Sneak Peak Vol 2

27 4 4
                                    


Sebelumnya...

Suara-suara berisik penuh dengan dentuman dan ledakan terdengar di sepanjang lorong bernuansa merah pekat. Dinding besi tebal memantulkan cahaya terang yang dalam sekejap hilang. Asap merah bersemi pada lantai penuh dengan peralatan tergeletak di lantai hingga seseorang harus mengangkat kakinya untuk melewati banyaknya alat-alat tersebut. Desisan gemuruh dari sekitar lorong menimbulkan getaran yang tanpa henti mengguncang-guncangkan segala yang hadir di tempat tersebut.

Bayang-bayang pada lampu redup memancarkan sosok bertanduk dua dengan kerudung yang diturunkan memperlihatkan rambut panjang miliknya. Suara sepatu mengenai lantai terdengar lembut hingga suara itu nyaris tidak terdengar di balik suara lain yang menyertainya. Sebuah buku melayang di sekitar kepala orang tersebut dan akhirnya diam di atas tangan yang diangkat. Dia berhenti di hadapan sebuah pintu, mengkerutkan wajah dengan mengambil buku di sampingnya.

Dia menghela napas. "Inilah mengapa aku benci tempatmu bernaung, Shax."

Pintu baja terbuka cepat mengeluarkan gesekan pada lantai; langsung menepi asap-asap untuk berhembus ke atas. Nampak sebuah ruangan megah dengan pencahayaan dari kobaran api yang menembus langit-langit. Lantai dipijak, membuat pantulan sosok seorang gadis dengan mata merah melihat ke arahnya. Dari dinding-dinding kokoh tidak seperti lorong yang berantakan, terpasang beberapa pompa yang memompa sesuatu di balik tembok.

"Untuk apa kau datang ke sini, Casper?" Seseorang berbicara di ujung ruangan. Ia terduduk menatap Casper yang melirik kobaran api pada kepalanya.

"Seharusnya kau sudah tahu tujuanku datang ke sini, Shax," jawab Casper kesal.

Shax berdiri dari kursi, meluapkan api dengan lebih lebat. Meja lebar yang ada di depannya dihentakkan menggunakan kedua tangan berselimut baja hitam. Seketika, seluruh api di ruangan tersebut berkobar mengikuti penutup kepala Shax yang berapi. Ia melangkah keluar, mendekati Casper yang berjalan kepadanya.

Ada sebuah pancaran merah dengan insignia buku terbuka di samping kepalanya. Sebuah gaya dari dalam simbol tersebut menggerakan pintu tersebut untuk menutup tanpa campur tangan dari Casper yang mendekati Shax. Buku yang dipegangnya dilayangkan kembali, membuat buku tersebut terbuka dan membalikkan beberapa halaman secara acak.

Shax berbelok kepada Casper yang berhenti berjalan dan memejamkan mata. Ia meraba baju zirahnya yang penuh dengan bekas-bekas akan sesuatu yang telah membuat kobaran apinya mengecil. Langkah kaki terhenti, menimbulkan suara besar dalam sekejap.

"Jadi Louis masih menyimpan inti Voyager itu?" tanya Shax. Casper menunduk, mengiyakan pertanyaan Shax.

Sebuah suara bangkit dari samping Shax. "Hem." Shax berucap di balik tubuh tanpa kepala sebagai mana rupa dirinya sejak dulu.

"Waktu yang cocok untuk melakukan pembalasan." Casper tertegun hingga buku melayangnya melesat ke dalam pelukan tangan dia. Shax memegang sesuatu yang telah lama tiada, tetapi kini rupa itu kembali di sampingnya. Shax kembali meluapkan api lebih lebat ketimbang biasanya.

"Terminus!" Casper meninggikan suara, melihat sosok kuda berkulit hitam yang dia kenal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari wujud Terminus sekarang.

Kuda hitam berambut memercak api berwarna biru, jauh dengan dirinya yang dulu memancar api merah. Shax sama sekali tidak merasa ada yang aneh, menandakan ia telah tahu tentang Terminus yang berbeda ini. Meskipun begitu, Casper masih dapat merasakan sisa-sisa terkandung pada Terminus yang dulu dengan yang sekarang ada di hadapannya.

"Lino telah membunuhnya, tetapi dia tidak memusnahkannya. Sangat disayangkan sekali." Shax membelai kepala Terminus. Terminus memejamkan mata, menunduk kepadanya.

Perlahan wujud Terminus terlalap oleh api berwarna biru, menghilangkannya menjadi serpihan api yang habis. Shax berjalan melewati Casper yang masih tercengang kepada apa yang telah terjadis sebelumnya. Tangan kanan dinaikkan, memunculkan sebuah gerbang besar dengan sebuah insignia kobaran api terpampang di depannya.

"Haruskah aku pergi bersamamu?" Casper berbalik sembari memeluk buku dengan kedua tangan.

"Tidak perlu, aku akan pergi sendiri bersama Terminus. Tidak perlu membawa pasukan seperti yang terjadi satu abad yang lalu. Sudah saatnya aku membereskan urusan yang sudah lama kami tunda."

"Aku memperingatimu. Aku tidak akan datang lagi untuk mengambil sisamu, tidak seperti saat di gereja Voltra itu."

"Mereka ada di Bytn, akan memakan waktu lama sebelum gerbangmu dapat digunakan lagi ke tempat seperti itu," ujar Casper mengenai lokasi Louis.

"Aku tah-. Tunggu, mereka?" Shax berbalik sekilas, Casper menoleh menghadapnya.

"Ada satu orang lagi di tempat itu bersamanya. Aku pikir dia tidak akan memiliki suatu ancaman terhadapmu sehingga fokuslah kepada Louis dan rebutlah inti Voyager itu."

Shax kembali berbalik. "Apakah kau bisa membantuku sedikit?" Shax melirik ke belakang sembari gerbang tembus pandang merah bersimbol api itu terbuka.

"Hmm?" tanya balik Casper menelengkan kepala.

Gerbang terbuka. Shax melangkah masuk ke dalam gerbang, "Berhentilah menggunakan kerudung itu dan pakailah pakaian yang lebih layak bagi seorang Skales."

Seusai mendengarkan ucapan Shax, mata kiri Casper berkedut diiringi suara lipatan halaman buku yang cepat. Barang-barang yang ada di ruangan itu bergetar tanpa henti. Napas keluar ganas pada Casper, mengelpalkan kedua tangannya.

"Untuk apa kau membahas itu kepadaku!" teriak Casper seorang diri. Teriakannya bergema hingga dia dapat mendengar suara itu yang membuatnya bergegas menutup mulut.

Mulutnya digigit, dia memejamkan mata. Suara hening mendadak melanda seisi tempat dia berada saat ini. Casper kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya hingga kerudung itu kembali dia angkat untuk menutupi kepala hingga tanduk yang dia miliki. Tangan kanannya meraba tanduk panjang itu, perlahan diturunkan menyentuh buku yang turun.

"Jangan sampai aku harus datang untuk melihat kau mati lagi."

"Aku ... punya sesuatu yang harus kulakukan." Bukunya terbuka, terhenti di sebuah halaman.

"Nixia, aku datang."

Stellar Temporis - SarnovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang