*Pulau yang Hilang*
Tiba-tiba sayap besar di punggung makhluk besar ini terbuka sangat lebar dan mengibaskan sayapnya ke arah kapal mereka. Kapal itu pun oleng karena angin kencang dari kibasan sayapnya. Air masuk ke kapal hingga membuat semua penghuni kapal basah kuyup. Perlawanan yang telak! Tubuh makhluk besar itu tidak terluka sedikitpun bahkan tidak ada bekas luka dari serangan tadi.
"~poi! Jangan marah sama mereka! Itu temen-temen Poi!" teriak Poi sambil memeluk makhluk itu bermaksud menenangkan.
"Em-huh!" makhluk itu mendengus dan membelakangi semua penghuni kapal yang menyerang mereka.
"Poi! Ini naga dari mana?! Kok bisa sama lo! Dia kebal sama semua serangan kita, lho! Bahaya tau! Cepet turun dari naga itu!" cerocos Nong layaknya ocehan ibu-ibu.
"Huh, gak mau~poi. Tadi tiba-tiba nongol dari dalem pulau. Terus panggil Poi mama, eh tiba-tiba bisa ngomong~poi. Poi sayang sama orang ini," kata Poi sambil mengelus bayi naga itu.
"Grrr! Oy, bocah! Ini bukan orang tau! Ini tuh naga! Naga! Punya sayap sama bisa terbang! Lo pikir makhluk ginian, mainan apa?" kata Bloo gemas dengan kebodohan Poi.
"Psst! Ajudan! Kayaknya lo punya cucu nih!" bisik Neng ke Ajudan dan didengar oleh Ning.
"Hahaha, selamat ya, bund. Cucunya udah lahir. Uwu banget sih cucunya, nurut deh," kata Ning dengan nada mengolok.
"Ehey mbahmu, cucu! Sembarangan!" kata Ajudan ketus.
"Hehe, canda bang! Kan si Poi anak kesayangan lo!"
"Udah-udah. Poi suruh naganya turunin lo!" kata Sigung.
Poi pun meminta anak naganya menurunkannya ke kapal. Dengan penuh hati-hati, naga itu pun melakukan sesuai dengan perintah Poi. Poi dengan sedih meninggalkan bayinya yang baru lahir itu. Tapi, sepertinya bayi itu tidak ingin ditinggal induknya. Sama halnya dengan Poi yang tidak bisa meninggalkan bayi naga itu.
"Hiks, hiks. ~poi!!! Poi mau sama dia!"
Saat kapal mulai bergerak menjauh dari bayi naga itu, naga itu tetap berenang mengikuti arah gerak kapal. Bahkan, bayi besar itu nekad ingin naik ke kapal bersama induknya.
Dengan ukuran tubuh segede gaban, tidaklah memungkinkan bayi naga ini direkrut menjadi penghuni kapal. Pilihan hanya dua bayi naga ikut tapi kapal hancur atau bayi naga tidak ikut namun terus merengek dan memperlambat laju kapal. Pilihan sulit bagi rekan-rekan Poi.
"Hadoh, beneran kayak anak ayam nih naga."
"Oh, jangan-jangan pulau yang tadi kita datengin itu selaputnya si naga. Terus waktu dia keluar dari selaput lendir langsung ketemu Poi, jadi si Poi dikira emaknya," kata Nong yang baru ngeh.
"Lah emang gitu, bambang!" kata Ning dan Neng bersamaan.
"Ehey, lemotnya gak ada obat! Kemana aja lo tadi?!" kata Ajudan nimbrung.
"Oh gitu, kirain itu lendirnya pulau beneran. Ternyata bayi naga ehehe." Jawab Nong sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena menahan malu.
"Heh! Malah ngerumpi ini anak naga gimana? Liat noh, mau naik kapal kita! Gak berasa apa dari tadi kapal goyang-goyang mulu!'' teriak Sigung frustasi melihat rekan- rekannya yang santuy disaat yang tidak tepat.
"Hadoh, makanan gak dapet bayi naga yang kita dapet. Mau di sempel dimana nih bayi bagong! Bayi naga naik, yang ada kapal kita kebalik!" seru Kapten ke rekan-rekannya.
"Udahlah tinggal aja! Lo nyetirnya yang cepet!" kata Neng mencoba memberi solusi.
"Heh! Lo kira nyetir kapal kayak nyetir kopaja apa?! Tinggal selap-selip, merapat," cerocos Kapten makin hilang akal.
"Ya, maap. Kira gue kan bisa," sesal Neng dengan nada yang tak begitu menyesal.
"Ehey, Kapten! Jadi, ini anak naga mau kita gimanain? Nempel terus sama Poi, udah kayak pake lem bon-bon 82 milyar!" teriak Ajudan.
Semua penghuni kapal pun kalang kabut melihat tingkah anak naga sebesar setengah kapal mau daftar jadi penghuni kapal. Wajahnya muram karena tau tak mendapat izin dari teman-teman induknya. Dia pun merengek dan memasukan tangannya ke dalam kapal yang otomatis membuat kapal oleng. Semua orang yang tampak kewalahan dengan rengekan anak naga ini pun mulai kehabisan akal.
"Hadeh, ringsek dah kapal gue!" kata Kapten frustasi sambil mengacak-acak rambutnya. Sesekali bayi naga ini menyelam kedalam laut mencari makan sendiri dengan memakan ikan-ikan yang ditemuinya. Bayi naga ini baik, kecil-kecil sudah berbakti kepada orang tua. Naga ini membawa ikan yang ditangkap kedalam mulutnya dan memuntahkan ikan itu diatas kapal untuk Poi.
Wah ... semua yang melihatnya mulai terkesan dan terharu atas kebaikan bayi anak ini. Hati bajak laut ini langsung melunak dan nangis tersedu-sedu bersama Ajudan, karena mereka ingat belum pernah berbakti kepada babe-nyak mereka.
"Ning, lo kan bisa ubah apa aja, kan?"
"Coba lo pikir gimana caranya nih bayi bagong bisa ikut tapi gak bikin oleng kapal?" tanya si Kapten sambil mengelus jenggot hitamnya.
"Ehey, ngakunya penyihir terhebat," sindir Ajudan untuk mengintimidasi mereka agar bisa berpikir keras.
Wah ... benar-bener jleb sindirannya. Ning Pun berpikir keras, kalo ubah menjadi wajah orang atau benda lain mah gampang, ini makhluk segede gaban mau di ubah jadi apaan coba?
"Ubah jadi apa coba?" kata Ning sambil melirik bayi naga yang tampak memelas ingin ikut dengan Poi.
"Ning, susah-susah amat mikirnya. Jadiin sesuatu yang dekat sama Poi aja, kan Poi emaknya," celetuk si Nong.
"Uhh, benar juga sih. Tapi mau diubah jadi apa coba? Oh, atau ubah naga ini jadi jubah perisai di tubuh Poi aja?" kata Ning yang tiba-tiba muncul ide.
Si Ning langsung beraksi dan mengeluarkan seluruh kekuatan pamungkasnya, komat kamit dan mengangkat tangannya, tangan kiri di kepala naga, tangan kanan di badan Poi ...
Terdengar suara jshhhhhh dan berkabut di sekitar badan Poi. Jadilah jubah yang menutupi badan Poi. Mantap sekali, walaupun beratnya sebesar gajah tetapi bisa diubah menjadi seringan baju di badan Poi. Semuanya berdecak kagum dengan kemampuan si Ning dan seerti biasa besar kepalalah Ning. Biarlah jangan dikomentari, biarkan dia menikmati puji-pujian ini. Kapan lagi?
"Ya makasi, makasi," kata Ning dengan nada tersanjung sambil berkacak pinggang dan mengelus-eluskan hidungnya bangga.
Lagi, lagi, dan lagi Poi menjadi Legenda modal tahu bulat alias dadakan. Karena bunyi dentuman yang amat besar dilaut dan menghilangnya pulau serta lahirnya naga air membuat pulau- pulau sekitar penasaran. Akhirnya desas desus Poi yang menaklukan bayi naga pun terdengar hingga Pulau Apung dan Pulau Tengkorak entah dari mana infonya. Hanya dalam hitungan hari, informasi tersebar begitu cepat tanpa interupsi.
Sekarang Poi dikenal sebagai pemilik pedang sakti, penakluk penduduk Pulau Tengkorak, Si Pemilik Kentut dan Jigong Mematikan, ditambah menjadi emaknya naga air sekaligus pemilik Jubah Naga kebal serangan. Desas- desus sampai ke teman-teman Poi bahwa Poi jadi legenda Penakluk Naga Air. Respon mereka sederhana, "lagi? Emang dia ngapain?" Sepertinya mereka harus terbiasa dengan citra Poi dihadapan orang kedepannya.
Yang penting, mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka bersama-sama dengan bayi naga itu.
Alangkah bahagianya, tamat ... Eh, belom, belom. Belom kok.
To be continued
***Pisang ambon, pisang barangan🍌
Disengat tawon jadi bengkak
Saya terima kritik dan saran...📮
Tapi, yang membangun ya, qaqa!💪Monggo, dikritik, dikritik...😁
(note: ati-ati, lho bund. Sekarang ada UU ITE😂😂)Salam literasi,
#kritiksehat
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...