Disclaimer: Episode ini mengandung unsur penyiksaan
____________________________________________________________
Suara secangkir minuman bergema di depan perapian yang menghangatkan tubuh. Perapian menampilkan cahaya di hadapan ruangan yang gelap gulita. Ditemani bantalan sofa yang lembut, seseorang duduk sembari meneguk minuman yang telah dibuatnya.
Tiba-tiba, tegukan tehnya terhenti. Dia melirik ke belakang. Seseorang keluar dari dalam kegelapan, tertutupi bayangan yang menutupi rupanya. Walaupun begitu, dia dapat melihat raut wajah yang ditampilkan tidak bahagia.
"Apa kau sudah gila dengan membawa seorang anak Feline itu ke tempat seperti Kritia? Kau tahu kalau mereka tidak menerima keberadaan sesuatu yang tidak seperti mereka di tempat itu!"
"Shh~" Telunjuk menempel pada bibir yang hangat, mendiamkan lawan bicara yang ada di hadapannya.
"Anak ini akan segera mengetahuinya, dia perlu tahu ini. Yang harus kita lakukan ... hanyalah mengamati kebodohan dalam persepsi manusia."
***
Suara besi bergesekan dengan lantai terdengar bergema tetapi redam pada kupingku. Mataku terbuka pada lorong yang kosong. Tidak ada suara apa pun kecuali suara besi dan kayu yang bergesekan di belakangku. Suara itu ... seperti sebuah pintu besar yang ditutup.
Tiba-tiba, sesuatu memegang pundakku, menyakitkan seperti sebuah tusukan. Aku hendak melihat ke belakang, tetapi sebuah tangan diayunkan cepat untuk menampar pipiku. Berdenyut-denyut, aku meringis kesakitan. Namun karena itu aku ditampari satu kali lagi. Kali ini, tamparan tersebut lebih kuat ketimbang sebelumnya. Napas seseorang terdengar cepat dari belakang, mendesaknya.
"Cepat jalan!" Suara seorang pria meneriakiku hingga membuat kupingku turun, mengigil.
Kedua tangan serta kakiku berat, dikait oleh benda keras yang berbunyi setiap kali aku melangkah. Mengikuti perintah pria itu, aku berjalan lebih cepat. Lorong yang kosong di depanku seakan menjadi tak berujung, dan aku tidak tahu kemana pria itu membawaku. Aku memejamkan mata, tidak berani melihat jalan yang kulalui.
Tempat apa ini ...? Ini bukan pertualangan yang kuinginkan. Aku ingin pulang.
Memohon ampun kepada gumamanku sendiri tidak menghasilkan suatu jawaban. Aku terus bergumam sendiri hingga aku tidak menyadari bahwa aku dipaksa membuka mataku. Aku telah berjalan melebihi batas yang seharusnya kulalui.
Tiba-tiba, aku merasakan nyeri menyakitkan pada pundakku, kali ini lebih kuat dan menyakitkan. Aku menggigit bibirku untuk menahan rasa sakit dan tetap berjalan. Namun, sebelum aku sempat merespon semua ini, pipiku kembali mendapat tamparan yang mendorongku untuk bertemu dengan tembok keras.
"Jangan berhenti, bangun!" Ada suara lain di belakangku, dia tidak sendirian. Tangan kasarnya mencengkram bahuku sangat kuat untuk berdiri.
Dari cahaya biru yang masuk melalui jendela kecil di ujung ruangan, aku melihat sebuah kurungan yang akan menjadi milikku. Tempat kecil itu tidak memiliki kelayakkan untuk ditempati, bahkan oleh hewan sekali pun. Kurungan itu hanya ada kain kasar serta tetesan air yang jatuh dari sebuah celah dinding, tentunya bisa kurasakan membasahi lidah keringku. Bata kasar dapat kurasa mengikis kulitku, bahkan saat aku tidak menyentuhnya. Banyak tiang besi menghalangi sebuah pintu masuk antara kurungan itu dengan lorong yang telah aku lalui.
Secara tiba-tiba, aku terdorong oleh orang di belakangku. Aku menghadap ke belakangku, seorang pria berdiri menatapku dengan tatapan penuh kegelapan. Apa karena aku lari dari mereka pada saat itu? Atau aku telah melakukan hal yang lebih parah tanpa sepengetahuanku sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellar Temporis - Sarnova
FantasiDisclaimer - Cerita ini "Sunshine and Rainbow" Stellar Temporis Vol 1 Demi-Human, sekelompok ras hibrida menyerupai manusia. Keberadaan mereka di dunia membawa sebuah pengaruh kepada manusia yang hidup bersama mereka. Akan tetapi, tidak semua manusi...