- 36 -

3.2K 224 47
                                    

What if we rewrite the stars? Say you were made to be mine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

What if we rewrite the stars? Say you were made to be mine. Nothing could keep us apart. You'll be the one I was meant to find.
- Anne Marie & James Arthur -

Ada sebagian kecil dari diriku berharap Deacon belum melupakanku, itu karena aku juga belum melupakannya. Tapi melihatnya yang begitu sedih, aku sangat berharap ia melupakanku saja. Aku terlampau egois dengan memanfaatkan kebaikannya dan aku sudah melukai perasaannya.

"Maafkan aku, Deacon."

"Hei, berhenti meminta maaf." Omelnya. Kembali memasang senyum dan memakan makan malamnya lagi.

"Aku sudah sangat egois. Yang aku lakukan sungguh menyakiti dirimu."

Deacon tertawa, "Sudahlah, itu sudah berlalu. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya."

Aku terdiam sejenak, "Ada satu hal yang bisa aku lakukan."

"Apa?"

"Bagaimana jika, saat ini kau fokus saja dengan hubunganmu dengan Gigi, aku tidak akan menjauhkanmu dari anakmu, aku janji. Kau bisa menemuinya kapan saja setelah ia lahir, tapi untuk sekarang... Sebaiknya kita menjaga jarak."

Deacon tertawa lagi, "Kau sedang bercanda ya kan?"

Aku menggigit bagian dalam bibirku gugup. "Aku tidak mau intensitas pertemuan kita menyakiti Gigi. Mungkin kita tak perlu bertemu setiap hari."

"Davina, bayi yang ada di dalam perutmu juga anakku." Ujar Deacon cepat

"Aku tau, tapi kau memiliki kekasih."

"Apa itu berarti aku tidak boleh menemui dan merawatmu?"

"Boleh, hanya saja..." Aku menghela nafas, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya. "Aku juga masih menyukaimu Deacon. Aku takut niat kita malah bergeser dan bukan lagi untuk menjaga janin di perutku. Tapi malah membawa kita pada hubungan yang menyakiti Gigi."

Deacon ikut menarik nafas berat dan menggosok wajahnya dengan tangan. Gesture yang selalu ia lakukan jika sedang berpikir keras. "Baiklah, aku akan menjaga jarak."

Aku merasakan jantungku seakan jatuh dari tempatnya, menyisakan rasa hampa yang besar.

Aku seharusnya senang ya kan? Ini yang aku inginkan. Bukan, bukan yang akh inginkn, ini yang harus aku lakukan. Ini konsekuensi atas keegoisanku. Aku tidak menginginkan hubungan seperti ini dengan Deacon.

"Baiklah, aku akan bersiap pulang." Ujar Deacon, kembali menyantap risotto-nya sampai habis. Ia lalu bangkit dan meletakkan piringnya ke wastafel. Ia mencuci tangan, lalu mengelap tangannya sambil menatapku sejenak, sebelum berlalu menuju pintu depan.

Aku mendekatinya, memandangi punggung yang pernah aku peluk erat kini terasa jauh meski berada di satu ruangan.

"Ini." Ujar Deacon mengembalikan kartu akses apartemenku.

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang