*Pulau Tengkorak*
*Note: wajib scroll dan baca ya:)POI pikir, Sigung adalah teman yang baik karena mereka punya kesamaan yang sama, yaitu sama-sama tidak disukai orang lain.
Ternyata, Sigung malah membuang dan mengurungnya di tempat ini.
Poi pun mengamati-amati sekitarnya sambil merenungi nasib malangnya.
Saat dilihat, ternyata dia tidak hanya sendiri. Banyak sel kurungan lain yang berisi orang sama seperti dirinya dan setiap sel terdapat satu orang penjaga.
Semua orang yang terkurung memiliki perawakan yang kumal, wajah yang menyiratkan ketakutan dan tampang-tampang putus asa serta hati yang pilu yang sama seperti dirinya.
Ternyata Sigung selama ini buat orang-orang ini sengsara~poi! Poi harus merencanakan sesuatu, gumam Poi dengan geram.
Sibuk dengan pikirannya sendiri, Poi tidak sadar sedari tadi ada dua orang yang mengamati dirinya.
"Psst. Bos!" panggil Ajudan.
"Napa?"
"Kayaknya si Legenda gak ngeluarin bau busuk sama sekali tuh? Dari subuh kita kan udah plototin terus. Ngantuk juga nih-hoam," kata Ajudan sambil menguap.
"Iya bener juga, apa cuma waktu buka mulut sama kentut, ya?"
"Tapi, kan, Kapt! Waktu itu pas kita buka bungkusannya, bau busuk banget, tuh padahal dia ga kentut sama buka mulut. Orang dia terkapar. Ihh ga lagi deh gue berurusan sama dia," kata ajudan bergidik.
"Bisa jadi juga, karena dia dibungkus terlalu lama baunya jadi ngumpul. Pas dibuka, beh, tepar dah," kata si Kapten berusaha menjabarkannya secara logis.
"Tapi, Kapt!"
"Apa lagi... "
"Dia keliatannya agak sedih. Kayaknya dia juga gak tau kenapa bisa ditahan disini."
"Iya, bener juga. Orang pas dibawa ke sini lagi tidur. Eh, bentar-bentar, kayaknya gue kepikiran ide yang bagus, nih!" seru Kapten berbinar.
Sang Kapten pun menjelaskan dengan berbisik ke Ajudannya agar tidak dicurigai oleh penjaga.
Penjaga pun nampak tidak peduli dengan percakapan keduanya. Lagipula bahasa mereka amat sangat berbeda. Bagaimana bisa mengerti percakapannya?
Hari telah menjelang siang, biasanya mereka akan diberi makanan agar massa daging dan lemak mereka jumlahnya tidak berkurang. Mereka harus menghabiskan makanan yang diberikan, enak atau tidak enak. Bagi yang tidak menghabiskan makanannya mereka akan langsung dibawa untuk disantap dagingnya.
Nah, para penjaga akan mengambil makanan untuk para tawanan, otomatis penjagaan akan lengah. Di sinilah mereka beraksi, si Kapten akan melemparkan kerikil ke si Legenda beserta seutas kain yang digulung dan si Ajudan akan berusaha mengajaknya berbicara dan menjelaskan rencana yang telah mereka susun.
Saatnya pun tiba, mereka melancarkan aksinya begitu tiap penjaga pergi mengambil makanan untuk setiap tawanan.
Si Kapten melempar beberapa kerikil ke Poi.
Poi pun sedikit kaget dan langsung melihat dari arah mana kerikil itu dilempar. Saat melihat dua orang yang melambaikan tangan ke arahnya, Poi pun menggaruk-garuk kepalanya bingung dengan aksi dua orang yang tiba-tiba memanggilnya.
Tahu si Legenda merespon, Kapten pun melempar kain ke arahnya.
Poi pun mengambil gulungan kain itu, tapi tidak ada apa-apa di dalamnya.
"Yah, kirain makanan. Apaan sih, lempar-lempar kain~poi!" gerutu Poi.
Poi pun mengacuhkan kedua orang itu dan membalikan badannya ke arah yang lain. Ajudan dan Kapten pun nampak bingung dengan tingkah si Legenda.
Ternyata cukup sulit mengajak si Legenda berkomunikasi. Kesempatan mereka kali ini pun terbuang sia-sia. Para penjaga sudah kembali dan membawakan makanan ke para tawanan.
"Beh, sombong amat. Mau ditolongin malah dikacangin," gerutu si Ajudan.
"Sabar, kayaknya gue tau kenapa dia kayak gitu. Dia gak percaya sama semua orang."
"Lah, kok gitu, Kapt? Harusnya kita yang gak percaya sama dia."
"Dia tau mulutnya tuh, bau banget. Jadi, kalau dia ngomong orang bakal ngejauhin dia atau dia bakal dibuang jauh-jauh. Makanya dia diem aja dari tadi." Jelas Kapten dengan teori sotoynya.
"Hmm, gitu ya. Pinter juga si Kapten," kata Ajudan setuju dengan penjelasan sotoy si Kapten.
"Ya iyalah, siapa dulu dong!"
"Ehey! Nyesel, gue puji. Gini aja, Kapt. Nanti malem kan penjaga pada ngantuk tuh, udah dua hari mereka gak tidur gak gantian shift. Gimana kalau kita suruh dia ngomong pelan tapi di deket penjaga, jadi pas mereka tidur mereka juga pingsan. Kita pake masker tebel-tebel," celoteh Ajudan berusaha memberi solusi.
"Hmm, nyam... Boleh juga nyam... itu. Bagus sih. Tapi, nyam... kalo dia gak respon lagi gimana? Nyam... yang ada kita ketauan terus... nyam."
"Kapt, abisin dulu itu yang di mulut! Jijik tau liatnya."
"Btw, kok rasa dagingnya beda ya?"
"Daging orang yang ditarik kali?"
"Eh?" keduanya saling bertatapan setelah menyadari sesuatu.
"Ihhhhh!"
Masih shock dengan apa yang mereka makan, mereka pun terdiam cukup lama dan mual melihat daging yang mengambang di wadah tersebut. Tatapan nanar bercampur ngeri menghiasi raut wajah mereka.
Brak!
Suara keras dan ocehan dari penjaga kurungan menyadarkan mereka dari lamunan. Keduanya sadar kalau mereka wajib memakannya hingga habis atau mereka yang habis dimakan.
Dengan cepat pun mereka menghabisi makanan itu dan hanya rasa hambar yang lewat di lidah mereka.
Sang Kapten dan Ajudan pun lanjut mencari solusi yang tepat untuk rencana mereka yang gagal kali ini.
Mengingat makanan yang mereka makan barusan, mereka tidak ingin bernasib sama. Ide-ide pun terus keluar dari kepala mereka dan coba mereka perhitungkan sebaik mungkin. Namun, setelah semua rencana yang mereka susun telah rampung, kalau tidak ada komunikasi dengan si legenda bagaimana mereka bisa keluar dari kandang ayam ini ?
Terpaksa mereka menunda rencana mereka untuk kabur dari kawasan penduduk bar-bar ini. Sejauh ini satu permintaan sederhana dari mereka, semoga menunya ganti.
To be continued
***Ehem, pantun time dulu nih!😁✨
Mau dipotong, malah pitak.
Terus dukung author dan Poi yak!😆Btw, rasa daging manusia gimana ya?😰😰
Jangan bilang rasanya seperti menjadi 'iron men'😑
Yang tau, kamu berdosa, nak.😔😔
Salam,
Author kalian tercintah😘
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...