*Perairan Pulau Tengkorak*
HARI ini bertepatan dengan hari pertemuan seluruh bajak laut dari berbagai penjuru. Mereka sesama bajak laut sering membuat pertemuan hanya sekedar ingin bersua, memamerkan hasil rampasan, saling cerita pengalaman masing-masing.
Seringkali, sebagai rekan atau sesama bajak laut, mereka menganggap teman seprofesinya sebagai saingan dan musuh. Tapi, khusus saat ini mereka bisa beramah-tamah, unjuk gigi dan hasil bajakan dengan teman seperjuangan.
Meski bajak laut terkenal karena gayanya yang urakan dan tidak terorganisir, mereka tetap memiliki kesepakatan bersama yang disetujui semua pihak, yaitu semua rampasan harus disimpan di Gua Pulau Tengkorak ini.
Ditengah-tengah muara Pulau Tengkorak ini berdiri markas pusat para bajak laut.
Celah menuju muara ini sangat unik, berkelok-kelok, dengan bentuk karang yang menyerupai tengkorak berada di celah pintu masuk. Tak hanya bentuk karang yang memanjakan mata, pemandangan tempat ini juga dihiasi bangkai kapal yang pensiun karena termakan usia dengan ornamen lumut yang memenuhi setiap sudut kapal. Pemandangan antik nan otentik.
Markas bajak laut pun terlihat dengan gaya bangunan yang unik, terbuat dari fosil batuan karang serta paduan kayu besar dan megah di tengah-tengah muara.
Air disekitar markas ini begitu tenang bak cermin, cantik menawan. Warnanya yang biru kehijauan jadi daya tarik sendiri bagi setiap orang yang melihatnya.
Kapal yang lalu lalang, teriakan serta siulan awak kapal yang menurunkan hasil rampasan merupakan makanan sehari-hari bagi penjaga markas di tempat itu.
Setelah semua berkumpul, para pimpinan bajak laut mulai menceritakan apapun yang menaikan derajat gengsi mereka ataupun gonjang-ganjing yang berseliweran di dunia sosial bajak laut.
Ada yang berdecak kagum, "waw wadidaw!" Ada yang berbisik mencibir iri dan berteriak "sombong amat" dan "gak suka aja" sahut menyahut saat mereka bergiliran cerita. Nah, sekarang giliran kapten Sinlo alias kapten Sinting Gelo ini.
"Woe, woe gantian si Sinlo! Jangan maruk lo, cerita mulu. Cerewet banget kayak emak-emak!"
"Yeu, biasa aja kali!"
"Akhirnya, heem giliran gue. Tau ga?"
"Enggak!"
"Belom woe, gak minta jawaban lo!"
"Siapa suruh tanya?"
"Tadi gue nemu kapal si Janggut Hitam, tapi dianya gak tau kemana, hilang entah kemana. Sok horang kaya banget dah, mentang-mentang kapalnya bagus, ditinggal gitu aja. Sultan mah bebas ... " sorakan setuju membenarkan pernyataan Sinlo meramaikan suasana.
"Tapi yang aneh adalah semua rampasan masih ada! Yang kemarin dibajak dari kapal barang Megalodon aja masih utuh barangnya! Emas yang belom disetor ke sini aja ada 8 karung, gue comot lima deh."
"Woe gelo, bukan comot itu mah!"
"Apa comot sama nyolong beda tipis sekarang?"
"Eh, gak bisa gitu! Kalo gitu masa bajak sama mencuri sama?! Gak bisa-bisa!" sahut para bajak laut lain.
"Shttt, shttt. Hey! Gue gak minta pendapat lo semua! Suka-suka gue dong, mau comot, mau nyolong, mau bajak, mau mencuri. Suka-suka gue!"
"Setan gelo emang." Cibir semua penghuni markas.
"Gue mau lanjutin! Yang kepo silahkan dengar! Selain emas, masih banyak bahan makanan. Terus ada satu awak kapal dan satu bungkusan. Nah, dibungkusan itu ada tulisan 'GAK BUKA ATAU MATI' Serem gak tuh?"
Salah satu bajak laut terkejut reflek berdiri ditengah kerumunan yang tengah duduk manis. Bertanya-tanyalah dia dalam hati. Kok bungkusan itu ada di kapal si Janggut Hitam?
Bajak laut ini yang pertama kali menemukan bocah kumel berkekuatan bom pencernaan mematikan serta jigong yang luar binasa. (*episode 1) Sontak dia langsung berteriak.
"Woe, Sinlo! Yakin tulisannya kayak gitu?!" teriaknya dengan wajah tegang dan nada lantang yang sedikit gemetar.
"Beneran, Jangkung bener, kan?" tanya Sinlo memastikan sambil menyenggol anak buahnya.
"Iya bos, bener. Tulisannya huruf besar semua."
"Bungkusannya kain putih, bukan?"
"Iya bener tuh, bos!"
"Memangnya kenapa? Tiba-tiba nanya gitu?" tanya si Sinlo penasaran.
"Kalian semua! Sekedar ingetin jadi tolong dengerin setiap kata-kata gue! Jangan ada yang terlewat!" suasana mendadak hening, tegang, serta dingin. Atmosfer yang hangat penuh canda perlahan membeku dengan serius.
"Jangan coba-coba buka bungkusan itu! Itu isinya makhluk berdaki tebal, berbau jigong luar binasa, muntah mematikan dan kentut over fermentasi yang kalian akhir-akhir ini denger rumornya! Jangan pernah macem-macem, paham?! Camkan baik-baik atau MATI!"
To be continued
***
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...