- 8 -

7.3K 296 17
                                    

I wanna see you rock the boat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I wanna see you rock the boat. Back and forth. Lick the beach, fuck the shore. Make me scream, all aboard, don't sink.
- Victoria Monet -

Kedua tanganku dengan cepat menarik kaus Deacon ke keatas kepalanya, menunjukkan otot trapeziusnya yang terpahat dengan baik, begitu juga otot bisep dan trisepnya yang besar. Aku bahkan tanpa sadar meraba lengannya di tengah - tengah adegan ciuman kami, memuja dalam hati warna kulit Deacon yang terlihat sangat indah dan kontras dengan warna kulitku yang lebih gelap darinya.

"Aku suka warna kulitmu." Ujar Deacon, sebelah tangannya menangkap pergelangan tanganku yang ia tuntun menuruni dada sampai undakan di perutnya.

"Aku bisa mengatakan hal yang sama." Balasku cepat.

Deacon tersenyum kecil dan menarik bagian belakang tubuhku agar mendekat kembali kearahnya, aku bisa merasakan tangannya menyelinap masuk ke dalam dressku dan meremas bokongku, membuatku terkesiap kaget lalu tertawa.

"Katakan padaku, sudah berapa banyak laki - laki yang jatuh ke pelukanmu karena bokong ini?" Deacon kembali meremasnya dan membuatku tertawa.

"Aku tak pernah menghitungnya." Ujarku cepat sambil mengelus rambut halus di rahangnya.

"Tambahkan aku ke dalam daftar itu." Deacon tersenyum kecil.

Kali ini aku yang menghampiri bibirnya dan mendorongnya ke senderan sofa. Sementara tangannya terus menyelinap ke bagian belakang tubuhku dan menyentuh bagian pinggang belakangku yang mengirim sensasi geli ke seluruh kakiku.

"Kau mudah geli ya." Bisiknya pelan, kembali menyentuh area sensitifku dan aku tak dapat menahan diri untuk tidak mendesah.

"Berhenti." Ujarku menahan geli dan tertawa, menarik tubuhku menjauh darinya dan beralih ke bagian bawah tubuhnya. Jemariku dengan santai menarik lepas kancing celana Deacon dan menurunkan resletingnya. Ia menyambut bantuanku dengan mengangkat bokongnya agar aku bisa menarik turun celana bermuda-nya, menunjukkan tubuh yang hanya dibalut brief berwarna abu - abu.

Selanjutnya, gantian ia yang berusaha melucuti pakaianku, ia langsung menarik ke atas dressku dan melemparnya ke lantai. Matanya langsung tertuju pada bagian tubuhku yang ditutupi pakaian dalam renda berwarna gading transparan, dengan hiasan embroidery bunga kecil warna - warni yang menutupi bagian tengah cup-nya.

Aku bisa mendengar Deacon bersiul, "Jika ada yang bertanya apa warna kesukaanku, aku akan langsung bilang warna kulitmu adalah warna kesukaanku."

Aku menaikkan alisku sebelah, "Deacon, aku tidak tau kau pandai berbicara manis begitu."

"Itu fakta."

"Baiklah." Ujarku sambil memutar tanganku ke belakang untuk melepas kaitan branya, "Mari kita lihat apa kau akan menyukai bagian tubuhku yang ini."

Saat bra dengan strap tipis itu jatuh ke pangkuanku, Deacon menghela nafas panjang. Aku tau ia akan menyukainya.

Setelah menatap kedua bukit kembarku, ia kembali menatap mataku, jemarinya menyentuh bibirku yang bengkak karena ciumannya tapi ia tak melakukan apapun, ia hanya memandangi mataku dengan lama. Membuat jantung berdegup cepat, bukan karena tatapannya yang seakan membuatku merasa telanjang meski sudah nyaris telanjang. Tapi tatapannya seakan menatap lebih dalam dari apa yang bisa terlihat dari luar.

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang