64| Celah

22 9 1
                                    

*Pulau Penjara*

SEMUA orang tampak mengerutkan dahi dan menyatukan alis untuk memikirkan solusi dari masalah kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEMUA orang tampak mengerutkan dahi dan menyatukan alis untuk memikirkan solusi dari masalah kali ini. Namun, tampaknya semua ide berujung ke jalan buntu dan berakhir di kata "membangongkan." Sepertinya mereka sedang dalam proses muter otak, blender otak dan nge-jus otak. Pokok'e pusing tenan, rek! Berbeda dengan Bloo.

Masalah kecil kayak gini dibuat ribet? gumam Bloo dalam hati. 

"Selama segala sesuatu masih dibuat sama manusia, harusnya ada kelemahan," celetuk Sigung.

Nah, pinter juga Sigung, gumam Bloo dalam hati. 

"Tapi kita mikir daritadi gak dapet juga solusinya!" seru Kapten kesal.

"Ck! Bener kata Sigung," celetuk Bloo tiba-tiba dan membuat semua orang kaget. 

"Kalo gak bisa dari atas, kanan, kiri, samping, kenapa gak dari bawah, grrr?" 

Semuanya tampak menaikan alis, pertanda … 

"Bener juga! Kenapa kita gak kepikiran?" tanya Ning ke dirinya sendiri. 

"Ya, karena lo otak udang sama otak sapi," jawab Bloo ketus. 

"Hah, otak sapi? Berarti otak gue gede dong, terus pinter dong!" kata Nong dengan semangat. 

"Iya gede, tapi kosong gak ada isinya," sahut Bloo dengan sarkas nan epik. 

"Wah, cakep Bloo! Genius banget! Bagi-bagi dong geniusnya!" kata Ajudan yang sadar akan IQ jongkoknya. 

"Coba dari tadi lo ngomong, Bloo. Gak bakalan keriting alis gue," kagum Kapten.

"Emang gak salah dah, wong raja rimba biasa suka ngatur strategi," celetuk Sigung sambil mengacungkan jempol ke arah Bloo. 

Ketika para kaum adam sedang memuji Bloo yang biasanya cuek, para penyihir ngumpul di belakang bak kumpulan ibu-ibu arisan. 

"Idih, baru gitu doang langsung dipuji-puji," gumam Ning tak suka sambil mengibaskan rambutnya. 

"Pake ngejek otak kosong segala lagi-huh," dengus Nong merasa harga dirinya ternodai. 

"Kalo sirik, bilang aja kakak cantik~poi!" kata POi yang tiba-tiba muncul di belakang para penyihir sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Eh, POi!" seru ketiganya tersentak dan langsung bubar jalan.

Setelah riuh ria layaknya pasar, mereka melanjutkan diskusi. Siapa yang bisa menyelam ke bawah laut melawan ombak besar dan mengobservasi bagian bawah pulau ini?

"Hmm, kalo gue yang berenang belom tentu nyampe, yang ada keburu meninggoy. Arusnya kenceng," kata Kapten menyentuh air laut merasakan langsung derasnya arus.

"Kalo Kapten aja gak bisa, apalagi kita?" tanya Sigung. 

"Bener juga, kita baru seumur jagung kenalan sama laut. Kalo lo kan dari orok sampe tua bangka sahabatan sama laut," kata Neng yang ada benarnya. 

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang