Episode 25 - Kenyataan

15 4 5
                                    

    Waktu telah melambat, disaksikan dari rupa hutan telah membiru yang pada awalnya hijau. Segala jenis asap yang selalu menyertai setiap langkahnya membeku, tetapi masih dapat dilewatinya. Di sana, berdiri seekor kuda memercak api berwarna biru yang membakar seolah-olah itu adalah rambutnya. Terdapat sebuah bekas di mana tanduknya dulu berada pada keningnya. Matanya memercik api dengan pupil serupa dengan bola api yang panas.

    Sesuatu disadari Lilya saat melihat api yang terpasang padanya. Layaknya sebuah jahitan yang nyaris sempurna, terdapat rongga di mana suara detikan jam itu berasal. Rongga itu berbentuk lembaran, dalamnya keluar suara jam serta api yang sesekali keluar dari dalamnya.

    Rupanya, wujudnya, semua yang ada pada kuda itu tidak ada yang memberinya perasaan lega. Matanya melirik kepada satu fakta yang dia takutkan dari kuda tersebut, sejak api biru kuda itu menari seperti biasa, tidak terpengaruh oleh waktu yang telah melambat.

    Lensa Stellar yang bersinar mulai berkelap-kelip dan berhenti mengeluarkan sinarnya. Seluruh pemandangan kebiruan di sekitarnya telah pupus kembali menjadi hijau. Api pada kuda itu tetap biru sama seperti sebelumnya. Namun kini dia menunjukkan sebuah sifat-sifat yang membuat tatapan Lilya turut sinis.

    "Terminus." Lilya mengucapkan nama kuda tersebut.

    Seraya memberi sebuah tatapan mencengkam, Terminus mengambil satu langkah ke depan yang membuat aliran api berwarna biru pada posisi kaki sebelumnya. Dia memekik layaknya seekor kuda, bersiap untuk melakukan sesuatu. Lilya hanya dapat menyimpulkan satu hal. Stellar tidak berguna terhadap Terminus, selama Lilya tidak menyadari kekuatan apa yang masih terkandung di dalamnya.

    Tubuhnya merasa lebih lelah ketimbang biasanya. Dia yakin kalau melawan serigala sebelumnya dan lari sejauh ini tidak cukup untuk membuat dia kelelahan. Namun faktanya itu telah terjadi sekarang ini. Terminus ada di hadapan, memberi tubuhnya gemetaran yang dasyat. Stellar telah berada di dalam genggamannya, digunakan tanpa henti. Sebelum menggunakan Stellar, tubuhnya segar bugar, tetapi sekarang sudah terlambat. Lilya mengigit bibir, berdesis kesal.

    "Stellar menguras soluteniamu. Kau tidak memiliki jumlah yang banyak sejak kau lahir. Jadi, aku sarankan kau untuk menggunakan kekuatan yang ada pada Stellar secukup yang kau mampu. Jika tidak, kau akan terkonsumsi oleh soluteniamu sendiri." Suara seseorang membuat Lilya menoleh.

    Langkah kaki terdengar berat, diiringi dengan suara api yang membakar udara di sekitarnya. Terpampang Shax berjalan pelan menghampiri Lilya. Terminus di kirinya diam tidak tergerak oleh kedatangan Shax, melainkan dia tertunduk menghormatinya. Mereka berdua memiliki hubungan yang tidak dapat Lilya bayangkan, bagaimana pun caranya ia mencoba memikirkan hubungan tersebut.

    Tidak tunggu, bagaimana Shax bisa tahu nama Stellar. Kamera ini selalu tersembunyi, menghilang kecuali disentuh oleh Lilya, halonya juga. Shax tahu dari mana informasi seperti ini? Selain itu, di mana Louis?

    "Mengapa kau yang harus berbicara seperti itu kepadaku? Di mana Louis?" Lilya bertanya.

    Shax tidak menjawab pertanyaan itu, membuat Lilya terdiam memikirkan segala kemungkinan yang telah terjadi. Tidak ada bekas darah memercak dari pakaian Shax, bekas pertempuran pun tidak kecuali uap yang naik berkat lembabnya diri akibat sesuatu. Sesuatu telah terjadi kepada Louis, dan Lilya takut untuk menyimpulkan hal tersebut.

    Dari kejauhan, terdengar suara keruntuhan yang sangat dasyat membuat kuping Lilya turun dengan sendirinya. Perpohonan di dekat mereka menurunkan daun dalam jumlah banyak, kabur hijau melarikan diri dengan terdorongnya mereka oleh angin dari belakang Shax. Halo Lilya berputar tak terkendali terlihat oleh Shax dan Terminus.

    "Halo itu mengingatkanku kepada malaikat itu," gumam Shax menyempitkan mata cerah di dalam api itu. "Atau kau adalah dia yang saat itu."

    Satu kedipan mata Lilya memunculkan sebuah proyektil hitam yang melewati penglihatannya. Saking cepatnya, membuat dedaunan sekitar terdorong mengikuti arah proyektil itu tertembak. Lilya menoleh, melihat tangan Shax mengepalkan sesuatu di depan Terminus. Shax baru saja berpindah tempat, terdengar dari suara detakan jam bergema dari Terminus.

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang