- 11 -

5.9K 252 25
                                    

So come on, give me a taste

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

So come on, give me a taste. Of what it's like to be next to you. Won't let one drop go to waste. Your metaphorical gin and juice.
- Selena Gomez -

Aku berjalan keluar bilik shower sambil mengenakan kimono handuk, lalu mengikatnya erat seraya berjalan ke pintu lemari paling pojok, tempat aku menyimpan pakaian malamku. Setelah membuka pintunya, aku disambut oleh deretan renda - renda cantik berbagai warna dari bahan satin yang mengkilat. Aku mengambil satu lingerie dress sepanjang lutut, dengan belahan di kedua sisi sampai pinggul. Meski bagian punggungnya cukup rendah, tapi bagian depannya cukup tertutup dan dihiasi oleh renda lembut.

Apa ini cukup menggoda bagi Deacon? Atau biasa saja?

Tunggu, aku harus menggodanya lagi dan bercinta dengannya atau tidak usah ya?

Satu hari satu kali berhubungan harusnya sudah cukup ya kan?

Tapi bagaimana jika besok kami terlalu sibuk dan terlalu lelah untuk bercinta?

Well, fuck it. Aku akan mengenakannya karena aku menyukainya. Jika akhirnya Deacon merasa tergoda, itu akan jadi keuntunganku. Aku suka bonus!

Aku berjalan keluar kamar dan tak melihat Deacon di ruang tengah, jadi aku terus berjalan ke balkon untuk mengeceknya apa ia masih tiduran di kursi santai atau tidak.

Deacon masih disana, dalam posisi miring menatap pantulan bulan di laut malam yang gelap.

"Hei, kau bisa sakit jika tidur diluar seperti itu. Anginnya cukup kencang."

Deacon langsung bangkit dan tertawa, "Aku bisa mengatakan hal yang sama melihat pakaian yang kau kenakan."

Aku menatap pakaianku lalu duduk diujung kursi santai, "Aku baik - baik saja."

Deacon tersenyum dan bangkit, ia menghilang ke dalam kabin. Aku menghela nafas dan menidurkan tubuhku di satu - satunya kursi santai di kabin kami. Anginya memang kencang, tapi cukup hangat mengingat kami tengah berada di area dekat garis ekuator.

Oh, Karibia dan anginnya yang hangat. Aku tak sabar ingin segera merasakannya, aku tak akan bisa merasakannya meski sedang musim panas di Manhattan.

Deacon datang kembali, kali ini membawa selimut tebal yang lalu ia lebarkan untuk menutupi tubuhku.

Aku tertawa, "Aku baik - baik saja, ya ampun."

"Kau cukup berterima kasih."

Aku lalu tersenyum manis, "Terima kasih Deacon."

"Ucapan terima kasih diterima, Davina."

"Jadi, kau mau bercerita ada apa, atau aku harus memesankanmu Vodka agar kau sedikit rileks?"

Deacon tertawa, "Aku hanya sedang memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya."

"Yang adalah...?"

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang