*Pulau Tengkorak*
GAK usah punya senjata keren-keren, yang penting punya kentut super bau hahahahaha, gumam Sigung menyeringai senang.
Yah, ada betulnya juga gumaman Sigung tadi, menggunakan apa saja yang jadi kemampuan alami kita itu juga keren! Termasuk gas pencernaan, kan?
Baru sebentar mereka berlari, si Poi berulah lagi.
"Sigung~poi! Hosh, hosh~po,~poi."
"Kenapa, hah? Hosh, hosh, hosh," tanya Sigung sambil menoleh melihat teman yang memanggilnya dalam keadaan ngos-ngosan.
"Gak tahan lagi~poi." Kata Poi sambil memegang perutnya.
"Hah?
Gak tahan apaan?" kata Sigung dengan mata yang masih was-was mengawasi kanan dan kiri mereka.
"Mau...~poi Bret!
Mau ... Bret! Bret!" reflek Poi memegang bokongnya.
"Ya ampun, ternyata? Kudu sekarang banget apa?!
Tahan bentar lagi aja," tepok jidat deh Sigung."Uhh... Bret! Bret!" kayaknya udah diujung banget.
"Adoh, jelek banget deh muka lo. Ya udah cepetan sini. Nih, Sigung udah gali. Buruan!" kata Sigung sambil mengambil respon cepat.
"Iya~poi. Aduh... "
Sigung pun terpaksa berhenti sebentar demi menjaga temannya. Dia berusaha menjaga mata tetap awas walau hutan itu rimbun dan gelap. Degup jantungnya yang berbunyi tak karuan karena gugup dan sehabis lari berusaha dia tenangkan.
Tenang, tenang, gue masih jomblo, gak boleh mati sebelum laku, tarik napas... buang... fiuh, katanya terus menenangkan dirinya.
"Psst, Poi lama banget sih!"
bisik Sigung sambil terus menggoyangkan kaki gelisah takut ada si astral lewat.
"Sabar lah, udah mau selesai~poi."
Untung wangi, kalo bau beh, makin risau hati ini, gumam Sigung.
Keliatannya Sigung menikmati dan biasa saja dengan "wangi" khas Poi ini.
Reaksi yang berbeda dari kebanyakan orang, Pulau Tengkorak yang berbentuk seperti tengkorak inipun bereaksi, menunjukan emoticon mual karena sudah dikentutin dan dinodai oleh limbah pencernaan Poi.
Tampaknya tak hanya manusia biasa yang tidak tahan dengan kekuatan super Poi, Pulau yang seakan hidup ini memiliki respon yang sama.
Setelah 3 menit, Poi pun selesai dan dengan wajah berseri, bak tanpa dosa dia keluar dari tempat pengosongan perutnya.
Sigung yang sedari tadi berusaha menenangkan degup jantungnya, langsung memarahi Poi layaknya emak-emak.
Bagaimana tidak marah? Dalam situasinya yang belum aman ini sempet-sempetnya Poi masang muka nyantai tanpa dosa, orang dari tadi Sigung degap-degup takut tombak nembus.
Poi yang nampak tidak peduli pun hanya mendengarnya sekilas, masuk kanan keluar kiri. Sigung yang melihat Poi pura-pura budeg membuatnya semakin berceloteh ini dan itu.
Karena beralih fungsi jadi emak-emak, insting tajam Sigung pun jadi tumpul. Dia tidak ingat untuk tetap waspada dengan situasi yang belum aman.
Dan benar saja, desingan tombak melesat cepat di samping mereka tanpa peringatan. Telat mengubah posisi seper milidetik saja akan berdampak fatal.
Ternyata ada pasukan tambahan yang siap bertempur dan menangkap mereka. Dan yang mereka lawan kali ini lebih sulit dari sebelumnya.
Perut Poi yang sudah lega sehabis buang air, tidak akan mengeluarkan kentut dalam jumlah yang banyak lagi. Apalagi mereka memperlengkapi dirinya dengan baju kulit hewan yang melapisi kepala mereka dan menutupi dada mereka.
Pasukan bantuan yang datang diperlengkapi dengan cambuk gading hewan dan tumbuhan berduri yang dikeringkan.
Masih ada perlengkapan lain yang membuat mereka sulit dikalahkan. Mereka memiliki perisai kayu yang dilapisi karet elastis dan bisa menangkis semua benda dan melontarkan benda yang dilemparkan ke mereka seperti boomerang serta tombak yang memiliki kapasitas menyerang musuh jarak jauh...
Sadis, bengis beringas, gambaran yang tepat untuk pasukan penduduk asli yang tidak ramah ini.
Walaupun jumlah mereka tidak banyak, Poi dan Sigung masih kalah jumlah dan kalah perlengkapan tentunya. Satu-satunya jalan untuk selamat sebelum terkepung kembali adalah...
"Lari!! Poi ayo buruan!!"
"~poi? Kenapa lari~poi?" tanya Poi sambil menggaruk-garuk kepala dan memasang tampang bloon.
To be continued
***Hadeh... 🙄🙄
Ada yang mau jelasin ke Poi kenapa harus lari?
Bagi kaum gregetan, dimohon untuk sabar ini ujian...
Salam,
tim greget🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...