54| Poi Beraksi (3)

93 34 32
                                    

*Pulau Kabut*

Malam harinya beberapa pasukan ditugaskan untuk mencari pasukan tadi karena belum kunjung pulang. Ditambah sorakan penduduk yang terdengar cukup keras tadi membuat komandan besar memiliki firasat buruk.

"Maaf ... " kata komandan regu yang berhasil ditemukan dengan keadaan terikat di semak-semak sekitar perumahan penduduk.

"Ternyata, kesombonganmu gak membuahkan hasil, hah?!" sarkas komandan besar.

"Tidak komandan, sebenarnya kam-"

"Gak usah ngeles, sesuai kata-katamu tadi. Silahkan mendekam di penjara bawah tanah!" potong komandan besar dengan sarkas yang menusuk tepat sasaran. Beberapa komandan regu lainnya pun tampak cekikikan saat komandan regu yang sombong itu ditarik masuk ke penjara bawah tanah.

"Oh, kalian bisa ketawa ya?" tanya komandan besar dan udara sekejap menjadi dingin.

"Siapa yang mau dengan sombong mengalahkan bocah ingusan itu? Gak usah sok berani, kalo gak mau senasib dengan sampah tadi!"

Kali ini, masih ada yang mengajukan diri. Walaupun komandan regu sombong itu termasuk pasukan elit, mereka hendak mencoba misi ini. Meski secara kekuatan regu ini tidak lebih baik dari regu sebelumnya, yang kali ini lebih cerdas dan memiliki strategi yang efektif setelah menilai cerita rekan-rekan sebelumnya. Mereka memberikan ide untuk racun ke makanan Poi dkk sebelum mereka sampai di desa berikutnya.

"Regu kami akan menyamar sebagai pendatang di desa itu, agar lebih leluasa bergerak di sekitar penduduk, komandan!"

"Gak usah sok ide. Pikirin aja kalo gak berhasil, mau apa?" celetuk yang lain.

Tipe komandan ini, lebih optimis, dan berani mengambil resiko yang lebih besar.

"Kalo tidak berhasil, saya masuk ke lobang jamban!"

Prajurit dibawahnya langsung menelan ludah. Karena akan sangat memalukan sekali, lebih baik mereka masuk camp kerja paksa saja. Ibarat sudah diucapkan, tidak ada jalan mundur lagi. Tapi apa boleh buat, kedipan mata komandan besar mengisyaratkan bahwa ide disetujui. Nasib pasukan kecil ...

***

Setelah mengekstrak berbagai tanaman beracun dari Pulau Kabut dan berpakaian sederhana, pasukan itu pun berangkat. Mereka telah mengikuti Poi dan Sigung selama di desa yang baru saja diselamatkan mereka berdua. Setelah mengintai dan menggali informasi desa tujuan berikutnya, mereka pun langsung bersiap dan berangkat. Karena penduduk asli sudah pergi bersembunyi, pasukan ini dengan gampangnya masuk ke dapur dan memasak serta membantu meracik. Dengan cara inilah mereka akan beraksi.

Poi, Flip dan Sigung pun sampai di desa sesuai prediksi. Makanan sudah disajikan hangat di depan mata duo sekawan itu, Flip hanya melihat mereka dengan heran karena dua orang ini tidak ada kenyangnya.

Seperti biasa mereka melahap semua makanan di dapur tanpa keraguan sedikit pun. Para pasukan yang menyamar dengan senang memberikan semua makanan yang sudah diracik dengan ekstrak racun. Poi dan Sigung tidak sadar akan hal itu. Yang penting kenyang!

Sejauh ini strategi mereka masih sesuai rencana. Dan mulai ada reaksi dari keduanya ...

"Gung, makanan hari ini kok ada pedas-pedasnya~poi?" ujar poi.

"Bener juga ya. Perut gue jadi muter-muter mules nih!" kata Sigung yang terkena efek si racun juga.

Tiba-tiba duo sekawan ini seperti kebakaran jenggot, perut tidak bisa di ajak damai, langsung bergerak liar mencari posisi.

"Ini saatnya! Racunnya udah beraksi," bisik komandan ke anak dari kejauhan.

Sebelum komandan sempat memberi aba-aba, justru duo sekawan ini berlarian ke arah pasukan ini dengan perut yang kebelet sekali. Pasukan yang bersembunyi di semak berlukar ini tidak sempat berpindah hanya tidur terlentang.

Suara dentuman yang sangat keras sekali beserta isi-isinya langsung keluar. Buarrr! Celengannya lumayan banyak.

Kali ini, tidak terdengar suara berjatuhan seperti hari-hari sebelumnya, tapi situasi senyap terkendali, tidak ada suara bisik-bisik, bahkan suara jangkrik pun tidak ada, benar-benar senyap.

Sayang, rencana komandan ini gagal total. Gagal segagal gagalnya. Ibarat senjata makan tuan, begitulah nasib mereka. Mereka semua pingsan karena Poi dan Sigung buang hajat di semak-semak dekat pasukan itu mengamati. Siapa sangka hasilnya akan seperti ini? Tidak ada yang bisa memperhitungkan kejadian tak terduga ini, kan?

Seperti pasukan regu kemarin, mereka pulang dengan sedikit lusuh dan kotor. Kali ini mereka tidak diberi kesempatan untuk memberi laporan. Komandan besar dengan muka kesal dan tatapan penuh amarah sudah cukup mencerminkan suasana mencekam.

Seperti janji komandan regu ini, bila tidak berhasil, mereka akan masuk ke lobang jamban.

Tapi ada yang aneh di wajah mereka ini, terkesan mereka sangat lega sekali masuk kedalam lobang jamban ini, wajah mereka sepertinya agak sedikit berseri-seri. Bau lobang jamban ini tidak ada apa-apanya dibandingkan bom maut tadi siang itu, begitu menginggat kejadian itu, membuat mereka merinding. Komandan besar yang biasanya sangat mempercayakan strategi ke pasukan ini pun mulai bingung. Pasukan kepercayaannya saja gagal, bocah seperti apakah dia itu? Tiga pasukan terlatihnya gagal total dalam misi ini.

"Siapa yang masih berani ketawa, gue potong lidahnya!" teriak komandan besar dengan nada mengerikan yang membuat siapa saja ciut mendengarnya.

To be continued
***

Si Poi lagi dalam rangka perbaikan gizi, bund. Jadi, dapat dipastikan pencernaannya lancar jayalah ya😂👍

Tips cintai usus tanpa minum ya**lt ala Poi✔️

Btw, author butuh asupan juga ya. Asupan like sama share👌, pokok 'e support dan pantengin terus cerita Poi ya! Dijamin seru, rek!

Salam,
Author lagi hepi:)

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang