Episode 33 - Jiwa dan Raga

15 5 5
                                    

Memori dan ingatan, semua yang telah menghilang diserap oleh Stellar. Bisikan tak manusiawi mengisi kepala Lilya seakan semuanya berjalan mundur, tetapi itu bukanlah yang telah terjadi. Ada sebuah alasan Lilya dipertemukan dengan segala yang telah menghilang dalam hidupnya. Dan sekarang, kesadarannya telah ditarik paksa oleh Stellar untuk lebih lanjut mencari tahu jawaban atas pertanyaan yang diberikannya.

Lilya mendengar suara, tetapi tidak dapat merasakan lokasi suara itu beranjak. Dia dapat melihat, tetapi tidak dapat melihat tubuhnya sendiri. Meski telah mengangkat kedua tangan, tidak ada tampilan dari tangannya selain pemandangan yang serba hitam. Tempat Lilya berada membuat dia harus merangkul tubuh untuk menghangatkan diri.

Permukaan Lilya berpijak sangat dingin, dan lembab dari suara ombak kecil yang terpicu setiap dia bergerak. Sebuah tetesan air terdengar, bergema di segala arah yang membingungkannya.

"Tempat ... apa ini." Lilya menutup salah satu mata, membiarkan mata lain menyaksikan sebuah benda layak sebuah gerhana dari kejauhan.

Diisi oleh air dangkal, sebuah benda layak gerhana matahari berdiri tegak di ujung dalam posisi tenggelam dan tidak bergerak. Jantungnya berdetak kencang, tidak dapat menahan emosi yang berlebihan. Azuria hendak dipanggil, tetapi tidak ada apa pun yang dapat dia keluarkan. Lilya meraba dada tempat Stellarnya berada. Akan tetapi tidak ada yang terpicu, sensasinya pun tidak terasa.

Sesak, napasnya mendadak sesak layak kekangan sesuatu yang memberatkan kepalanya. Bisik-bisikan terdengar lagi, kali ini Lilya dapat mengetahui tempat suara itu berasal. Lilya menoleh ke kiri, tercengang pada sebuah anomali berupa lingkaran misterius yang terpampang melayang di atas genangan air.

Bisikan itu berasal dari dalam sana. Lilya menekan dada, yakin akan pemikirannya. Suara langkah kaki bergema pada suara air yang dipecah oleh gerakan kaki. Helaan napas keluar pelan, mendekati lingkaran tersebut. Lilya masih menekan dada, perlahan namun pasti mencapai tepat selangkah sebelum bersentuhan dengan lingkaran aneh itu.

Bunyi yang tidak manusiawi mengisi pemandangan suram di dunia gelap ini. Lingkaran itu melebar menjadi oval. Ini bisa saja pertanda bagi Lilya kalau bisa saja ini adalah sebuah portal, jalan dari satu tempat ke tempat lain yang berjarak jauh. Itu yang dia ketahui dari keanehan anomali ini.

"Seandainya, hari itu tidak terjadi." Suara dari seorang pria menghentikan langkah Lilya yang menatap lurus kepada lingkaran itu.

"Itu suara Louis."

Lilya menyentuh permukaan portal itu, merasa getaran aneh melintas di telapak tangannya. Namun, sesuatu yang aneh tiba-tiba terjadi. Tubuhnya mulai ditarik ke dalam portal secara perlahan. Lilya panik dan mencoba melepaskan diri dari tarikan itu, tetapi semakin dia berjuang, semakin kuat pula tarikan itu.

Mencoba untuk berteriak, tetapi tidak ada suara apa pun yang keluar dari dalam mulutnya. Pita suaranya seperti tertahan sesuatu yang tebal, menutupi angin untuk keluar. Tidak ada sedikit pun harapan yang dapat Lilya raih, selain semakin dalamnya dia tertarik ke dalam sana.

Perlahan-lahan, sekujur tubuhnya memanas seperti terbakar. Semakin dalamnya Lilya masuk ke dalam lingkaran itu, semakin kuat suara yang keluar dari dalam. "Seandainya, aku tidak pergi. Seandainya aku tidak ada."

Lilya terhisap sepenuhnya. "Louis!"

Sebuah gelombang kejut mendorong keluar segala permukaan air yang berada di bawah lingkaran melayang, ditandai dengan masuknya Lilya secara utuh ke dalam lingakaran. Seusai gelombang itu, sekitar mendadak hening dengan air yang kembali tenang.

***

Dari luar kesadaran Lilya, Shax mendongak kepada pemandangan yang sangat membuatnya tertegun tidak berkutik. Kepalan tangannya mengepal, mempertanyakan dirinya satu kali lagi jika ini benar-benar hal yang nyata. Tubuh Lilya melayang di atas udara, memejamkan mata dengan kedua tangan yang telah melepaskan Creatornes. Namun, terdapat beberapa utaian tali halus kecil yang mengikat tubuh Lilya dengan tubuh Louis yang tidak lagi bergerak, tidak seperti sebelumnya. Cahaya keluar dari Stellar, memicu jutaan cahaya terang dan kecil di sekitar mereka berdua. Sebuah pusaran angin padat mengintari mereka berdua, tidak dapat membuat Shax maju untuk melihat lebih dekat.

"Otoritas macam apa ini?" Shax terdiam menatap apa yang telah dia saksikan dengan jelas. Nada tergesa-gesa.
Tiba-tiba, suara tapak kaki kuda mendatangi Shax dari belakang, dia menoleh. "Terminus?"

Kuda hitam itu mengangguk. Shax memegang api di kepala, berpikir terhadap apa pun yang tengah dikatakan Terminus yang adalah seorang kuda. "Seorang Sarnova katamu!"

Shax menekan suaranya dengan lebih tegap, dia kembali menatap ke arah Lilya. "Kalau begitu, ini adalah bentuk dari otoritasnya"

"Hanya saja, apakah aku bisa ... melakukan ini?" Shax mengangkat tangan, mencoba untuk meraih mereka berdua meskipun telah dilindingi oleh pusaran angin kencang.

"Louis telah wafat, sekarang ... inti Stellarnya!" Shax menerjang masuk ke dalam pusaran.

Pusaran itu tidak kenal ampun untuk menggusurkan seluruh api yang dimiliki Shax, hanya untuk kembali hidup oleh tekad yang tidak pernah lelah. Tangan lainnya ikut membantu untuk menahan pusaran mengerikan itu, Shax berdesis terusik oleh angin. Terminus menunggu di luar, tiba-tiba berbalik terhadap sesuatu yang jelas sekali disadarinya. Sesuatu akan segera terjadi, detikan jamnya diputar.

"Hem?" Langkah Shax terhenti, tubuhnya terdorong menjauhi Lilya dan Louis. Dia melirik tangannnya.

Sebuah anak panah tertancap pada tangan kanannya. Dia tidak merasakan apa-apa, tetapi ada sesuatu yang janggal selain dirinya yang terlempar keluar dari pusaran tersebut. Ada sebuah kapsul yang tertanam pada ujung panah, membuat uap memercik keluar tak terkendali dari dalam tangannya. Tangannya terlapisi oleh api yang merupakan tubuhnya, menandakan apa pun yang terkandung dalam panah ini mencoba mematikan apinya.

Sejumlah ukiran terpasang pada anak panah tersebut, bertuliskan sesuatu yang membuatnya tercengang. Shax berbalik, pada saat itu juga dia dibutakan oleh ledakan yang terpicu dari kapsul tersebut, dengan suara detikan jam darinya. Temponya cepat, tidak sempat membuatnya melihat ke arah tujuan. Ledakan itu sama sekali tidak membuatnya merasakan apa-apa, tetapi kepalanya mendadak berat, dan raganya berhenti bergerak. Dia melihat tangan yang tersisa. Api yang melilitnya sudah padam.

Terdengar suara detikan jam, seketika membawanya menjauh dalam posisi terguling beberapa kali sebelum berhenti. Shax dapat merasa kekuatannya dimusnahkan. Tidak ada cahaya yang terpicu dari atas kepalanya, membuatnya yakin bahwa apinya padam, tanpa campur tangan dirinya sendiri. Di sampingnya telah berdiri Terminus, mendongak ke atas untuk menatap sesuatu.

Apinya kembali berkobar dasyat, membuat Shax dapat menggerakkan tubuhnya lagi. Tubuhnya gemetar, mencoba untuk menciptakan perisai untuk melindunginya. Akan tetapi hal itu tetaplah percuma, konsentrasinya terus terganggu oleh kesiapan dari orang-orang itu. Tubuhnya tidak sebaik sebelumnya. Dia butuh waktu sejenak untuk memulihkan diri agar dia dapat menyerang balik. Hanya kali ini, dia akan dibuat terpojok oleh sekumpulan orang berjubah dan memegang busur silang mereka. Di atas perpohonan yang tertutupi oleh kabut merah di langit yang sedikit gelap layaknya malam ini, telah bersiap sekumpulan orang berjubah lain dengan panah bercahaya. Dari belakang orang-orang itu, sekumpulan serigala tak berkulit juga siaga untuk menyerang mereka berdua.

"Panah yang memuntahkan uap air. Huntress. Sejak kapan amunisi mereka berubah?"

Mereka kembali dengan membawa bala bantuan yang melebihi jumlah yang diantisipasi oleh Shax. Mengetahui membuatnya mengeluh kesal, mengangkat dirinya untuk berdiri tegak dan memanggil Terminite dari simbol transparan di atas bahunya. Semburan api keluar, menandakannya yang sedang menghela napas. Tubuhnya tidak sekuat sebelumnya untuk bertarung karena seluruh energinya telah terkuras untuk menghentikan Louis, apalagi melawan kelompok ini. Dia dan Terminus belum tentu dapat menghabisi semuanya, tetapi itu tidak perlu dilakukan.

Pasukan adalah bagian darinya, dan memiliki pasukan untuk membantu mungkin akan sangat membantu. Namun dia tidak membawanya, mengingat dia sama sekali tidak memperkirakan situasi akan menjadi seburuk ini. Sekarang yang harus dia lakukan hanya mengambil kembali inti Stellar dan segera melarikan diri dari hutan ini. Sisanya, akan diserahkan oleh Skales lain. Untuk itu, dia tidak boleh terganggu oleh tembakan mereka.

Seseorang masuk dari dalam kumpulan kabut merah, masuk kepada kerumunan Huntress tersebut. Wujudnya serupa dengan mereka, tetapi dia memiliki tanduk kecil di antara kepalanya. Pencahayaan membuat wujudnya menghitam, membuatnya tidak dapat mengetahui bagaimana wajahnya. Bersama dengan dua orang di sampingnya, dia menunjukkan perawakan layak seorang yang paling penting di antara yang lain. Sayangnya, Shax tahu siapa itu dan dia tidak menyangka kalau mereka akan bertemu lagi.

"Nampaknya kita bertemu lagi, Pangeran Noxis."

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang