- 16 -

4.5K 216 17
                                    

You know we connect, more than just the sex, but are you gonna let me in? I can set your world on fire, but you're holdin' the lighter, instead you're puttin' out our flame

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You know we connect, more than just the sex, but are you gonna let me in? I can set your world on fire, but you're holdin' the lighter, instead you're puttin' out our flame.
- Zara Larsson -

Kami bertukar ciuman perlahan, seperti malam sebelumnya. Aku menghirup nafasnya yang memburu.

"Apa aku seberat itu? Sampai kau terengah - engah?" Tanyaku setengah tertawa

Deacon tersenyum, "Kau sempurna Davina, aku yang harus lebih sering latihan angkat beban."

Aku tersenyum, begitu senang dengan jawaban Deacon yang memilih untuk meng-upgrade dirinya dan bukan meledek tubuhku.

Deacon menurunkan tubuhku di depan kaca lemari dan menunduk untuk menciumku. Kedua tangannya menarik tubuhku ke arahnya.

"Aku suka bagaimana kulit kita bersentuhan..." Ujarku pelan, menikmati rasa hangat dari tubuh Deacon di kulitku.

"Kau tau apa yang aku suka?"

"Apa?" bisikku, sebelah tanganku menggerayangi lapisan otot di perutnya.

"Ini..." Jemari Deacon turun dari tulang selangkaku menuju dadaku, aku menunduk dan melihat jemarinya berhenti di tanda coklat di sana, "Tanda lahirmu ini sungguh membuatku gila," Kedua tangannya perlahan menurunkan gaun malamku, dengan cepat pakaian berbahan satin itu jatuh ke kakiku, "Setiap kali ia mengintip dari balik pakaianmu aku tak dapat menahan diri untuk tidak membayangkan ini." ibu jari Deacon mengusap bagian paling sensitif dari dadaku dan berhasil membuatku mengerang pelan. "Look, how sensitive they are."

Aku tak mau kalah dan menurunkan celana tidur longgar Deacon, ia tak mengenakan apapun lagi di baliknya yang membuat bukti gairahnya terlihat jelas. Tapi sebelum aku bisa menyentuhnya, ia sudah berlutut dan menurunkan pakaian dalamku

He literally eat me up down there.

"Deacon, berhenti..." Ujarku lemah.

Oh, that tongue.

Aku merasakan rasa geli yang menjalar ke pinggangku, membuat tubuhku tak berhenti bergerak karena menahan gelinya. Dan bukannya berhenti, Deacon malah menaikkan salah satu kakiku ke atas bahunya dan membuka jalannya lebih dalam ke bagian bawah tubuhku.

"Oh, Deacon." aku menarik kedua tangannya untuk bangkit dan kembali mencium bibirnya, merasakan aroma familiar yang biasanya berada diantara kedua kakiku.

Deacon lalu memutar tubuhku dan kini kami menghadap cermin besar yang menempel pada lemari. Kedua tanganku langsung menahan tubuhku pada cermin saat mendapat dorongan darinya.

"Oh, that beautiful birthmark..."

Deacon tersenyum, jemarinya menyentuh bibirku yang membengkak dan menyelinap masuk ke dalam pangkal lidahku. Mengais sesuatu yang berlendir disana kemudian turun kebawah, menuju celah diantara kedua kakiku. Menggesekkan jemarinya pada bagian sensitif dari diriku yang sudah sama membengkaknya seperti kejantanannya meski tak membengkak sebesar miliknya.

My Baby DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang