- 22 -

3.3K 196 20
                                    

Baby, you have become my addiction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baby, you have become my addiction. I'm so strung out on you. I can barely move but I like it.
- Ne Yo -

Saat kami tiba di kapal, waktu menunjukkan pukul tiga sore, kami langsung menuju kabin karena tak sabar ingin segera membersihkan peluh dan debu yang seharian menempel di tubuh kami.

Sesampainya di kabin aku langsung menuju wastafel dan melepas gaunku yang aromanya seperti Matahari, lalu mencuci tangan sambil melihat betapa merah dan sedikit kecoklatan seluruh tubuhku. Saat Deacon datang ia langsung memelukku dan mengecup pelipisku, kami memandangi pantulan kami di cermin.

Semuanya terasa mudah sekali dengannya. Aku bahkan tak perlu berusaha untuk menyenangkannya, tak perlu melakukan hal lebih untuk menarik perhatiannya.

"Lihat dirimu, seharian diluar malah membuat kulitmu kemerahan."

Deacon menjawab dengan senyum. Wajahnya menempel pada bagian afas kepalaku, menunjukkan perbedaan warna yang jelas meski tidak jauh.

"Mandi bersama?" Tanyaku seraya menyentuh lengannya yang melintang di depan tubuhku.

"Kau tak perlu bertanya." Ujarnya pelan.

Aku tersenyum menatapnya di cermin lalu melepaskan diri darinya, "Take off your shirt." Ujarku yakin, bersender pada meja marmer yang menopang wastafel.

Deacon melepaskan pakaiannya, menuruti permintaanku, ruam merah masih terlihat di tubuhnya. Aku mendekat dan memberikan ciuman pada ruam tubuhnya, merasakan sensasi asin di lidahku. Aroma parfumnya kini bercampur dengan aroma keringat dan debu. Perlahan aku semakin menunduk, saat aku hampir sampai ke ujung luka di perutnya, ia menarikku dan memelukku. Menyeka setiap helai rambut yang menutupi wajahku dan menatapku lekat - lekat. Tak ada ekspresi apa - apa, tidak ada senyum, tidak ada kesedihan. Aku tak melihat apapun melalui matanya.

"Apa kau teringat mantanmu?"

Deacon tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Lalu, kenapa kau memandangiku begitu?"

"Hanya baru menyadari sesuatu." Ujarnya, lalu melepaskan pelukanku dan menepuk bokongku, "Ayo mandi."

Aku mengangguk dan meninggalkannya menuju bilik pancuran. Menyalakan pancuran dan mengatur suhunya agar tidak terlalu panas, lalu mulai menyirami tubuhku. Tak lama Deacon menyusul dan langsung membantuku membasuh rambutku.

"Ranbutmu sangat indah,"

"Terima kasih, aku juga menyukainya."

Aku berdiri menatapnya, seraya menengadahkan wajah agar seluruh rambutku terkena air dari pancuran. Aku melihatnya mengangkat tangan, lalu menggosok kepalaku. Aku menurunkan tanganku dan memeluk tubuhnya.

"Oh, enak sekali. Apa ada yang tidak bisa kau lakukan?" tanyaku sambil membuka mataku kembali dan menatap wajahnya, ia menahan senyum sambil sesekali melirik wajahku. "Ayolah katakan, apa ada hal yang tidak bisa kau lakukan?"

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang