Beberapa Hunder beranjak dari dalam semak-semak, tetapi Louis telah melaju menghadapi satu per satu dari mereka. Gerakannya sangat cepat memicu angin kencang yang menerpa rambut Lilya. Kepalanya terbebani, tidak dapat fokus. Dia sama sekali tidak menyerangnya.
Stellar berkelap-kelip. "Aku bisa merasakannya."
Manifestasi merambat cepat seketika merobek tubuh Hunder yang hendak menyerangnya. Akan tetapi, beberapa Hunder berlari melewati Louis seakan keberadaannya tidak pernah dipikirkan. Jeritan kuat dikeluarkan Louis sembari mengayunkan selaput manifestasi yang meruncing pada tangannya.
Louis melompat, seketika menimpa salah satu Hunder, dilanjutkan dengan menembakkan bola hitam kepada Hunder yang nyaris menggapai Lilya. Tubuh serigala itu seketika menghitam, lapuk dan hancur membuatnya tidak dapat bergerak. Manifestasi Louis meluncur, mengonsumsi tubuh Hunder tersebut sehingga membuatnya terhenti. Sambil berjalan pelan, mata putihnya menengok Lilya yang tertegun diam.
Mata basah, air jatuh pelan diserap tanah. "Louis ... kau." Lilya sadar, terjerat oleh ketidakpercayaan, tetapi inilah yang telah terjadi.
Ada sedikit kesadaran yang dimiliki Louis. Dia tidak tahu sampai kapan dia akan bertingkah seperti ini, tetapi ada sesuatu yang harus dia lakukan. Sesuatu bergumpal pada area dada kanan, berdetak seperti jantung. Seruan kecil keluar, membuat Louis berhenti di depan Lilya.
Lilya terdiam, merasakan sakitnya ucapan yang dikeluarkan oleh Louis. Sesuatu segera terjadi, dan semua itu memaksanya untuk memperhatikan tonjolan pada dada Louis. Ada sesuatu di dalam itu, mungkin itu adalah apa pun yang Louis minta untuk hancurkan.
Waktu berjalan lambat saat Lilya melihat sekitar membiru. Tanpa ada satu patah kata pun, dia melihat akar manifestasi meluncur cepat kepadanya. Meski waktu melambat, lajunya manifestasi itu tidak memberikan kesan 'lambat' sedikit pun. Pada saat itu juga, Louis melayangkan kedua kaki, melaju ke arahnya juga.
"Louis!" Lilya melangkah mundur, tidak dapat menghindar meski waktu telah berjalan lambat.
Waktu berjalan normal. Terpaan angin kencang dari belakang Lilya menerbangkan Louis menjauhinya. Dorongan kuat membuat Louis menabrak pohon. Bentrokan kuat tersebut membuat pohon terbelah menjadi dua dan menyatukan Louis dengan pohon lain yang menimpanya.
Suara gemericik dedaunan terdengar dari belakang Lilya. Entah mengapa, hangat dari api dapat dia rasa, tetapi juga sejuk pada saat yang bersamaan. Lilya berbalik, dipertemukan dengan sosok tinggi dengan kepala berupa tengkorak hewan bertanduk. Dia memiliki leher yang tersambung, menjulang ke bagian bawah lehernya.
"Kau ...."
Desisan bara api melapisi Terminite yang diletakkan di atas bahu. Suara zirah bersentuhan terdengar jelas oleh kedua kuping berkedutnya. Napas api menyembur ke depan, nyaris membakar kuping Lilya. "Shax."
"Lama-lama aku mulai berpikir, kita telah bertarung selama tiga jam. Tanpa banyak cakap, cepat bulatkan keputusanmu!" Shax berseru keras menatap ke arah lain.
Mata Lilya menatap tajam. "Aku memahami semuanya. Mari kita bekerja sama, Shax," jawab Lilya, membuat Shax menoleh cepat.
Shax tergelak-gelak. "Oh bagus, bagus sekali. Jadi apa yang harus kulakuka-." Ujaran Shax terhenti saat dia melihat batang pohon terlontar kencang ke atas udara.
Mata berdongak, melihat batang pohon besar itu tercincang menjadi potongan kecil selagi melayang di udara. Selaput hitam menebal, memanjang dari tempat Louis. Sebuah tangan hitam besar tertutupi manifestasi bangkit dari beberapa pecahan kayu, membangkitkan Louis dari dalam kawah kecil tersebut.
Shax memperhatikan jelas kepada satu buah keanehan yang dimiliki Louis sekarang. Dia menahan dagu, tersenyum di balik tengkoraknya. "Aku mengerti dan paham. Sepertinya nak, kaulah yang memang harus melakukan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stellar Temporis - Sarnova
FantasyDisclaimer - Cerita ini "Sunshine and Rainbow" Stellar Temporis Vol 1 Demi-Human, sekelompok ras hibrida menyerupai manusia. Keberadaan mereka di dunia membawa sebuah pengaruh kepada manusia yang hidup bersama mereka. Akan tetapi, tidak semua manusi...