- 21 -

3.4K 200 12
                                    

We were love drunk, waiting on a miracle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

We were love drunk, waiting on a miracle. Tryna find ourselves in the winter snow. So alone in love like the world had disappeared.
- Ed Sheeran -

Aku tengah melumuri punggung Shelby dengan sunscreen saat kedua lelaki itu kembali. Wajah dan tubuh mereka sudah kemerahan dan mengkilat oleh keringat.

"Hi, boys..." Ujar Shelby mengangkat wajahnya, "Oh, wajah kalian tampak seperti tomat."

Permainan yang awalnya hanya dikira akan bertahan paling lama lima belas of menit, malah bertahan hampir satu jam. Kedua lelaki itu bahkan tidak mengenakan sunscreen sebelum bermain di tengah laut yang tak berombaku.

Carsson melangkah mengambil gelas yang sudah kuisi dengan fruit punch dan langsung berteduh di atas kasur. "Oh, semuanya terlihat gelap."

"Oh, sial tadi itu ternyata terik sekali." Ujar Deacon yang ikut terlelap di sisi Carsson.

Aku sudah mengenakan kembali gaun-ku yang sudah kering, tak merasa memerlukan mandi matahari karena kulitku sudah kecoklatan sejak lahir, gen yang diturunkan ibuku karena kakek buyutnya berasal dari salah satu suku pedalaman di pegunungan Ural.

Dan jika aku sungguh hamil, anak ini juga akan memiliki darah Perancis. Apa aku harus mulai memikirkan namanya dari sekarang? Hugo jika laki - laki dan Ava jika perempuan.

Tidak, aku hanya bercanda. Sudah kubilang aku tak lagi peduli jika di akhir perjalanan ini aku tidak hamil.

Deacon bangkit kembali dan meraih tasnya di sisi kasur, mengeluarkan botol kecil dan langsung duduk di depanku. Tangannya langsung menyibakkan gaunku, dan meski aku melihat semua yang ia lakukan, aku tetap menahan tangan Deacon.

"Apa yang kau lakukan?" bisikku malu.

"Aku mau mengobati lukamu."

Ah ya, benar.

Aku menyibakkan kembali gaunku dan memiringkan pahaku, menunjukkan noda kemerahan disana tapi sudah tidak ada rasa sakit lagi saat Deacon menyentuh bagian luar pahaku.

Setelah ia selesai, aku langsung mengulurkan tanganku dan menyeka peluh diz  wajahnya dengan telapak tanganku.

"Tunggu sebentar." Aku mengambil sunscreen dan menuangkan banyak - banyak ke tanganku, laku melumurinya ke wajah dan leher, lalu sisanya ke bahu Deacon.

Oh, menyentuh tubuhnya begini saja membuat imajinasiku berlarian kesana kemari.

Aku menutupnya dengan mencium singkat bibirnya.

"Ayo ke laut." Ajaknya, ia meraih kaca mata selam dan mengulurkannya padaku.

"Tunggu 10 menit sebelum menyentuh air, agar sunscreennya bekerja maksimal."

"Aku tak peduli jika terbakar Matahari, ayo!"

Deacon menarik tanganku, tapi aku masih menahannya. Saat aku menoleh ke arah Shelby, ia tersenyum ke arahku.

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang