merasa perasaan negatif. Dia tidak merasa ingin berteriak atau pun melarikan diri. Dia berjalan mundur, untuk menjaga jarak dari Shax yang semakin lama semakin dekat. Langkah kaki yang terkena air itu perlahan menyusut, menyadari Lilya bahwa dia telah naik dari permukaan danau ke tepian.

    Menyadari Lilya yang keluar danau, Shax berhenti untuk beberapa saat. Tangan dikepal kemudian dihadapkan ke belakang tempat Terminus tengah meminum air danau. Terminus yang terpacu oleh gerakan tangan Shax membunyikan detikan jam, memindahkan Shax serta dirinya ke luar tepian. Karena itu, mereka meninggalkan jasad Louis serta kepalanya terombang-ambing di sisi air terjun yang perlahan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan.

Terdengar suara hentakan dari belakang yang membuat kedua kuping Lilya berkedut. Lilya berjalan terbawa oleh gerakan tubuhnya sendiri yang tidak berani seusai melihat percikan aura berwarna merah dari belakangnya. Perlahan Lilya berbalik, menghadapi sosok Shax yang menyangga Terminite di pundaknya. Ia sama sekali tidak bergerak oleh Lilya, melainkan menatap tajam. Di sisi lain, Lilya tidak dapat mengetahui keberadaan kuda hitam, Terminus.

    "Untuk apa inti Stellarku bagimu Shax?"

    Jemari Shax diangkat, digoyangkan ke kiri dan kanan. "Inti Stellar tidak ada gunanya untukku. Aku di sini hanya untuk menyelesaikan tugasku. Tidak lebih, tidak kurang."

    "Jadi? Untuk apa kau mendapatkannya?"

    Shax menatap ke samping, mengangkat tangannya. "Sesuatu yang akan berdampak banyak bagi kami, sebuah kekuatan yang amat dasyat untuk mengakhiri segala konflik."

    "Aku tidak mengerti," jawab Lilya atas jawaban Shax.

    Shax menoleh sekaligus menatap tajam. "Aku tahu kau mencoba untuk mengulur waktu. Ketahuilah bahwa usahamu sia-sia. Tidak ada siapa pun di Bytn, semuanya sudah runtuh!"

Lilya tertegun, lupa bahwa Shax dapat melakukan itu. Lilya mengambil satu langkah ke belakang, diikuti Shax yang mengikuti gerakannya. Pedang itu berayun bebas saat disangga pundak, perlahan memperbesar api yang dimiliki.

"Lalu apa yang kau tunggu? Bunuhlah aku dan ambil inti Stellarku!" Lilya berteriak dengan nada lantang.

Dia sudah tidak dapat lari lagi. Sudah benar-benar tidak ada lagi yang dapat dilakukannya. Tidak akan ada yang datang, berawal dari lokasi hutan ini saja yang berada jauh dari peradaban makhluk hidup. Lilya tahu itu dan Shax juga tahu itu.

Setelah perintah Lilya, Shax memberinya tatapan mencengkam, tidak melakukan apa pun selain itu. Lilya tahu, ia berniat untuk sepelan mungkin menyiksa mentalnya. Akan tetapi, sedari tadi dia sama sekali tidak dapat merasakan berbagai emosi. Dia hanya dapat merasakan rasa takut yang ambigu. Detak jantungnya tidak berdebar-debar, membuatnya semakin tidak yakin jika yang dirasakannya adalah sebuah kenyataan.

    Di dalam Stellar, berisi berbagai peralatan yang dia kira dapat gunakan untuk melawan balik. Namun setelah melihat pertarungan penghabisan antara Louis dan Shax, Lilya mengurung niat itu yang mempertanyakan pilihan sebelumnya. Shax itu jelas-jelas seorang iblis, dan Terminus adalah kudanya, yang juga berada di luar akal. Mereka berdua selama ini hanya mempermaikan emosinya, membuat adegan seolah-olah mereka datang dengan damai, tetapi juga memperlihatkan sisi ingin merampas inti Stellarnya.

    Tangan Lilya dihadapkan ke lensa Stellar, mencoba mengambil sesuatu dari dalam. Shax menyadari dan tidak menghiraukan usaha tersebut. Pedang diangkat dan diturunkan dari punggung. "Aku menantangmu. Keluarkan busurmu Lily! Coba serang aku menggunakan senjatamu sendiri!"

    Keberanian dari Shax diperlihatkan dari bara api yang mendadak bangkit sangat tinggi. Angin kencang dari sekitar mendorong dedaunan mengintari Lilya yang masih belum menarik apa pun dari dalam Stellar. Shax melangkah mundur tanpa memutus kontak mata dengan Lilya yang terus menatap tajamnya. Tidak diketahui oleh keduanya, bahwa gerakan angin ini bukanlah angin biasa. Lilya lah yang pertama kali menyadari itu, membuat alisnya naik.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang