51| Korban Selanjutnya

108 34 57
                                    

*Pulau Kabut*

Tebalnya kabut membuat jarak pandang Poi, Sigung dan Flip sangat pendek, ibaratnya jarak pandang mereka hanya sekitar satu meter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tebalnya kabut membuat jarak pandang Poi, Sigung dan Flip sangat pendek, ibaratnya jarak pandang mereka hanya sekitar satu meter. Itupun samar-samar sekali. Poi dan kawan-kawan berjalan selangkah demi selangkah seperti orang buta. Bahkan Flip sebagai orang asli Pulau Kabut pun tak biasa dengan tebalnya kabut pada subuh ini, karena pada jam ini lazimnya mereka masih terlelap. Mereka bertiga berpegangan erat satu sama lain sambil menjaga satu dengan yang lainnya. Saat ini subuh sekitar jam 4 pagi, kabutnya tebal bukan main dan dinginnya mampu membuat keringat membeku seketika.

Suasana sekitar senyap sekali, tidak ada suara jangkrik, atau burung hantu, atau serigala. Semuanya senyap total layaknya pulau mati. Sigung yang merasa begitu ganjil dengan suasana ini pun mau berteriak memastikan apakah ada makhluk hidup yang bisa mendengarnya atau tidak. Tapi sebelum dia berteriak, terdengar suara beberapa orang berbicara dengan lampu yang seadanya.

"Hadeh, nasib kita sial mulu dah. Kerjaan kita cuma jaga pos pantai, pos pantai, pos pantai. Bosenin banget, bertahun-tahun kerja disini gak ada pindah tugas apa naik jabatan apa?" tanya seseorang memulai perbincangan.

"Gak tau, ah. Mana laper sama dingin banget pula! Emangnya lagi krisi pangan apa sampe konsumsi prajurit aja gak ada?" sahut yang lain dengan keluhan tambahannya.

"Ya, mau gimana lagi? Syukuri aja adanya apa," jawab seorang yang lain pasrah.

"Aneh gak sih, tiap hari berkabut terus. Ada sumber mata kabutnya apa?" kata yang lain mengganti topik.

"Ngawur! Emang sumber air mata?"

"Salah! Mata air!"

Sigung, Poi dan Flip terus mengikuti arah suara yang semakin jelas. Mereka berjalan pelan-pelan karena memang jarak pandang sangat terbatas sekali.

"Kira-kira kita sudah sampai atau belum," bisik Sigung ke Flip.

Brett! Put!

"Hei, siapa disana?!" seru tiga orang dibalik kabut itu. Ternyata pendengaran mereka sangat tajam.

"Asem dah, Poi sih. Ketauan kan kita!" seru Sigung tertahan dan memberi isyarat untuk diam.

"Padahal Poi udah tahan volume kentutnya!" seru Poi dengan suara sepelan mungkin.

"Kalian jangan coba-coba memasuki wilayah ini, kita adalah pasukan kerajaan yang berkuasa disini!'' seru seseorang di balik kabut yang entah seperti apa wujudnya.

"Ma- ma- maaaaf, kami ... ~poi," ujar Poi.

"Kakak Poi!!! Ngapain dijawab?!" seru Flip gemas.

Belum selesai Poi berbicara, terdengar suara Brak! Buk! Gedebuk! dan suasana menjadi sunyi senyap tanpa ada suara apapun. Rupanya jarak Poi dan para penjaga ini dekat sekali hanya sekitar 2 meter. Pasti readers sudah paham apa yang terjadi, kan? Daftar korban selanjutnya dari kesaktian Poi jatuh ke tangan orang-orang ini! Kasian ...

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang