*Pulau Tengkorak*
PAGI yang cerah dan tenang hari ini sangat kontras dengan suasana hati Sigung yang amat sangat panik. Sedari tadi dia berjalan kesana dan kemari, kocar-kacir memikirkan bagaimana cara melepaskan temannya dari kebuasan penduduk setempat.Dia tahu betul, Poi memiliki kekuatan yang mampu membuat siapapun menjauh darinya, tapi temannya itu baru saja sampai kemarin dan mereka baru saja berteman kemarin.
Mengapa cobaan ini begitu berat? Gumam Sigung lalu tersungkur lemas.
Daripada membuang waktu berjalan bolak balik tanpa tujuan, lebih baik dia makan sedikit agar otaknya mampu berpikir jernih. Sigung pun melahap ubi liar yang kemarin di panennya dan tiba-tiba teringat.
"Jangan-jangan Poi ditangkap sama penduduk asli gara-gara ada jejak kaki yang masih ada di tanah. Hadeh, gawat... "
Sigung segera mengikuti jejak kaki para penduduk asli.
Sigung melewati banyak rintangan, jalanan licin dan berlumut menghiasi setiap jalan yang dia tempuh. Lumpur, daratan yang landai serta akar tanaman tua yang mencuat ke permukaan semakin membuat perjalanannya penuh tantangan.
Akhirnya, setelah mendaki gunung dan lewati lembah, sampailah Sigung di pemukiman penduduk asli itu. Sigung mencari-cari Poi di sela-sela tumbuhan agar keberadaanya tidak diketahui.
Cukup sulit menemukannya karena banyak penduduk asli yang lalu lalang dan memastikan penjagaan mereka ketat tak bisa ditembus. Setelah menyusuri berbagai tempat di markas suku pedalaman itu, Sigung pun menemukan Poi terkurung di satu sel berbentuk kandang ayam raksasa.
Sigung berpikir keras untuk menolong sahabat barunya.
Tiba-tiba dia teringat, Poi pernah bercerita tentang kapal yang terdampar akibat ulah Poi di Muara, Markas bajak laut.
Dia pun segera kesana dan berniat menggunakan kapal itu untuk membawa Poi pergi dari pulau itu.
Setelah sampai di pinggir muara, Sigung langsung berenang mendekati kapal itu dan menaiki jaring yang ada di samping kapal. Saat sampai di atas kapal, dia pun melihat betapa berantakannya kapal itu dan dipenuhi barang-barang. Semua barang nampak tidak berada pada tempatnya dan beberapa di antaranya rusak.
Poi, Poi. Kok bisa kapal sebesar ini ancur sama badan kecil lo dalam semalam? kata Sigung terkejoet dan terheran-heran sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dia pun dengan cepat merapikan barang-barang itu. Tak benar-benar rapi. Asal sudah tidak menghalangi jalan.
Saat merapikan kapal, dia pun menemukan sampan dan tercetuslah ide di kepala.
Dengan susah payah dia membawa kapal besar itu menjauhi muara dangkal itu agar bisa mengapung sempurna. Sesudahnya, jangkar pun dia lepas agar kapal itu tidak lari kemana-mana.
Setelahnya, Sigung menurunkan sampan dengan katrol yang biasa dipakai untuk mengambil hasil bajakan dari bawah kapal.
Kepiawaian Sigung saat berada di kondisi kepepet memang dapat diandalkan. Padahal, dia baru saja sampai di kapal ini dan langsung tau bagaimana mengoperasikannya.
Saat rencananya sudah matang, dia pun kembali ke pantai menggunakan sampan yang tadi dia turunkan. Dia mendayung sekuat tenaga agar dapat sampai ke pantai dengan cepat dan mendamparkan sampannya agar bisa digunakan lagi nantinya serta tidak terbawa arus ombak.
Sigung pun berlari memasuki hutan kembali dan mencari jejak penduduk yang malam itu menculik temannya. Sejauh ini semua rencananya masih berada di jalur, hanya saja degup jantung yang tidak beraturan serta pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan tentang temannya itu. Dia pun mempercepat laju larinya agar cepat sampai sebelum segalanya terlambat.
***
Sementara itu, dalam sel kandang ayam yang baru dihuni tadi malam, tampak penghuninya baru bangun dari tidurnya yang begitu lelap. Belum sadar akan keanehan di sekitarnya, Poi pun menggaruk-garuk kepala dan menggeliat.
Saat mengucek mata dan mengerjap-ngerjapkannya. ~poi? kok tiba-tiba bisa di kurung disini sih? Dia pun mengingat-ingat kejadian sebelum dia terlelap. Dahinya berkerut, keringat bercucuran dan suara ngeden terdengar tipis tanda Poi berpikir keras mengingat kejadian sebelumnya.
"Aduh, Poi ngapain sih sebelum tidur~poi?" kata Poi terus berusaha mengingat.
"~poi! Poi inget! Ternyata Sigung jahat banget. Pasti dia gak suka sama bau mulut Poi, makanya Poi dikurung~poi... " seketika air matanya mengalir.
Begitulah pikirnya dengan kesotoyan dari info yang gak jelas dari mana.
To be continued
***Poi be like:
~~Ku menangis... membayangkan. Betapa sakitnya dikurung temen~~😭?
Alay- alay. Skip deh. 😔
No drama - drama life. 😒
Hidup kite udah penuh drama, betol sodara-sodara??👍
#nodramadramalaip
#noalayalayclub
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...