- 28 -

3.2K 225 23
                                    

The things we said and did have left permanent scars

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The things we said and did have left permanent scars.
- Maroon 5 -

Aku tak pernah mengalami hal secanggung ini, sangat canggung sampai aku harus ijin ke toilet untuk menenangkan diri.

Fuck! Fuckery fuck!

Jadi Gigi itu Gianna?

Jadi mereka sudah bertunangan?

Deacon sungguh serius saat mengatakan soal bersabar, dan akan berusaha untuk menjadi kekasih yang lebih baij lagi?

Oh, perutku terasa sakit melilit sekarang.

Okay, bernafas Davina. Tenang lah, tidak ada masalah. Mereka kembali bersama dan tidak ada masalah bagimu. Apapun yang ia lakukan bukanlah urusanmu.

Aku menarik nafas dalam dan menghela nafas panjang, lalu keluar dari toilet. Gigi dan Deacon tampak dengan santai berkeliling rumah. Aku mendekati keduanya yang berdiri di dekat jendela dan tersenyum.

"Jadi, kalian berdua menyukainya?" Tanyaku. Menggunakan kata ganti 'kalian' tapi sama sekali tidak berani menatap Deacon. Padahal dari sudut mataku aku bisa merasakan ia menatapku sejak keluar dari toilet.

"Ya, kami berdua menyukai unit ini." Ujar Gigi manja sembari memeluk lengan Deacon.

"Bagus, ada yang ingin kalian tanyakan?" Tanyaku cepat, kali ini memberanikan menatap mata gelap Deacon.

Ia tampak... Entahlah, tidak fokus. Sedih. Seakan ia kecewa. Apa ia kecewa bertemu denganku? Oh, aku juga tidak ingin membuatmu merasa seperti ini.

"Tidak, semua sempurna. Aku akan menghubungi Debby untuk membicarakan soal kontraknya."

"Tentu." Ujarku cepat. Berusaha keras mencoba fokus dan hanya menatap Gigi, tapi sulit. Aku kesulitan menahan diri untuk tidak menatap lelaki yang pernah membuatku merasa sangat bahagia itu.

"Baiklah, ayo sayang. Kita akan kemana setelah ini?" Ujar Gigi menggandeng Deacon, keduanya berjalan ke pintu keluar.

"Aku harus kembali ke Rumah Sakit."

"Apa? Lagi? Kau baru tiba disini sepuluh menit yang lalu."

"Gianna, aku harus bekerja."

"Baiklah, baiklah. Tapi bisakah kita makan bersama dulu? Aku mohon."

"Aku tidak bisa lama - lama."

"Tidak akan lebih dari lima belas menit, aku janji."

Aku menutup pintu saat keduanya berbelok ke lorong, suara manja Gigi semakin lama semakin pelan lalu menghilang.

Fuck!

Aku mengunci pintu dan duduk di sofa, lalu menekan layar sentuh ponselku. Tak lama terdengar nada sambung dengan nama Shelby di layar.

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang