- 46 -

10.2K 335 78
                                    

POV DEACON

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV DEACON

"Aku juga punya kejutan untukmu." bisiknya, mengirimkan senyum mempesonanya. Sebelum aku sempat menjawab ia sudah menatap seluruh keluarga kami

"Aku juga ingin ikut bicara." Davina mengangkat jari telunjuknya, membuatnya seperti anak sekolah yang dipanggil guru.

"Saat kami menyiapkan acara hari ini, aku sudah berencana untuk memberikan kejutan pada Deacon, aku tak menyangka malah aku yang dikagetkan lebih dulu." Davina menoleh ke arahku, "So Deacon... Setelah tiga tahun aku menyebutmu sebagai kekasih, hari ini kau berhasil mengagetkan kami dengan mengganti gelarmu menjadi tunanganku. Aku harap kau tidak kecewa jika gelar itu tidak bertahan lama. Karena..." Davina memasukkan tangan kanannya ke dalam kantung gaun linen putihnya yang mengembang, "Aku harus kembali memanggilmu menjadi Daddy Deacon..." Davina menunjukkan sebuah benda yang dengan cepat aku kenal sebagai alat tes kehamilan berwarna biru.

Tangannya yang gemetar memberikan alat tes itu padaku, aku dengan cepat menerimanya dan membaca hasil tesnya. Terdapat tulisan 'pregnant' dengan angka '3+' di bawahnya.

Sorak sorai keluargaku terdengar makin kencang, samar-samar aku dengar suara tangis haru dari ibuku dan Sharon dari ujung lain meja. Aku merasakan jantungku kembali berdegup cepat, nafasku terasa pendek dan cepat karena menahan haru, dan kedua mataku terasa sangat panas.

"Jangan menangis Daddy." Ujar Davina menggodaku, sebelah tangannya menyeka ujung mataku.

Fuck it, aku tak peduli. Aku akan menangis dan aku sungguh tak peduli jika terlihat konyol.

Davina-ku hamil!

"Tapi kau tak tampak menunjukkan keluhan apapun. Kau tidak merasakan mual?" Tanyaku cepat.

Aku menggeleng cepat, "Rasanya sungguh berbeda dengan kehamilanku yang sebelumnya. Kali ini terasa nyaman, aku tidak merasa mudah lelah, aku bahkan sering dibuat kaget dengan energiku selama beberapa bulan terakhir."

"Jadi sudah berapa bulan nak?" Tanya Ibuku dengan suara parau dan mata merah.

"Harusnya tiga bulan" Jawab Davina cepat, "Oh aku sungguh tak pandai menghitung usia kehamilan, tapi aku masih ingat terakhir kali aku mendapatkan menstruasi itu tiga bulan lalu."

"Aku sungguh tak menyadari perbedaannya." bisikku pelan.

"Kau juga cukup sibuk setengah tahun belakangan." Ujarnya pelan. Well, Davina bukan satu-satunya yang mendapatkan kenaikan jabatan disini.

"Tubuhmu memang terlihat agak berisi." Ujar Sharon pelan.

"Yeah, aku juga menyadarinya tapi aku tak menyangka itu karena hamil." Balas ibuku. Kedua wanita itu tampak sangat senang.

"Aku sungguh takut terjadi hal-hal yang tidak kuinginkan. Jadi aku merahasiakannya." Ia menatapku, "Aku takut kau kecewa. Tapi aku rutin meminum vitaminku sejak awal dan aku menjaga makananku." Ujarnya cepat, ia tau aku akan bertanya soal itu.

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang