Such a funny thing for me to try to explain. How I'm feeling and my pride is the one to blame. I still don't understand. Just how your love can do what no one else can.
- Beyonce -"I'm sorry." Ujar anak kecil itu setengah menunduk.
"Oh, God." Desisku, masih mencengkram lengan Deacon.
Aku bisa merasakan Deacon bergerak cepat lalu berpindah untuk berlutut di sisiku.
"Oh, ya ampun. Aku mohon maaf, sungguh - sungguh mohon maaf. Emma, mama sudah bilang kan tidak perlu membawa gelas sendiri." Ujar seorang wanita mendekat.
Aku menarik nafas, berusaha menahan rasa panas yang seketika berubah menjadi rasa perih dan sakit. "Tidak apa - apa." Ujarku pendek sambil mengangguk pelan.
"Davina, bisa kau berdiri? Geser kursimu agar aku bisa melihat luka bakarnya."
"Can you bring me lukewarm water, please?" Ujar Carsson pada pelayan. "Not ice, lukewarm water."
Aku menggeser tubuhku dan mengangkat bagian ujung dari pakaianku dan menunjukkan kulit kecoklatanku yang kini berubah menjadi merah, seperti terbakar matahari.
"Luka bakar? Apa seserius itu?" Tanya sang ibu.
Deacon membuka gaunku lebih lebar untuk melihat apa lukanya besar atau serius. Dan ternyata kemerahannya cukup lebar, menyebar sampai ke pinggulku, tapi area yang sakit hanya terfokus ke bagian paha luar. Sepertinya sisi itu yang paling banyak terkena susu panas.
"Ya dan tidak. Luka terkena air panas juga termasuk luka bakar, untungnya itu bukan air mendidih jadi tidak serius." Deacon kembali menutup tungkai pahaku dan menatap sang ibu.
"Suaminya dokter, kau tenang saja." Ujar Shelby, mencoba menenangkan si ibu yang terlihat panik.
"Emma, minta maaf." perintah wanita seumurku itu.
Anak kecil itu masih memegangi gelasnya, ia menunduk dan menatap gelasnya. "Aku sudah melakukannya."
Aku tersenyum dan mengulurkan tanganku, lalu membelai kepalanya, "Lain kali lebih hati - hati, okay?"
"Terima kasih banyak, ayo Emma." Ibu dari anak kecil itu membawa anaknya kembali ke kursi.
"Apa harus aku kompres dengan es batu?" Tanyaku cepat, masih merasakan rasa panas di kulitku.
"Tidak," Jawab Deacon cepat, "Jangan pernah mengompres luka bakar dengan air dingin." Ujar Deacon cepat.
Seorang pelayan membawakan air suam-suam kuku dan handuk kecil, Deacon membasahi handuk itu dan melebarkannya di pahaku. Aku meringis saat merasakan sensasi panas pada pahaku meski tidak sepanas senelumnya.
"Diamkan selama lima menit, okay?"
"Is there anything i can help?" Ujar sang pelayan.
"Don't worry I'm a doctor." Ujar Deacon pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Daddy
Romance[+21] ✨steamy romance story✨ Davina berharap segera memiliki anak di umur yang terus bertambah. Alih - alih mendapatkan anak, ia malah mendapati kekasihnya selingkuh. Padahal ia sudah merencanakan liburan romantis di kapal pesiar. Tidak mau rugi, ia...